Prinsip Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional

48 Sosialisasi merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan dari JKN mengingat tingkat kepesertaan jaminan kesehatan saat ini relatif rendah. Sosialisasi yang baik akan memberikan pemahaman dan kesadaran kepada peserta dan pemberi kerja akan hak dan kewajibannya. Dengan pemasaran yang memadai, kepesertaan JKN yang berbasis asuransi sosial ini dapat mencapai target yang diharapkan dan pemberi kerja dapat mendapatkan manfaat yang besar pula dari terlindunginya kesehatan para pekerja. Sosialisasi diperlukan tidak hanya dari kepesertaan namun juga untuk mendapatkan dukungan dari berbagai pihak yang terkait untuk peningkatan kualitas layanan kesehatan baik di pusat, daerah, swasta maupun unsur masyarakat lainnya. 79

C. Prinsip Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional

Jaminan kesehatan yang dirumuskan oleh UU SJSN adalah jaminan kesehatan yang diselenggarkan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas. 80 1. Kegotong-royongan antara yang kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan muda dan yang berisiko tinggi dan rendah. Penjelasan Pasal 19 UU SJSN menyatakan bahwa yang dimaksud prinsip asuransi sosial antara lain: 2. Kepesertaan yang bersifat wajib dan tidak selektif. 3. Iuran berdasarkan persentase upahpenghasilan. 79 http:www.pkfi.netfiledownloadPeta20Jalan20Jaminan20Kesehatan20Nasio nal20202012-201928229.pdf diakses pada tanggal 17 Maret 2016. 80 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, Pasal 19 ayat 1. Universitas Sumatera Utara 49 4. Bersifat nirlaba. 81 Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip ekuitas adalah kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis yang tidak terikat dengan besaran iuran yang telah dibayarkannya. Kesamaan memperoleh pelayanan adalah kesamaan jangkauan finansial ke pelayanan kesehatan. Prinsip JKN menurut Pasal4 UU SJSN antara lain: 1. Prinsip kegotong-royongan risk pooling.Kegotong-royongan adalah upaya bersama agar semua penduduk berkontribusi membayar iuran pajak agar terkumpul pool dana untuk membiayai pengobatan siapa saja yang sakit. Disinilah fungsi kegotong-royongan formal diwujudkan karena setiap orang diwajibkan mengiurmembayar pajak yang jumlahnya ditentukan. Dalam kegotong-royongan informal yang telah lama berakar, kolega atau kerabat membantu biaya pengobatan dengan menyumbang seikhlasnya sukarela. Mekanisme sukarela ini tidak menjamin kecukupan dana untuk biaya pengobatan. Dengan mekanisme formal yang disebut risk-pooling,sumbangan berupa iuran wajib atau pajak diperhitungkan agar mencukupi biaya berobat siapapun yang sakit. Tergantung dari sistem kegotong-royongan yang akan diterapkan, beberapa negara menerapkan kegotong-royongan di antara penduduk di suatu daerah, di sektor pekerja yag sama PNS, pegawai swasta, petani dan lainnya. Indonesia selama ini memiliki sistem yang terpecah terfragmentasi seperti itu. Namun, UU SJSN dan UU BPJS telah menetapkan bahwa Indonesia akan menuju satu kegotong-royongan nasional 81 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN, bagian Penjelasan pasal 19. Universitas Sumatera Utara 50 dimana iuran dari seluruh penduduk akan dikumpulkan pool dalam satu dana amanat yang akan dikelola oleh BPJS kesehatan. Dana amanat ini biaya pengobatan semua penduduk yang sakit setelah cakupan universal tercapai akandiambil dari satu sumber tanpa harus memperhatikan besaran iuran atau besaran upah masing-masing pengiur dan tanpa memperhatikan tempat tinggal pengiur. Yang menjadi pertimbangan penjaminan hanyalah kondisi medis penduduk. Dengan demikian, akan terjadi keadilan sosial dan memungkinkan tenaga kesehatan melayani penduduk tanpa diskriminasi status sosial ekonomi. 82 2. Prinsip nirlaba, di dalam prinsip nirlaba pengelolaan dana amanat oleh BPJS adalah nirlaba bukan untuk mencari laba for profit oriented. Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. 3. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas. Prinsip - prinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya. 4. Prinsip portabilitas, prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 82 Mundiharno,Hasbullah Thabrany, Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional 2012 – 2019 Jakarta: 2012, hlm. 11. Universitas Sumatera Utara 51 5. Prinsip kepesertaan bersifat wajib, kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, 83 penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya SJSN dapat mencakup seluruh rakyat. 84 6. Prinsip dana amanat, dana yang terkumpul dari iuran merupakan dana amanat yang hanya dibelanjakandibelikan layanan kesehatan untuk peserta sementara yang membayar iuran. Pembelian layanan ini sangat dipengaruhi luasnya manfaatlayanan kesehatan yang dijamin, cara pembayaran ke fasilitas kesehatan yang memproduksimenjual layanan dan kemudahan sistem administrasi. Kelak semua penduduk akan menjadi peserta. Belanja layanan kesehatan purchasing of services harus dilakukan secermat dan sehemat mungkin agar dana amanat mencukupi dan tidak terjadi pemborosan optimal resources. Semakin luas komprehensif manfaat jaminan kesehatan semakin banyak dana yang dibutuhkan. Untuk efisiensi belanja layanan kesehatan, cara-cara pembayaranpembelian layanan kesehatan dari fasilitas kesehatan publik maupun swasta harus diatur agar tidak terjadi pemborosan atau belanja layanan yang tidak perlu moral hazard atau fraud. Dalam konteks ini, UU SJSN telah merumuskan cara-cara pembayaran yang efisien 83 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Op.Cit., hlm.18. 84 Ibid., hlm. 19. Universitas Sumatera Utara 52 prospektif seperti kapitasi, budget dan berbasis diagnosis yang bervariasi di berbagai wilayah untuk menggambarkan perbedaan biaya hidup atau harga barang-barang dan tenaga kesehatan. 85 Dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagaimana diuraikan diatas maka pengelolaan jaminan kesehatan dalam SJSN adalah sebagai berikut: 1. Pengelolaannya tidak lagi terpisah-pisah menurut tempat tinggal provinsi atau kotakabupaten atau tempat bekerja melainkan terintegrasi dalam BPJS kesehatan secara nasional. 2. Pendanaan berbasis asuransi sosial dimana semua penduduk wajib iur. Namun, penduduk yang miskin dan tidak mampu akan mendapat bantuan iuran mekanisme bantuan sosial dari pemerintah. Ketika penduduk tersebut tidak lagi miskin maka ia wajib membayar iuran. 3. Layanan kesehatan perorangan yang dijamin adalah semua layanan atas indikasi medis sesuai kebutuhan medis mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang bersifat layanan orang per orang. 4. Fasilitas kesehatan yang memproduksi layanan yang akan dibeli oleh BPJS adalah faskes milik pemerintah danatau swasta. Dengan demikian, semua sumber daya kesehatan akan digunakan untuk menjamin seluruh penduduk memiliki akses terhadap layanan kesehatan. 5. Cara belanja metoda pembayaran yang efisien agar dana amanat digunakan secara optimal adalah cara pembayaran prospektif seperti pembayaran kapitasi untuk rawat jalan primer dan pembayaran Diagnosis Related 85 Mundiharno, Hasbullah Thabrany, Op.cit., hlm. 14. Universitas Sumatera Utara 53 GroupDRG yang di Indonesia telahdikenal dengan INA-CBG untuk rawat jalan sekuder rujukan dan rawat inap. 6. Dengan pengelolaan oleh satu BPJS, maka sistem administrasi pengumpulan dana,pembelanjaan, klaim, pelaporan dan lain-lain akan menjadi lebih efisien dan memudahkan dipahami oleh seluruh peserta dan seluruh pengelola fasilitas kesehatan. 86

D. Mekanisme Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Nasional