Diagnosis Pengobatan TINJAUAN PUSTAKA

pada tahap awal invasi jaringan. Faktor virulensi yang lain adalah sifat dimorfik dari Candida. Pada keadaan patogen, Candida lebih banyak ditemukan dalam bentuk pseudohifa. Sifat morfologis yang dinamis tersebut merupakan cara untuk dapat beradaptasi dengan keadaan sekitarnya. Kemampuan Candida berubah bentuk menjadi pseudohifa menjadi salah satu faktor virulensi karena bentuk pseudohifa yang besar menyebabkan makrofag sulit untuk memfagositosis Ghannoum,2000. Faktor-faktor predesposisi yang dihubungkan dengan meningkatnya insidensi kolonisasi dan infeksi kandida yaitu: 1. Faktor mekanis : trauma, kelembaban atau maserasi gigi palsu, pakaian ketat atau balut tertutup, kegemukan 2. Faktor nutrisi : avitaminosis, defesisensi besi 3. Perubahan fisiologi : bayi atau umur lanjut, kehamilan, menstruasi 4. Penyakit sistemik : diabetes mellitus dan endrokinopati tertentu, lainnya uremia, malignansi, dan keadaan imunodefesiensi instrinsik missal infeksi HIVAIDS 5. Penyebab iatrogenik : faktor barier lemah pemasangan kateter, penyalahgunaan obat iv,radiasi sinar x, obat obatan oral, parenteral, topical dan aerosol kortikosteroid dan imunosupresi lainnya, antibiotic spectrum luas,metronidazole,transquilizer,kontrasepsi oralestrogen 6. Idiopatik Evans EGV, 2002

2.7 Diagnosis

Diagnosa untuk pertumbuhan Candida yang berlebih kandidiasis sering diduga atas dasar kecurigaan klinis yaitu perubahan mukosa yang khas berwarna putih sampai merah Epstein, 2001. Pada rongga mulut oral tampak infeksi yaitu sariawan, terutama terjadi pada selaput mukosa pipi dan tampak sebagai bercak-bercak putih yang sebahagian besar terdiri atas pseudomeselium dan epitel yang terkelupas dan hanya terdapat erosi minimal pada selaput Mitchell, 2007. Untuk menegakkan diagnosa secara pasti dilakukan uji laboratorium diagnostik berupa apusanswab dan kerokan dari permukaan lesi. 1. Pemeriksaan Mikroskopik : usapan mukokutan diperiksaan dengan sediaan apus yang menggunakan pewarnaan gram dan Periodic Acid Schiff PAS, untuk mencari pseudohifa dan sel-sel bertunas Tarcin, 2011 2. Pemeriksaan Biakan : spesimen yang akan diperiksa ditanam dalam Sabaroud’s Dextrose Agar SDA pada suhu ruangan atau 37 dalam incubator selama 24-48jam. Koloni tumbuh berupa Yeast Like Form Mitchell, 2007. 3. Uji Biokimia : digunakan untuk mengklasifikasikan dan mengidentifikasi berbagai kelompok jamur, uji biokimia terdiri dari : 1. Metode manual yaitu liquid auxanographic method, pour plate auxanographic, utilization of carbon and nitrogen sources,and carbohydrate fermentation 2. Metode otomatis yaitu API 20C yeast identification system, biomerieux vitek yeast biochemical card, and abbott yeast identification system Gupta, 2013

2.8 Pengobatan

Pengobatan umum yang penting adalah mengurangi dan mengobati faktor predisposisi, bila karena pemakaian protese perlu melepas protese setiap hari, terutama pada malam hari saat tidur dan mencuci dengan antiseptik seperti khlorheksidin. Selama pengobatan tidak dianjurkan merokok, karena akan menghambat reaksi adekuat terhadap pengobatan Akpan, 2002. Pengobatan Topikal 1. Nistatin suspensi oral: Dosis: 5 ml 500.000-U, 3 x hari sesudah makan. Harus ditahan di mulut kurang lebih 2 menit sebelum ditelanEpstein, 2001 2. Amfoterisin B: Bekerja melalui pengikatan pada sterol dalam membran sel jamur dan mengubah permeabilitas membran sel, tidak diserap pada saluran pencernaan sehingga dianjurkan pemberian secara topikal. Sediaan : Suspensi oral 100 mg ml, 4xhari Akpan, 2002. 3. Mikonazol Sejenis Imidazole dapat digunakan sebagai aplikasi lokal dalam mulut, akan tetapi pemakaian dengan cara ini terbatas karena efek samping seperti muntah dan diare. Obat lain yang termasuk kelompok ini klotrimazol dan ketokonazol. Sediaan: Gel oral 25mgml, krem 2, tablet 250 mg. Pengobatan diteruskan sampai 2 hari sesudah gejala tidak tampakEpstein, 2001 4. Solusio gentian violet 1 – 2 : Masih sangat berguna, tetapi memberi warna biru yang tidak menarik. Dapat dipertimbangkan untuk kasus sulit dan kekambuhan. Dioleskan 2 x hari selama 3 hari Akpan, 2002. Pengobatan Sistemik 1. Ketokonazol 200mg – 400 mg hari selama 2 – 4 minggu, untuk infeksi kronis perlu 3 – 5 minggu Epstein, 2001 2. Itrakonazol 100 – 200 mg hari selama 4 minggu Akpan, 2002 3. Flukonazol 50 – 200 mg hari selama 1- 2 minggu Tarcin, 2011 4. Vorikonazol adalah triazol yang memiliki struktur kimia seperti flukonazol, diberikan apabila mulai resisten terhadap flukonazol dengan dosis 200mg2xhari Sudjana, 2008 Indikasi pengobatan sistemik: 1. Risiko tinggi terjadinya diseminasi kandidiasis sistemik yaitu pada pasien granulositopeniaimunokompromais, dan pasien yang mendapat terapi imunosupresif. 2. Dengan terapi topikal tidak berhasil atau tidak sembuh. 3. Bila terjadi reinfeksi. 4. Pada pasien AIDS : kapsul Flukonazol lebih baik dari pada kapsul Itrakonazol. Sebaiknya tablet ketokonazol tidak digunakan oleh karena pasien AIDS kurang sampai aklorhidria sedangkan ketokonazol perlu hiperkhlorhidria hingga minumnya harus bersama makanan, sehingga absorbsinya meningkat Suyoso, 2010.

2.9 Pencegahan