Hasil penentuan panjang gelombang maksimum larutan kuning metanil dengan konsentrasi 6 ppm, diperoleh λ maksimum pada 416 nm. Panjang
gelombang maksimum yang diperoleh ini berbeda dengan yang terdapat dalam literatur yaitu 414 nm Aldrich, 1992. Perbedaan panjang gelombang sebesar 2 nm
masih dalam batas toleransi yang diperkenankan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV 1995 yaitu lebih kurang 3 nm. Hal ini berarti bahwa panjang gelombang
ini dapat diterima untuk analisis kuning metanil pada sampel.
4.2.2 Hasil waktu kerja larutan kuning metanil
Pada penelitian dilakukan penentuan waktu kerja karena kuning metanil merupakan senyawa berwarna dan mudah teroksidasi sehingga semakin lama
senyawa tersebut terurai, intensitas warnanya turun dan mempengaruhi absorbansi yang didapat Gandjar dan Rohman, 2007. Pada penentuan waktu kerja larutan
baku kuning metanil diperoleh waktu pengukuran yang stabil dimulai dari menit ke-17 sampai menit ke-27. Data pengamatan pada Lampiran 1
4.2.3 Kurva kalibrasi larutan kuning metanil
Pembuatan kurva kalibrasi larutan kuning metanil dilakukan dengan membuat larutan dengan berbagai konsentrasi pengukuran yaitu 3 ppm; 4 ppm; 5
ppm; 6 ppm; dan 7 ppm, kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 416 nm. Linearitas kurva kalibrasi larutan kuning metanil dapat dilihat pada Gambar
4.4. Data pengamatan dan perhitungan pada Lampiran 2
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.4 Kurva kalibrasi larutan kuning metanil dengan berbagai konsentrasi
secara spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 416 nm
Dari hasil perhitungan persamaan regresi kurva kalibrasi di atas diperoleh persamaan garis y = 0,0738 x – 0,00380246 dengan koefisien korelasi r sebesar
0,9996. Dari hasil tersebut dikatakan bahwa terdapat korelasi positif antara kadar dan serapan. Artinya, meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan
meningkat. Hal ini berarti terdapat 99,96 data yang memiliki hubungan linier Sudjana, 2005.
4.2.4. Penetapan kadar kuning metanil pada sampel
Penetapan kadar kuning metanil dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri sinar tampak. Hasil penetapan kadar kuning metanil pada sampel
dapat dilihat pada Tabel 4.2. Hasil perhitungan kadar, analisa statistik dan analisa kadar kuning metanil dalam sampel dapat dilihat pada Lampiran 4, 5 dan 6
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Kadar kuning metanil pada sampel
No Sampel
Kadar Kuning Metanil mcgg Standar Deviasi SD
1. Sampel II
25,306 ± 0,2552 0,1550
2. Sampel III
49,845 ± 0,3518 0,2137
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa kadar kuning metanil pada sampel II dan III adalah 25,306 mcgg dan 49,845 mcgg. Hal ini sangat membahayakan
konsumen karena LD
50
dari kuning metanil adalah 1000 mgkg, dalam jumlah kecil akan menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, demam, lemah, hipotensi dan
iritasi saluran cerna BPOM, 2012. Apabila kadar kuning metanil mencapai LD
50
maka akan menyebabkan kanker dan mutasi Patnaik, 2007.
4.3 Uji Validasi Metode Analisis