Bahan-Bahan .1 Sampel Alat-Alat Pembuatan Pereaksi .1 Pembuatan larutan asam klorida 0,1 N Analisis Data secara Statistik

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. 3.1 Bahan-Bahan 3.1.1 Sampel Sampel yang digunakan adalah sediaan minuman yang terdapat di pasaran di wilayah Kota Medan.

3.1.2 Pengambilan sampel

Pengambilan sampel didasarkan pada minuman yang pada kemasannya tidak memiliki merek serta tidak mencantumkan nomor izin edar. Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu metode pengambilan sampel ditentukan atas dasar pertimbangan bahwa sampel tersebut dapat mewakili sampel lainnya Sudjana, 2005. Sampel I diperoleh dari Pusat Pasar, Sampel II diperoleh dari Pasar Glugur, Sampel III diperoleh dari Pasar Sukaramai, Sampel IV diperoleh dari Pasar Beruang dan Sampel V diperoleh dari Pasar Hongkong. Universitas Sumatera Utara

3.1.3 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini jika dinyatakan lain adalah berkualitas pro analis E. Merck, yaitu Eter, Natrium Hidroksida, Asam Asetat, Amoniak, Asam Klorida, Etanol, Akuades dan Benang Wool.

3.2 Alat-Alat

Alat-alat yang digunakan terdiri dariSpektrofotometer UV-Visible Hitachi U-2900, neraca analitik Mettler Teledo, bola karet, maat pipet, pipet volume, tabung reaksi, alat-alat gelas seperti gelas ukur, gelas beaker, batang pengaduk, vial, pinset dan penjepit tabung. 3.3 Pembuatan Pereaksi 3.3.1 Pembuatan larutan asam klorida 0,1 N Dilarutkan 8,3 ml asam klorida 37 b b ke dalam 1000 ml akuades Ditjen POM, 1995.

3.3.2 Pembuatan larutan amoniak 10

v v Dilarutkan 400 ml amoniak25 b b dalam 1000 ml akuadesDitjen POM, 1995.

3.3.3 Pembuatan larutan natrium hidroksida 1

b v Dilarutkan 1 g natrium hidroksida kemudian ditambahkan akuades bebas CO 2 sampai 100 ml Ditjen POM, 1995.

3.3.4 Pembuatan larutan asam asetat 10

v v Dilarutkan 10 ml asam asetat glasial dalam 100 ml akuades Ditjen POM, 1995. Universitas Sumatera Utara 3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Pembuatan larutan uji Larutan uji dibuat dengan menggunakan metode ekstraksi warna untuk tujuan ekstraksi pemisahan zat warna yang terdapat dalam sampel minuman yaitu: Digunting benang wool dengan ukuran 15 cm untuk setiap pemakaian masing-masing sampel. Dididihkan dalam akuades kemudian dikeringkan. Dicuci dengan eter untuk menghilangkan kotoran dan lemak. Kemudian dididihkan dengan NaOH 1 dan dibilas dengan akuades. Ditambahkan 5 ml asam asetat 10 pada masing-masing 50 ml sampel minuman. Dimasukkan benang wool pada sampel dan dididihkan selama 10 menit, kemudian diangkat benang wool zat warna dalam sampel minuman akan mewarnai benang wool. Dicuci benang wool dengan akuades, kemudian dimasukkan 50 ml amoniak dan dididihkan sampai dilihat warna yang berada dalam benang wool luntur atau telah tertarik dalam larutan basa. Larutan basa yang diperoleh merupakan satu larutan uji dalam berbagai warna kuning yang akan digunakan sebagai cuplikanlarutan uji Sigar, dkk., 2012.

3.4.2 Analisis kualitatif kuning metanil

Pemeriksaan kualitatif kuning metanil pada sampel menggunakan Metode Reaksi Warna dan Spektrofotometri Sinar Tampak.

3.4.2.1 Metode reaksi warna

Dimasukkan 1 tetes larutan uji ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 ml HCl 0,1 N. Universitas Sumatera Utara Dimasukkan 1 tetes larutan baku pembanding kuning metanil ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 ml HCl 0,1 N akan terbentuk warna ungu Nath, et al., 2013. Kemudian diamati warna yang terjadi pada sampel dan dibandingkan dengan warna yang dihasilkan oleh baku pembanding.

3.4.2.2 Spektrofotometri sinar tampak

Prinsip dari metode ini adalah dengan membandingkan kurva absorbansi yang dihasilkan dari sampel dengan baku pembanding yang diukur dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 400-750 nm. 3.4.3 Analisis kuantitatif kuning metanil Penetapan kadar kuning metanil pada sampel dimulai dengan pembuatan larutan baku pembanding kuning metanil, penentuan panjang gelombang, penentuan waktu kerja, kurva kalibrasi larutan kuning metanil dan penetapan kadar kuning metanil pada sampel.

3.4.3.1 Pembuatan larutan induk baku pembanding

Ditimbang dengan seksama 50 mg pewarna kuning metanil BPFI kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, kemudian ditambahkan etanol sampai garis tanda dan dikocok hingga homogen. Diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000 ppm, larutan ini disebut larutan induk baku I LIB I. Dipipet 2,5 ml larutan induk baku I dengan menggunakan maat pipet dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml kemudian ditambahkan etanol sampai garis tanda dan dikocok hingga homogen. Diperoleh larutan dengan konsentrasi 50 ppm LIB II. Universitas Sumatera Utara

3.4.3.2 Penentuan panjang gelombang maksimum

Dipipet 3 ml dari larutan induk baku II dengan menggunakan maat pipet dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, lalu ditambahkan etanol sampai garis tanda dan dihomogenkan konsentrasi 6 ppm. Diukur serapan maksimum pada panjang gelombang 400-750 nm, dengan menggunakan blanko. Sebagai blanko digunakan etanol. 3.4.3.3 Penentuan waktu kerja operating time Dipipet 3 ml dari larutan induk baku II dengan menggunakan maat pipet dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, lalu ditambahkan etanol sampai garis tanda dan dihomogenkankonsentrasi 6 ppm. Diukur pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh selama 30 menit.

3.4.3.4 Penentuan kurva kalibrasi

Dari larutan induk baku II dipipet sebanyak 1,5 ml; 2 ml; 2,5 ml; 3 ml; dan 3,5 ml dengan menggunakan maat pipet dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan masing-masing ditambahkan etanol sampai garis tanda dan dikocok homogen konsentrasi masing-masing larutan 3 ppm; 4 ppm; 5 ppm; 6 ppm; dan 7 ppm, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh dan sebagai blanko digunakan etanol akan diperoleh kurva konsentrasi vs absorban.

3.4.3.5 Penentuan kadar kuning metanil pada sampel

Diekstraksi zat warna kuning metanil dari sampel, prosedur kerjanya sama dengan pembuatan larutan uji dapat dilihat pada 2.4.1. Masing-masing larutan uji dipipet 3,5 ml dengan menggunakan maat pipet kemudian dimasukkan masing- masing ke dalam labu ukur 25 ml dan ditambahkan etanol sampai garis tanda dan Universitas Sumatera Utara dihomogenkan. Kemudian diukur pada panjang gelombang maksimum 416 nm dan sebagai blanko digunakan etanol. Dilakukan pengulangan sebanyak 6 kali. Konsentrasi kuning metanil dalam sampel dapat ditentukan berdasarkan persamaan linier kurva kalibrasi y = ax + b, dan kadar kuning metanil dalam sampel ditentukan dengan menggunakan rumus : Rumus Perhitungan Kadar Kuning Metanil � = ������� �� Keterangan : Cs = kadar kuning metanil sesudah pengenceran mcg ml V = volume sampel ml Fp = Faktor pengenceran Bs = Berat sampel g

3.5 Uji Validasi dengan Parameter Akurasi, Presisi, Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Validasi dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis yang dilakukan akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan kisaran analit yang akan dianalisis. Uji validasi yang digunakan yaitu uji akurasi dengan parameter uji perolehan kembali, uji presisi, batas deteksi dan batas kuantitasi Harmita, 2004.

3.5.1 Penentuan uji perolehan kembali recovery

Uji perolehan kembali dilakukan dengan metode penambahan larutan baku standard addition method. Dalam metode ini, kadar kuning metanil dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar kuning metanil dalam sampel setelah penambahan larutan standar dengan konsentrasi tertentu Harmita, 2004. Universitas Sumatera Utara Uji perolehan kembali dilakukan dengan menambahkan larutan baku kuning metanil berkonsentrasi 50 mcgml sebanyak 1,7 ml ke dalam sampel dan dianalisis dengan perlakuan yang sama pada sampel. Menurut Harmita 2004, persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini: Perolehan Kembali = C F - C A � ∗ A ×100 Keterangan: C F = Kadar sampel setelah penambahan larutan baku mcg g C A = Kadar sampel sebelum penambahan larutan baku mcg g C A = Kadar larutan baku yang ditambahkan mcg g

3.5.2 Uji ketelitian

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan Harmita, 2004. Menurut Harmita 2004, simpangan baku relatif dapat dihitung dengan rumus di bawah ini: RSD = 100 × X SD Keterangan : − X = Kadar rata-rata sampel mcg g SD = Standar Deviasi mcg g RSD = Relative Standard Deviation Universitas Sumatera Utara

3.5.3 Penentuan batas deteksi limit of detection dan batas kuantitasi limit of quantitation

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama Harmita, 2004. Menurut Harmita 2004, batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Simpangan Baku X SY = 2 2 − − ∑ n Yi Y Batas deteksi LOD = slope X SY x 3 Batas kuantitasi LOQ = slope X SY x 10

3.6 Analisis Data secara Statistik

Menurut Sudjana 2005, kadar kuning metanil yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis dengan metode standar deviasi dengan rumus: �� = � ∑�� − �� � − 1 Keterangan : Xi = Kadar sampel mcg g �� = Kadar rata-rata kuning metanil dalam sampel mcg g n = Jumlah perlakuan Universitas Sumatera Utara Untuk mencari t hitung digunakan rumus: � ℎ����� = �� − �� �� √� ⁄ Untuk menentukan kadar kuning metanil di dalam sampel dengan interval kepercayaan 99, α = 0,01, dk = n-1, dapat digunakan rumus: Kadar kuning metanil μ = X ± tα2, dk x SD √� Keterangan : X = Kadar rata-rata kuning metanil dalam sampel mcg g SD = Standar Deviasi mcg g dk = Derajat kebebasan dk = n-1 α = Interval kepercayaan n = Jumlah perlakuan Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Kualitatif Kuning Metanil pada Sampel

Pada penelitian ini sebelum dilakukan analisis kuantitatif kuning metanil pada sampel, perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui ada tidaknya kuning metanil pada sampel dengan menggunakan metode reaksi warna dan metode spektrofotometri sinar tampak pada sampel diperoleh data dan gambar kurva serapan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.1, Gambar 4.1 dan Gambar 4.2. Identifikasi kuning metanil dengan Metode Reaksi Warna dilakukan dengan membandingkan warna yang dihasilkan setelah penambahan HCl 0,1 N dari sampel dengan baku pembanding. Selain identifikasi dengan Metode Reaksi Warna juga digunakan identifikasi dengan Spektrofotometri Sinar Tampak yaitu dengan membandingkan kurva absorbansi pada panjang gelombang 400-750 nm Gandjar dan Rohman, 2007. Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitatif kuning metanil pada sampel dengan menggunakan Spektrofotometer Sinar Tampak maka diperoleh kurva absorbansi pada panjang gelombang 400-750 nm. Jika sampel mempunyai kurva absorbansi yang sama dengan kurva absorbansi baku pembanding kuning metanil, maka dapat disimpulkan bahwa sampel positif mengandung kuning metanil. Universitas Sumatera Utara