PENGHAPUSBUKUAN KREDIT WRITE OFF SEBAGAI SALAH

BAB IV PENGHAPUSBUKUAN KREDIT WRITE OFF SEBAGAI SALAH

SATU PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH A. Kriteria Pemberian Penghapusbukuan Kredit Write Off terhadap Kredit Bermasalah Pada Bank Sumut Cabang Binjai Sebelum masuk ke dalam pembahasan kriteria pemberian penghapusbukuan kredit maka terlebih dahulu secara garis besar penulis akan uraikan arti daripada kredit bermasalah tersebut. Pada dasarnya kredit bermasalah merupakan kondisi yang seringkali terjadi pada bisnis perbankan yaitu sebagai resiko dari penyaluran kredit bank yang bersangkutan yang biasanya diawali dengan terjadinya wanprestasi yang dilakukan oleh debitur sebagai penerima kredit. Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang artinya prestasi buruk. Apabila debitur tidak melakukan apa yang dijanjikannya maka ia dikatakan melakukan wanprestasi. 38 a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan; Wanprestasi kelalaian atau kealpaan debitur dapat berupa empat macam, yaitu : b. Melaksankannya apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan; c. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat; d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. 38 Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan Kesembilanbelas, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hal. 45. 74 Universitas Sumatera Utara Terhadap kelalaian atau kealpaan debitur sebagai pihak yang wajib melakukan sesuatu, diancamkan beberapa sanksi atau hukuman. Hukuman atau akibat bagi debitur yang lalai ada empat macam, yaitu : a. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur atau disebut juga ganti rugi; b. Pembatalan perjanjian; c. Peralihan resiko; d. Membayar biaya perkara, jika sampai diperkarakan di depan hakim. Karena wanprestasi mempunyai akibat-akibat yang begitu penting, maka harus ditetapkan terlebih dahulu apakah si debitur benar-benar melakukan wanprestasi atau lalai terhadap kredit yang telah diterimanya, dan jika hal itu disangkal olehnya maka harus dibuktikan di hadapan hakim karena kebanyakan terjadinya kredit bermasalah dipicu oleh wanprestasi yang akan menimbulkan kredit macet. Oleh karena itu diperlukan perhatian khusus untuk menangani kredit yang bermasalah. Walaupun kredit bermasalah seringkali sulit untuk dihindarkan namun bank harus tetap mengelolanya secara hati-hati dan sedapat mungkin diminimalkan resikonya sehingga dapat memberikan keuntungan bagi bank. Kredit bermasalah dapat disebabkan oleh beberapa faktor kelemahan, yaitu : a. Sisi Intern Bank Sumut, antara lain : 1. Itikad tidak baik dari pegawai Bank Sumut. 2. Kekurangmampuan pegawai Bank Sumut dalam pengelolaan pemberian kredit mulai dari pengajuan permohonan sampai kredit dicairkan. Universitas Sumatera Utara 3. Kelemahan dan kurang efektifnya pegawai Bank Sumut dalam membina debitur. b. Sisi Ekstern Bank Sumut, antara lain : 1. Keadaan force majeur antara lain : banjir, kebakaran, dan lain sebagainya. 2.Akibat perubahan-perubahan eksternal seperti perubahan kebijakan pemerintah berupa peraturan perundang-undangan, kenaikan harga atau biaya- biaya, dan lain sebagainya, yang berpengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap usaha debitur. c. Sisi Debitur, antara lain : 1. Itikad tidak baik debitur. 2. Pengelolaan usaha debitur tidak berjalan dengan baik. 3. Pengguanaan kredit tidak sesuai dengan tujuan semula. 4. Menurunnya usaha debitur yang mengakibatkan turunnya kemampuan debitur untuk membayar angsuran. Sedangkan jika dilihat dari kelancaran usahanya kredit dapat dikategorikan sebagai berikut : a. Kredit lancar, yaitu kredit yang perjalanannya lancar atau memuaskan, artinya segala kewajiban bunga atau angsuran pokok diselesaikan oleh nasabah secara baik. b. Kredit tidak lancar, yaitu kredit selama 3 sampai 6 bulan dimana mutasinya tidak lancar, pembayarn bunga tidak baik serta angsuran pokoknya. c. Kredit diragukan, yaitu kredit yang tidak lancar dan telah sampai pada jatuh temponya belum dapat juga diselesaikan oleh nasabah yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara Bank akan memberikan kesempatan kepada nasabah untuk berusaha menyelesaikan selama 3 sampai 6 bulan barulah bank akan mengambil langkah lebih lanjut misalnya mencairkan barang-barang jaminan, mengajukan perkaranya ke badan hukum atau lembaga yang telah ditunjuk. d. Kredit macet sebagai wujud dari usaha penyelesaian atau pengaktifan kembali kredit yang tidak lancar dan usaha itu tidak berhasil, barulah kredit tersebut dikategorikan kedalam kredit macet. 39 Dalam sistem penilaian kualitas kredit, Bank Sumut menggolongkan berdasarkan tingkat kolektibilitasnya dimana tingkat kolektibilitas kredit tersebut didasarkan atas prospek usaha, kondisi keuangan dan kemampuan membayar. Dari keterangan di atas, yang termasuk dalam kredit bermasalah adalah kredit tidak lancar, kredit diragukan dan kredit macet. 40 Penilaian terhadap kemampuan membayar, meliputi penilaian atas ketepatan pembayaran pokok dan bunga, hubungan debitur dengan bank, dokumentasi kredit dan pengikatan agunan. Penilaian terhadap prospek usaha, meliputi penilaian atas potensi pertumbuhan dari industri atau kegiatan usaha, pasar, persaingan usaha, manajemen, perusahaan afliasi atau grup dan tenaga kerja. Penilaian terhadap kondisi keuangan, meliputi penilaian atas perolehan usaha, permodalan, likuiditas dan modal kerja, analisis arus kas, jumlah portofolio yang sensitif terhadap perubahan nilai tukar valas dan suku bunga atau telah dilakukan lindung nilai hedging. 39 Muchdarsyah Sinungan, op.cit, hal. 235-236. 40 Pedoman Pelaksanaan Kredit, Kantor Bank Sumut Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penetapan tersebut di atas kualitas kredit digolongkan menjadi : 1. Kredit lancar adalah pinjaman kredit dengan tingkat pembayaran tepat pada waktunya dan tidak ada tunggakan. 2. Kredit dalam perhatian khusus adalah pinjaman kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga sampai dengan 90 hari. 3. Kredit kurang lancar adalah pinjaman kredit yang terdapat tunggakan pembayarn pokok danatau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari. 4. Kredit diragukan adalah pinjaman kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga yang telah melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari. 5. Kredit macet adalah pinjaman kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga yang telah melampaui 270 hari sampai dengan 360 hari. Dalam menyelesaikan kredit yang bermasalah, sebelum diambil tindakan penyelesaian yang tepat, bank akan mengadakan langkah-langkah berikut ini terlebih dahulu : 41 Untuk mendeteksi timbulnya potensi kredit bermasalah baik secara individual maupun secara portofolio kredit sehingga akan memberikan lebih banyak peluang bagi bank dalam mencegah timbulnya kerugian sebagai akibat dari pemberian kredit. Penanganan kredit bermasalah bersifat antisipatif, proaktif dan berdisiplin. 1. Pengenalan dini early warning sign 41 Wawancara, dengan Bapak Herman, Kabid Divisi Penyelamatan Kredit Bank Sumut Cabang Binjai, tanggal 15 Februari 2012. Universitas Sumatera Utara Tanda-tanda atau kejadian-kejadian yang dapat dikategorikan sebagai gejala dini kredit bermasalah antara lain : a. Keterlambatan pembayaran angsuran sesuai janji; b. Omset penjualan yang cenderung menurun; c. Kecenderungan untuk berganti usaha, sementara denitur tersebut belum mempunyai pengalaman yang cukup untuk usaha baru yang akan digeluti. 2. Pendekatan kredit bermasalah Seluruh pejabat kredit harus mempunyai persepsi yang sama dalam penyelesaian kredit bermasalah dengan pendekatan sebagai berikut : a. Tidak membiarkan atau bahkan menutup-nutupi adanya kredit bermasalah. b. Mendeteksi secara dini adanya kredit bermasalah atau diduga akan menjadi kredit bermasalah. c. Menangani kredit bermasalah atau diduga akan menjadi kredit bermasalah harus dilakukan secara dini dan sesegera mungkin. d. Tidak menyelesaikan kredit bermasalah dengan mengkapitalisasi tunggakan bunga atau yang lazim dikenal dengan plafondering kredit kecuali dalam rangka penyelamatan kredit. e. Tidak melakukan pengecualian dalam penyelesaian kredit bermasalah, khususnya untuk kredit bermasalah kepada pihak-pihak yang terkait dengan Bank Sumut dan debitur-debitur besar lainnya. 3. Evaluasi kredit bermasalah Direksi secara berkala melakukan evaluasi terhadap daftar kredit bermasalah secara keseluruhan termasuk kredit dalam pengawasan khusus dan hasil Universitas Sumatera Utara penyelesaiannya serta akan selalu menghitung dan mengevaluasi prosentase kredit bermasalah terhadap total kredit. Apabila kredit pada bank yang kolektibilitasnya tergolong diragukan dan macet telah mencapai 7,5 dari jumlah kredit secara keseluruhan maka direksi bank wajib menyampaikan laporan tertulis kepada Bank Indonesia kemudian membentuk satuan tugas khusus STK yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan kredit bermasalah. Pejabat-pejabat yang ditunjuk dalam satuan tugas tersebut wajib menyusun program-program penyelamatan dan penyelesaian kredit yang kolektibilitasnya diragukan dan macet untuk dimintakan persetujuan direksi kemudian melaporkan program yang telah disetujui tersebut kepada Bank Indonesia. 4. Penyelesaian terhadap kredit yang tidak dapat ditagih Mengenai kredit bermasalah yang tidak dapat diselamatkan maka proses penyelesaiannya adalah sebagai berikut : a. Penagihan secara damai Berupa tindakan-tindakan seperti, penjualan sebagian atau seluruh harta kekayaan debitur atau barang agunan oleh debitur, pelunasan dengan atau tanpa bunga keringan atau koreksi bunga atau pembebasan utang sebagian. b. Penagihan melalui saluran hukum Apabila penyelesaian kredit bermasalah telah diupayakan secara damai oleh bank dan ternyata tidak berhasil maka bank dapat menyerahkan perkaranya melalui saluran hukum. Universitas Sumatera Utara Badan-badan atau lembaga yang dapat menangani penyelesaian kredit macet melalui saluran hukum sesuai yang diatur dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 293KMK.091993 tanggal 27 Februari 1993 adalah : 1. BUPLN dengan tahapan-tahapan sebagi berikut : a. Penerbitan Surat Penerimaan Pengurusan Piutang Negara SP3N, yang ditujukan kepada bank sebagai bukti bahwa BUPLN meyatakan telah menerima baik penyerahan perkara kredit macet tersebut. b. Pentapan besarnya piutang negara. c.Pembuatan pernyataan bersama PB untuk lebih memperkuat atau memperoleh kepastian hukum mengenai besarnya piutang yang wajib diselesaikan. Dalam pernyataan bersama termuat pula pemberian kesempatan jangka waktu penyelesaian utang yang dijanjikan oleh pihak yang berutang paling lama 12 bulan. d. Penataan dan pengamanan barang jaminan. e. Penerbitan surat paksa dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya yang telah ditetapkan dalam pernyataan bersama dan telah diberikan peringatan tertulis yang diserahkan langsung oleh juru sita kepada debitur. f. Penyitaan yang dilaksanakan oleh juru sita berdasarkan surat perintah penyitaan yang ditandatangani oleh ketua BUPLN dan disaksikan oleh dua orang saksi apabila ketentuan dalam surat paksa tidak dipenuhi juga oleh debitur. g. Pelelangan eksekusi lelang yang dapat ditempuh dalam beberapa tahapan seperti penetapan harga limit, penguasaan fisik dan pengosongan Universitas Sumatera Utara barang jaminan yang akan dilelang, persiapan atau pelaksanaan lelang dan tindak lanjut atas pelelangan yang ditunda atau batal. h. Pernyataan pelunasan dan penyelesaian piutang negara, apabila debitur telah memenuhi seluruh kewajiban utangnya. i. Mengeluarkan surat keterangan tentang Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih PNSBDT yang kemudian diberitahukan kepada krediturpenyerah piutang. 2 Diluar BUPLN, antara lain : a. Pengadilan Negeri. b. Kejaksaan Negeri. Sebagaimana yang telah dikatakan di atas, apabila telah dilakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan piutang tersebut tetapi tidak mendapatkan hasil sebagaimana mestinya dan telah dikeluarkan pula surat keterangan tentang Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih PNSBDT yang kemudian diberitahukan kepada kreditur sebagai dasar bagi kreditur untuk mengusulkan hapus buku piutang dari pembukuan kreditur. Sisa utang yang belum dilunasi tetap menjadi kewajiban BUPLN untuk menagih kepada debitur. Sesuai dengan Surat Direksi Bank Indonesia No.11377UUPPK tanggal 14 Maret 1979 tentang tata cara Penghapusbukuan kredit macet mandatory write off pada dasarnya menjadi wewenang direksi, ditetapkan bahwa direksi Bank Sumut berwenang untuk menghapusbukukan kredit macet dan selanjutnya mempertanggungjawabkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Universitas Sumatera Utara Suatu kredit yang pada akhirnya telah ditetapkan sebagai kredit macet dapat diputuskan untuk dihapusbukukan apabila telah memenuhi syarat-syarat dan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Begitu juga di Bank Sumut cabang Binjai, dalam menangani kredit macet yang telah diputuskan untuk dihapusbukukan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagaimana mestinya. Mengenai kriteria penghapusbukuan kredit, telah diatur dalam Surat Edaran Nomor 024DIRDPEM-SLSE2002 tanggal 11 Nopember 2002. Kredit yang akan dihapusbukukan harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 42 10. Telah mendapat penggantianklaim dari PT.Askrindo atau perusahaan penjamin kredit lainnya; dan atau 1. Telah digolongkan macet; dan atau 2.Telah diserahkan ke Asset Mangement UnitBadan Penyehatan Perbankan Nasional AMUBPPN; dan atau 3. Usaha sudah tidak berjalan lagi; dan atau 4. Mempunyai atau berpotensi mempunyai kelemahan aspek hukum; dan atau 5. Debitur telah meninggal dunia dan tidak mempunyai ahli waris; dan atau 6. Debitur berpindah tempat dan tidak diketahui lagi domisilinya; dan atau 7. Agunan atau harta kekayaan lainnya dari debitur yang dikuasai bank tidak mencukupi untuk memback up sisa hutang; dan atau 8. Agunan telah diambil alih oleh bank dalam rangka penyelesaian kredit; dan atau 9. Debitur dinyatakan pailit oleh Pengadilan; dan atau 42 Wawancara dengan Bapak Rizaldi, Asisten 5 Divisi Penyelamatan Kredit Bank Sumut Pusat, tanggal 20 Februari 2012. Universitas Sumatera Utara 11. Telah diserahkan kepada BUPLNPengadilan Negeri dan telah ada penetapan hutang; dan atau 12. Telah lama jatuh tempo dan debitur tidak kooperatif sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kesulitan penagihannya cukup tinggi. Sehubungan dengan hal diatas, maka perlu ditetapkan urutan prioritas pinjaman yang akan dihapusbukukan sebagai berikut : a. Dasar Aging Kolektibilitas Kredit macet yang akan dihapusbukukan diprioritaskan untuk kredit yang kolektibilitasnya macet lebih awal atau umumnya tertua. b. Dasar Aging Jatuh Tempo Jika tanggal kolektibilitas macet antara kredit yang satu dengan yang lainnya sama, maka aging ditentukan oleh umur tertua menurut tanggal jatuh temponya. B. Prosedur Pemberian Penghapusbukuan Kredit Write Off terhadap Kredit Bermasalah Pada Bank Sumut Cabang Binjai Apabila segala upaya penyelesaian kredit macet sudah dilakukan, namun tidak membawa hasil yang diharapkan maka kredit dapat dihapusbukukan setelah memenuhi persyaratan dan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk selanjutnya kredit macet yang telah dihapusbukukan tersebut dilaporkan kepada Dewan Komisaris dan dipertanggungjawabkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Mengenai prosedur pelaksanaan penghapusbukuan kredit oleh Bank Sumut telah diatur dalam Surat Edaran Nomor 024DIRDPEM-SLSE2002 Universitas Sumatera Utara tanggal 11 Nopember 2002 dimana untuk melakukan penghapusbukuan kredit ditetapkan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut : 43 Dalam hal penghapusbukuan merupakan kelanjutan dari tidakan penyelesaian kredit dengan cara pengambilalihan agunan maka jumlah yang dihapusbukukan adalah sebesar kewajiban debitur dikurangi dengan nilai bersih 1. Cabang agar terlebih dahulu melakukan penelitian dan penilaian terhadap debitur yang digolongkan macet apakah memenuhi kriteria untuk dilakukan penghapusbukuan. Guna menetapkan keputusan yang lebih tepat bagi manajemen, maka pengajuannya ke Kantor Pusat agar menguraikan data dengan menggunakan formulir yang terdapat dalam lampiran 1 dan 2 dalam surat edaran ini. Khusus kepada cabang yang penagihan sebahagian kredit macetnya telah diserahkan kepada Divisi Penyelamatan Kredit, maka dalam melakukan penelitian dan penilaian agar bekerja sama Divisi Penyelamatan Kredit. Untuk ini Divisi Penyelamatan Kredit memberikan data dan informasi yang diperlukan cabang yang berkaitan dengan kredit tersebut. 2. Selanjutnya hasil penelitian dan penilaian cabang disampaikan ke Kantor Pusat cq. Divisi Penyelamatan Kredit. 3. Divisi Penyelamatan Kredit meneliti kembali berdasarkan data yang disampaikan pada butir 1 diatas, untuk selanjutnya diajukan ke Direksi guna mendapat persetujuan. 4. Atas persetujuan Direksi tersebut, maka Divisi Penyelamatan Kredit membuat membuat surat pemberitahuan persetujuan penghapusbukuan kredit ke cabang. 43 Wawancara dengan Bapak Herman, Kabid Divisi Penyelamatan Kredit Bank Sumut Cabang Binjai, tanggal 17 Februari 2012. Universitas Sumatera Utara yang dapat direalisasikan dari agunan yang diambil alih. Jumlah kredit yang dihapusbukukan adalah sebesar bagian yang tidak dapat tertagih. Agunan yang dapat diambil alih sehubungan dengan penyelesaian pinjaman diakui sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi. Penerimaan kredit yang telah dihapusbukukan diakui sebagai penyesuaian terhadap penyisihan kerugian sebesar nilai pokok. Jika penerimaan tersebut melebihi nilai pokoknya maka kelebihan nilai tersebut diakui sebagai pendapatan bunga. C. Akibat Hukum Pemberian Penghapusbukuan Kredit Write Off terhadap Jaminan Bank Pada Bank Sumut Cabang Binjai Kredit yang telah dihapusbukukan adalah kredit yang secara akuntansi telah dikeluarkan pencatatannya dari rekening aktiva Bank Sumut, namun secara yuridis kredit tersebut, masih merupakan asset Bank Sumut yang secara terus menerus tetap harus ditagih pelunasannya dan harus diselesaikan oleh debitur yang bersangkutan. Kredit yang telah dihapusbukukan dicatat secara extracomptable, agar kewajiban debitur dapat diketahui setiap saat dalam rangka penagihan atau pembuktian kepada debitur. Berkas kredit dan rekening debitur diserahkan kepada BagianSeksi Penyelamatan Kredit untuk dikelola lebih lanjut. Cabang harus tetap melakukan upaya penagihan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagaimana yang dilakukan kepada kredit-kredit lainnya yang belum dihapusbuku. Kredit yang telah dihapusbuku agar dilaporkan oleh : Universitas Sumatera Utara a. Kantor cabang dalam Laporan Bulanan Bank Umum LBU setiap bulannya kepada Bank Indonesia setempat. b. Divisi Administrasi Keuangan dalam Laporan Bulanan Bank Umum LBU Gabungan setiap bulannya kepad Bank Indonesia Medan. Terhadap jaminan yang diberikan oleh debitur, masih milik atau atas nama debitur. Namun akan tetap berada dalam kekuasaan kreditur atau bank. Dalam hal tidak terjadinya pelelangan terhadap jaminan, maka tidak akan terjadi perpindahan kepemilikan. Namun, jika terjadi pelelangan terhadap jaminan maka akan terjadi perpindahan kepemilikan terhadap jaminan tersebut. Bank sebagai kreditur yang menguasai jaminan berhak menentukan apakah terhadap jaminan tersebut akan dilakukan pelelangan atau tidak. Hal ini didasarkan atas itikad baik debitur dalam melunasi kreditnya. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN