Kredit jenis ini yaitu kredit yang sangat terikat dengan dokumen-dokumen berharga yang memiliki substitusi nilai jumlah uang, dan dokumen tersebut
merupakan jaminan pokok pemberian kredit. Kredit ini banyak digunakan oleh orang yang mengadakan transaksi dagang yang berlainan tempat. Jenis kredit ini
terdiri dari : a. Kredit ekspor
Adalah semua bentuk kredit sebagai sumber pembiayaan bagi usaha ekspor. Jadi bisa dalam bentuk kredit langsung maupun tidak langsung seperti
pembiayaan kredit modal kerja jangka pendek, maupun kredit investasi untuk jenis industri yang berorientasi ekspor.
b. Kredit impor 8. Dilihat dari segi besar kecilnya aktivitas perputaran usaha
29
29
Ibid, hal. 236.
a. Kredit kecil, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang digolongkan sebagai pengusaha kecil.
b. Kredit menengah, yaitu kredit yang diberikan kepada pengusaha yang asetnya lebih besar daripada pengusaha kecil.
c. Kredit besar.
C. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit
Menurut Pasal 8 UU Perbankan Tahun 1998, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
“Dalam memberikan kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai
yang diperjanjikan”. Dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa bank harus berhati-hati
prudent dalam memberikan kredit pada calon nasabahnya. Bank harus dapat menjaga likuiditas dan solvabilitasnya.
30
Cara yang sampai saat ini masih digunakan untuk menganalisis apakah calon debitur tersebut dapat dipercaya atau dapat diandalkan adalah dengan apa
yang disebut dengan konsep The 5 C’s, yang meliputi : Likuiditas maksudnya adalah
kemampuan bank tersebut didalam menjamin terbayarnya hutang-hutang jangka pendeknya, sedangkan solvabilitas maksudnya adalah kemampuan bank untuk
melunasi semua hutang-hutangnya, baik yang jangka pendek maupun yang jangka panjang. Solvabilitas bank tergantung juga dari solvabilitas masing-masing
nasabahnya. Jadi bank harus menyelidiki terlebih dahulu calon debiturnya, apakah calon debitur tersebut dapat dipercaya dan juga dapat diandalkan.
31
Penilaian watak atau kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran dan itikad baik calon debitur untuk melunasi atau mengembalikan
pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan bank di kemudian hari. Hal ini dapat diperoleh terutama didasarkan kepada hubungan yang telah terjalin antara
bank dan calon debitur atau informasi yang diperoleh dari pihak lain yang 1. Penilaian watak Character
30
Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi Yogyakarta, Yogyakarta, 2006, hal. 123.
31
Rachmadi Usman, op.cit, hal. 246-251.
Universitas Sumatera Utara
mengetahui moral, kepribadian dan perilaku calon debitur dalam kehidupan kesehariannya.
Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur apakah debitur mempunyai itikad baik, antara lain sebagai berikut :
32
32
Budi Untung, op.cit, hal. 125.
a. Sebelum terjadi kredit macet : 1. Nasabah selalu kooperatif terhadap bank dan mau menjalankan segala
kewajibannya, baik yang berupa kewajiban untuk mencicil pokok atau kewajiban membayar bunga.
2. Kredit telah digunakan sesuai maksud dan tujuan yang tertulis dalam perjanjian kredit. Dengan kata lain, tidak terjadi side streaming, yaitu
menggunakan untuk tujuan lain selain membiayai proyek atau usaha yang diperjanjikan.
3. Perhitungan kebutuhan jumlah kredit tidak di back up, yaitu diajukan kepada bank dengan perhitungan lebih besar dari kebutuhan yang
sesungguhnya. 4. Nilai tanah, peralatan dan asset perusahaan lain baik yang dibiayai dengan
kredit maupun yang dijadikan jaminan tidak di mark up, yaitu dinilai lebih tinggi dari nilai yang sesungguhnya.
b. Setelah terjadi kredit macet : 1. Debitur tidak sulit dihubungi atau tidak menghindar bila dihubungi oleh
Bank atau BPPN.
Universitas Sumatera Utara
2. Nasabah mengajukan permohonan untuk merestrukturisasi hutangnya kepada Bank atau BPPN. Hal ini merupakan pertanda bahwa debitur
bersikap positif terhadap penyelesaian kreditnya. 2. Penilaian kemampuan capacity
Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan
dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debiturnya dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi atau mengambalikan
pinjamannya. 3. Penilaian terhadap modal capital
Penilaian terhadap modal perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah modal yang dimiliki calon debitur cukup memadai untuk menjalankan usahanya. Besarnya
jumlah modal yang ditanam terutama berupa benda bergerak dan tidak bergerak akan memberi daya tahan usaha dalam menghadapi siklus atau fluktuasi
ekonomi. 4. Penilaian terhadap jaminan collateral
Penilaian terhadap jaminan perlu dilakukan untuk mengetahui nilai barang jaminan yang diserahkan calon debitur untuk menutupi risiko kegagalan
pengembalian kredit yang akan diperolehnya. Barang jaminan berfungsi sebagai pengaman terhadap kemungkinan ketidakmampuan calon debitur melunasi
kredit yang diterimanya. 5. Penilaian terhadap prospek usaha nasabah debitur condition of economy
Universitas Sumatera Utara
Bank harus menganalisis keadaan pasar di dalam dan di luar negeri baik masa lalu maupun masa yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dari hasil
proyek atau usaha calon debitur yang dibiayai bank dapat diketahui. Selain memperhatikan hal-hal tersebut, bank harus pula mengetahui mengenai tujuan
penggunaan kredit dan rencana pengembangan kreditnya serta urgensi dari kredit yang diminta.
Selain menerapkan prinsip 5 C’s dalam memberikan kredit, bank juga menerapkan apa yang dinamakan dengan prinsip 5 P, yaitu :
33
Harus pula diperhatikan apakah sumber pembayaran kredit dari calon debitur cukup tersedia dan cukup aman, sehingga dengan demikian diharapkan bahwa
1. Party Para Pihak Para pihak merupakan titik sentral yang diperhatikan dalam setiap pemberian
kredit. Untuk itu pihak pemberi kredit harus memperoleh “kepercayaan” terhadap para pihak, dalam hal ini debitur, yang meliputi bagaimana
karakternya, kemampuannya, dan sebagainya. 2. Purpose Tujuan
Tujuan dari pemberian kredit juga sangat penting diketahui oleh pihak kreditur. Harus dilihat apakah kredit akan digunakan untuk hal-hal yang positif, yang
benar-benar dapat menaikkan income perusahaan. Dan harus pula diawasi agar kredit tersebut benar-benar diperuntukkan untuk tujuan seperti diperjanjikan
dalam suatu perjanjian kredit. 3. Payment Pembayaran
33
Rachmadi Usman, op.cit., hal. 248-249.
Universitas Sumatera Utara
kredit yang akan diluncurkan tersebut dapat dibayar kembali oleh debitur yang bersangkutan. Jadi harus dilihat dan dianalisis apakah setelah pemberian kredit
nanti, debitur punya cukup sumber pendapatan, dan apakah pendapatan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kreditnya.
4. Profitability Perolehan Laba Unsur perolehan laba oleh debitur tidak kurang pula pentingnya dalam suatu
pemberian kredit. Untuk itu, kreditur harus berantisipasi apakah laba yang akan diperoleh oleh perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman dan apakah
pendapatan perusahaan dapat menutupi pembayaran kembali kredit, cash flow, dan sebagainya.
5. Protection Perlindungan Diperlukan suatu perlindungan terhadap kredit oleh perusahaan debitur. Untuk
itu, perlindungan dari kelompok perusahaan atau jaminan dari holding, atau jaminan pribadi dari pemilik perusahaan penting diperhatikan. Terutama untuk
berjaga-jaga sekiranya terjadi hal-hal di luar skenario atau di luar prediksi semula.
Disamping menggunakan prinsip pemberian kredit di atas, bank dalam memberikan kredit juga menggunakan prinsip 3 R, yaitu :
34
Merupakan hasil yang diperoleh debitur, dalam hal ini ketika kredit telah dimanfaatkan dan dapat diantisipasi oleh calon kreditur. Artinya perolehan
tersebut mencukupi untuk membayar kembali kredit beserta bunga, ongkos- 1. Returns Hasil yang diperoleh
34
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
ongkos, disamping membayar keperluan perusahaan yang lain seperti cash flow, kredit lain jika ada, dan sebagainya.
2. Repayment Pembayaran kembali Kemampuan bayar dari pihak debitur tentu saja juga harus dipertimbangkan.
Dan apakah kemampuan bayar tersebut macth dengan schedule pembayaran kembali dari kredit yang akan diberikan itu. Ini juga merupakan hal yang tidak
boleh diabaikan. 3. Risk Bearing Ability Kemampuan menanggung risiko
Hal lain yang juga perlu untuk diperhatikan adalah sejauh mana terdapatnya kemampuan debitur untuk menanggung risiko. Misalnya dalam hal terjadi hal-
hal di luar antisipasi kedua belah pihak. Terutama jika dapat menyebabkan timbulnya kredit macet. Untuk itu, harus dipertimbangkan apakah misalnya
jaminan danatau asuransi barang atau kredit sudah cukup aman untuk menutupi risiko tersebut.
Disamping prinsip-prinsip di atas, ada beberapa prinsip lain dalam hal pemberian kredit yang berhubungan dengan debitur yang harus diperhatikan oleh
suatu bank, yaitu :
35
35
Ibid, hal. 250.
1. Prinsip Matching Yaitu harus match antara pinjaman dengan asset perseroan. Jangan sekali-kali
memberikan suatu pinjaman berjangka waktu pendek untuk kepentingan pembiayaan atau investasi yang berjangka panjang. Karena hal tersebut akan
mengakibatkan terjadinya mismatch.
Universitas Sumatera Utara
2. Prinsip Kesamaan Valuta Maksudnya, penggunaan dana yang didapatkan dari suatu kredit, sedapat-
dapatanya haruslah digunakan untuk membiayai atau investasi dalam mata uang yang sama. Sehingga risiko gejolak nilai valuta dapat dihindari. Meskipun untuk
itu tersedia apa yang disebut dengan currency hedging. 3. Prinsip Perbandingan antara Pinjaman dan Modal
Maksudnya, haruslah ada hubungan yang prudent antara jumlah pinjaman dengan besarnya modal. Jika pinjamannya terlalu besar disebut perusahaan yang
high gearing. Sebaliknya, jika pinjamannya lebih kecil dibandingkan dengan modalnya disebut low gearing. Post permodalan earnings yang akan didapat
oleh perusahaan tidak fixed, yaitu dalam bentuk dividen, sementara cost terhadap suatu pinjaman yaitu dalam bentuk bunga relatif tetap. Karena itu,
kelangsungan suatu perusahaan akan terancam jika antara jumlah pinjaman dengan besarnya modal tidak reasonable.
4. Prinsip Perbandingan antara Pinjaman dan Asset Alternatif lain untuk menekan risiko dari suatu pinjaman adalah dengan
memperbandingkan antara besarnya pinjaman dengan asset, yang juga dikenal dengan gearing ratio.
D. Jaminan dalam Pemberian Kredit Bank