70
BAB IV WEWENANG OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM PROGRAM
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL BPJS KESEHATAN
A. Program Jaminan Kesehatan Nasional oleh BPJS Kesehatan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU
BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan.Kedua BPJS tersebut pada dasarnya
mengemban misi negara untuk memenuhi hak konstitusional setiap orang atas jaminan sosial dengan menyelenggarakan program jaminan yang bertujuan
memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.Penyelenggaraan jamianan sosial yang kuat dan berkelanjutan
merupakan salah satu pilar negara kesejahteraan, disamping pilar lainnya, yaitu pendidikan bagi semua, lapangan pekerjaan yang terbuka luas dan pertumbuhan
ekonomi yang stabil dan berkeadilan. Mengingat pentingnya peranan BPJS dalam menyelenggarakan program
jaminan sosial dengan cakupan seluruh penduduk Indonesia, maka UU BPJS memberikan batasan fungsi, tugas dan wewenang yang jelas kepada BPJS.
Dengan demikian dapat diketahui secara pasti batas-batas tanggung jawabnya dan sekaligus dapat dijadikan sarana untuk mengukur kinerja kedua BPJS tersebut
secara transparan. UU BPJS menetukan bahwa BPJS kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan dalam hal ini program JKN.
Universitas Sumatera Utara
71
Jaminan kesehatan menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
103
Dewan pengawas terdiri atas 7 tujuh orang anggota, 2 dua orang unsur pemerintah, 2 dua orang unsur pekerja, 2 dua orang unsur pemberi kerja, 1
satu orang unsur tokoh masyarakat. Dewan pengawas tersebut diangkat dan diberhentikan oleh presiden. Direksi dalam BPJSterdiri atas paling sedikit 5 lima
orang anggota yang berasal dari unsur profesional. Direksi sebagaimana dimaksud diangkat dan diberhentikan oleh presiden. Dalam melaksanakan pekerjaannya,
dewan pengawas mempunyai fungsi, tugas dan wewenangpelaksanaan tugas BPJS dengan uraian sebagai berikut:
JKN diselenggarakan oleh BPJS yang merupakan badan hukum publik milik negara yang bersifat non profit dan
bertanggung jawab kepada presiden. BPJS terdiri atas dewan pengawasdan direksi.
104
1. Fungsi dewan pengawas adalah melakukan pengawasan atas pelaksanaan
tugas BPJS. Dewan pengawas bertugasuntuk: a.
melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan BPJS dan kinerja direksi;
b. melakukan pengawasan atas
pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan dana jaminan sosial oleh direksi;
103
http:www.jamsosindonesia.comcetakprintout268 diakses pada tanggal 30 Maret
2016.
104
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia., Op. Cit., hlm. 32.
Universitas Sumatera Utara
72
c. memberikan saran, nasihat dan pertimbangan kepada direksi mengenai
kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan BPJS; d.
menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan jaminan sosial sebagai bagian dari laporan BPJS kepada presiden dengan tembusan
kepada DJSN.
105
2. Dewan pengawas berwenanguntuk:
a. menetapkan rencana kerja anggaran tahunan BPJS;
b. mendapatkan danatau meminta laporan dari Direksi;
c. mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan BPJS;
d. melakukan penelaahan terhadap data dan informasi mengenai
penyelenggaraan BPJS; e.
memberikan saran dan rekomendasi kepada presiden mengenai kinerja direksi.
106
3. Fungsi, tugas dan wewenang direksi dalam menyelenggarakan JKN
Direksi BPJS mempunyai fungsi, tugas dan wewenang sebagai berikut: a.
Direksi berfungsimelaksanakan penyelenggaraan kegiatan operasional BPJS yang menjamin peserta untuk mendapatkan manfaat sesuai dengan
haknya.
107
105
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Pasal 22 ayat 2.
106
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Pasal 22 ayat 3.
107
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Pasal 24 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
73
b. Direksi bertugasuntuk:
1 melaksanakan pengelolaan BPJS yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi; 2
mewakili BPJS di dalam dan di luar pengadilan; 3
menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi dewan pengawas untuk melaksanakan fungsinya.
108
c. Direksi berwenanguntuk:
1 melaksanakan wewenang BPJS;
2 menetapkan struktur organisasi beserta tugas pokok dan fungsi, tata
kerja organisasi dan sistem kepegawaian; 3
menyelenggarakan manajemen kepegawaian BPJS termasuk mengangkat, memindahkan dan memberhentikan pegawai BPJS serta
menetapkan penghasilan pegawai BPJS; 4
mengusulkan kepada presiden penghasilan bagi dewan pengawas dan direksi;
5 menetapkan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan jasa dalam
rangka penyelenggaraan tugas BPJS dengan memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas;
6 melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS paling banyak
Rp100.000.000.000 seratus miliar rupiah dengan persetujuan dewan pengawas;
108
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Pasal 24 ayat 2.
Universitas Sumatera Utara
74
7 melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari
Rp100.000.000.000 seratus miliar rupiah sampai dengan Rp500.000.000.000 lima ratus miliar rupiah dengan persetujuan
presiden; 8
melakukan pemindahtanganan aset tetap BPJS lebih dari Rp500.000.000.000 lima ratus miliar rupiah dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR RI.
109
Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang direksi diatur dengan peraturan direksi. Persyaratan untuk menjadi dewan
pengawas dan dewan direksi diatur dalam UU Nomor 24 tahun 2011. Peraturan Perundang-Undangan yang memerintahkan dan memberi kewenangan
penyelenggaraan program JKN terbentang luas, mulai dari UUD NRI 1945, Undang-Undang hingga Peraturan Pemerintah telah menggunangkan banyak
Peraturan Perundang-Undangan yang menjadi dasar hukum JKN, beberapa diantaranya adalah :
110
1. UUD NRI 1945
Pasal 28H dan Pasal 34 UUD NRI 1945 adalah dasar hukum tertinggi yangmenjamin hak konstitusional warga negara atas pelayanan kesehatan dan
mewajibkan pemerintah untuk membangun sistem dan tata kelola penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang terintegrasi dengan
penyelenggaraan program jaminan sosial.
109
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, pasal 24 ayat 3
110
Asih Eka Putri dan A.A Oka Mahendra, Himpunan Lengkap Peraturan Perundang-
Undangan Jaminan Kesehatan Di Indonesia, Tangerang Selatan:Martabat, 2014, hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
75
2. UU SJSN
UU SJSN menetapkan program JKN sebagai salah satu program jaminansosial dalam sistem jaminan sosial nasional. Di dalam undang-undang
ini diatur asas, tujuan, prinsip, organisasi dan tata cara penyelenggaraan program JKN.
3. UU BPJS
UU BPJS adalah peraturan pelaksanaan UU SJSN. UU BPJS melaksanakanPasal 5 UU SJSN pasca putusan Mahkamah Konstitusi dalam
perkara Nomor 007PUU-III2005. 4.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tentang PenerimaBantuan Iuran Jaminan Kesehatan selanjutnya disebut PP PBIJK
PP PBIJK adalah peraturanpelaksanaan UU SJSN. PP PBIJK melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat 3 dan Pasal 17 ayat 6 UU SJSN. PP PBIJK
mengatur tata cara pengelolaan subsidi iuran jaminan kesehatan bagi penerima bantuan iuran. PP PBIJK memuat ketentuan-ketentuan yang
mengatur penetapan kriteria dan tata cara pendataan fakir miskin dan orang tidak mampu, penetapan penerimabantuan iuran jaminan kesehatan,
pendaftaran penerimabantuan iuran jaminan kesehatan, pendanaan, pengelolaan data PBI serta peran serta masyarakat.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2013tentang Tata Cara Pengenaan
Sanksi Administratif PP Sanksi Administratif PP Sanksi administratif kepada pemberi kerja selain penyelenggara negara
dan setiap orang, selain pemberi kerja, pekerja dan penerima bantuan iuran
Universitas Sumatera Utara
76
dalam penyelenggaraan jaminan sosial adalah peraturan pelaksanaan UU BPJS.
6. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentangJaminan Kesehatan
selanjutnya disebut PERPRES JK PERPRES JK adalah peraturan pelaksanaan UU SJSN dan UU BPJS.
PERPRES JK mengatur peserta dan kepesertaan JKN, pendaftaran, iuran dan tata kelola iuran, manfaat JKN, koordinasi manfaat, penyelenggaraan
pelayanan, fasilitas kesehatan, kendali mutu dan kendali biaya, penanganan keluhan dan penanganan sengketa.
7. Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentangPerubahan Peraturan
Presiden No. 12 Tahun 2013PERPRES PERUBAHAN PERPRES JK Menjelang penyelenggaraan JKN pada 1 Januari 2014, ditemukan
beberapaketentuan dalam PERPRES JK yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan JKN.
8. Peraturan Presiden Nomor 107 Tahun 2013
PERPRES ini mengatur jenis pelayanan kesehatan bagi KementerianPertahanan, TNI dan Kepolisian Negara RepublikIndonesia yang
tidak didanai oleh JKN. Pelayanan kesehatan tersebutdiselenggarakan di fasilitas kesehatan milik Kementerian Pertahanandan Kepolisian
RepublikIndonesia, serta didanai oleh Anggaran Pendapatan dan BelanjaNegara APBN.
9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 59 Tahun 2014 tentang Standar
TarifPelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Dan
Universitas Sumatera Utara
77
Fasilitas Kesehatan Tingkat LanjutanDalamPenyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan selanjutnya disebut Permenkes Standar Tarif Pelayanan
Kesehatan. Permenkes Standar Tarif Pelayanan Kesehatan merupakan peraturan
pelaksanaan dari PERPRES JK. Permenkes Standar Tarif Pelayanan Kesehatan melaksanakan ketentuanPasal 37 ayat 1 PERPRES JK. Peraturan
ini mencakup satandar tarif bagi fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Standar tarif memuat tarif INA-CBGs,
tarif kapitasi dan tarif non-kapitasi. Penyelenggaraan jaminan kesehatan oleh BPJS kesehatan memperlihatkan
harapan baru. Ada beberapa pelayanan yang menunjukkan keunggulan, yaitu antara lain:
1. Prosedur pendaftaran dengan persyaratan yang lebih mudah.
2. Paket manfaat yang lebih komperhensif, tanpa ada cost sharing dari peserta.
3. Adanya kompensasi berupa uang, pengiriman tenaga kesehatan atau
penyediaan fasilitas kesehatan tertentu yang memberi jaminan kepada peserta untuk tetap mendapatkan haknya atas layanan kesehatan saat berada di daerah
yang tidak terdapat fasilitas kesehatan. 4.
Prosedur klaim yang lebih ringkas. 5.
Dimungkinkannya penggunaan obat di luar formularium nasional berdasarkan persetujuan komite medik dan kepaladirektur rumah sakit,
apabila diperlukan sesuai indikasi medis. 6.
Prosedur layanan berjenjang yang sama di semua wilayah Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
78
7. Jangka waktu pencairan klaim fasilitas kesehatan yang lebih cepat 15 hari
kerja dibanding sebelumnya yang hingga 1 bulan.
111
B. Ruang Lingkup Pengawasan Program Jaminan Kesehatan Nasional Oleh Otoritas Jasa Keuangan