Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Universitas Sumatera Utara

5.2. Pembahasan

Pada penelitian ini ditemukan distribusi STH merata pada setiap pasar, kemungkinan karena seluruh pasar di Kota Medan mempunyai distributor yang sama atau berasal dari sumber perkebunan selada yang sama. Adapun beberapa pedagang yang dilakukan tanya-jawab sebagian besar menjawab selada berasal dari perkebunan di Brastagi dan hanya sebagian yang menjawab selada yang dijual tersebut berasal dari Sidikalang. Adapun perbedaan STH yang mengkontaminasi sayuran terdapat pada pasar selayang yang ditemukannya telur Ascaris lumbricoides. Hal ini terjadi bisa karna beberapa faktor baik sistem irigasi yang masih menggunakan air yang terkontaminasi ataupun bisa penggunaan tinja sebagai pupuk sayuran. Pada penelitian ini prevalensi kontaminasi STH pada sayuran selada yang dijual di Pasar Tradisional di Kota Medan mencapai 40,80 dari 125 sampel yang diperiksa. Adapun hal-hal yang menyebabkan masih tingginya kontaminasi oleh STH yaitu dari letak geografis, penggunaan tinja sebagain pupuk, sistem irigasi dengan air yang terkontaminasi oleh STH dan dari letak pertumbuhan selada sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Karupiah 2011, dengan menggunakan metode sentrifugasi diketahui bahwa prevalensi kontaminasi STH di pasar tradisional sekitar Kota Medan mencapai 85 dari 40 selada yang diperiksa. Pada penelitian ini didapatkan kontaminasi larva dari hookworm sebesar 40. Penelitian oleh Idahosa 2011 yang dilakukan di Nigeria juga digambarkan STH yang paling banyak megkontaminasi sayuran adalah hookworm yaitu sebanyak 28,2, hal ini juga berbanding lurus dengan penelitian yang dilakukan oleh Karupiah 2011 yang dilakukan di Kota Medan menunjukkan kontaminasi STH yang terbanyak adalah larva dari hookworm sebanyak 30 . Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya kontaminasi oleh hookworm adalah kelembaban dan temperatur yang sesuai dengan siklus hidup hookworm, suhu optimum untuk perkembangan hookworm adalah 28 -32 C. Universitas Sumatera Utara STH banyak ditemukan pada negara-negara beriklim tropis dan subtropis dan pada daerah dengan tingkat hiegenitas dan sanitasi yang rendah. Bethony et al., 2006. Indonesia sendiri adalah negara tropis, dan masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang memiliki hiegenitas dan sanitasi yang rendah. Hal ini menjadi faktor utama mengapa masih tingginya prevalensi kontaminasi STH . Adapun faktor resiko lain yang menyebabkan masih tingginya kontaminasi STH adalah pemakaian tinja sebagai pupuk untuk sayuran yang dimakan mentah Supriastuti, 2006. Dalam perrtumbuhannya, selada identik berkontak langsung dengan tanah mengakibatkan transmisi STH lebih mudah terjadi. Bentuk selada yang berlekuk-lekuk juga memungkinkan parasit untuk menempel dan tetap berada dalam selada bahkan setelah pencucian dilakukan. Pada penelitian ini, dilakukan pemeriksaan kontaminasi STH pada selada bagian dalam. Didapatkan kontaminasi STH sebanyak 20 dari 125 sampel yang diperiksa dan jenis STH yang mengkontaminasi adalah larva filariform dari hookworm 13 10,4 dan larva rhabditiform hookworm 12 9,6. Belum ada penelitian yang melakukan pemeriksaan selada bagian dalam sebelumnya. Pada penelitian ini dapat dilihat perbandingan frekuensi distribusi antara selada bagian dalam dan selada bagian luar, terdapat perbedaan jumlah kontaminasi STH sebanyak 26 20,80. Dari hasil tersebut terdapat perbedaan antara kontaminasi selada bagian luar dengan kontaminasi selada bagian dalam. Adapun perbedaan mungkin dikarenakan morfologi selada yang berlapis-lapis mengakibatkan bagian dalam kurang terpapar oleh lingkungan luar. Pada penelitian ini STH yang ditemukan adalah larva hookworm 40 dan telur Ascaris lumbricoides 0,8, sementara pada penelitian yang dilakukan Eraky et al. 2014 ditemukan Ascaris lumbricoides 0,6 dan tidak ditemukan larva hookworm. Selain itu juga, menurut said 2012 ditemukan telur Ascaris lumbricoides 20,3 dan tidak ditemukan larva hookworm. Dan pada penelitian yang Universitas Sumatera Utara dilakukan Idahosa 2011 ditemukan 6 2,4 telur Ascaris lumbricoides, 5 2,0 telur Trichuris trichiura dan 70 28,2 larva hookworm. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut: 1. Telur STH yang ditemukan pada penelitian ini adalah telur Ascaris lumbricoides. 2. Larva STH yang ditemukan pada penelitian ini adalah larva filariform dan larva rhabditiform dari Hookworm. 3. Ditemukan kontaminasi STH pada selada bagian luar lebih banyak dari selada bagian dalam.

6.2. Saran

Dari seluruh penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitia ini, yaitu: 1. Perlu dilakukan promosi kebersihan dan kesehatan untuk meningkatkan lagi sanitasi, hiegine dan kebiasaan masyarakat sehingga dapat memutuskan siklus hidup ataupun penyebaran STH. 2. Kepada konsumen, diharapkan sebelum mengkonsumsi sayuran mentah disarankan untuk mencuci bersih sayuran terlebih dahulu. 3. Menghentikan penggunaan tinja sebagai pupuk untuk sayuran yang dimakan sehari-hari. 4. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pedoman untuk melakukan penelitian yang lebih lengkap berikutnya.