kecil dengan kecepatan tinggi yang menembus kornea atau sklera, trauma tajam mata dapat diklasifikasikan atas luka tajam tanpa preforasi dan luka tajam dengan
perforasi yang meliputi perforasi tanpa benda asing inta okuler dan perforasi benda asing intra okuler.
Menurut Aldy 2009, Trauma tembus dapat disebabkan oleh benda tajam atau runcing seperti pisau, kuku jari, panah, pensil, pecahan kaca dan lain-lainnya.
Dapat juga disebabkan oleh benda asing yang masuk dengan kecepatan tinggi seperti peluru dan serpihan besi. Trauma tembus merupakan penyakit mata serius
dan termasuk emergensi medis yang dpaat mengancam visus dan harus dilakukan tindakan segera, cepat, dan tepat, oleh karena :
• Terbukanya dinding bola mata berarti merupan pintu masuk infeksi
• Bahaya post traumatik iridosiklitis yang dapat terjadi dalam interval waktu
yang lama dari kejadian, walaupun di saat kejadian tidak menunjukkan tanda peradangan yang aktif.
• Terjadinya peradangan simpatetik ophthalmia merupakan komplikasi yang
paling berbahaya •
Dapat menyebabkan hilangnya visus unilateral. Menurut Catalano 1992, Trauma benda tajam dapat mengakibatkan
berbagai keadaan sebagai berikut:
a. Trauma tembus pada palpebra
Mengenai sebagian atau seluruhnya, jika mengenai levator apaneurosis dapat menyebabkan suatu ptosis yang permanen.
b. Trauma tembus pada saluran lakrimalis
Dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimalis sampai ke rongga hidung. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air mata.
c. Trauma tembus pada orbita
Luka tajam yang mengenai orbita dapat merusak bola mata, merusak saraf optik, menyebabkan kebutaan atau merobek otot luar mata sehingga menimbulkan
paralisis dari otot dan diplopia. Selain itu juga bisa menyebabkan infeksi, menimbulkan selulitis orbita, karena adanya benda asing atau adanya hubungan
terbuka dengan rongga-rongga di sekitar orbita.
Universitas Sumatera Utara
d. Trauma tembus pada konjungtiva
Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva. Bila robekan konjungtiva ini kecil atau tidak melibihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan
penjahitan. Bila robekan lebih dari 1 cm perlu dilakukan penjahitan untuk mencegah granuloma. Pada setiap robekan konjungtiva perlu diperhatikan juga
robekan sklera yang biasa disertai robekan konjungtiva. Disamping itu, pemberian antibiotik juga diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.
e. Trauma tembus pada sklera
Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekanan bola mata dan kamera okuli jadi dangkal, luka sklera yang lebar dapat disertai prolap
jaringan bola mata, sehingga bisa menyebabkan infeksi dari bagian dalam bola mata.
f. Trauma tembus pada kornea
Bila luka tembus mengenai kornea dapat menyebabkan gangguan fungsi penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus
kornea menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan korpus siliaris prolaps, hal ini dapat menyebabkan penurunan visus.
Bila tanpa perforasi : erosi atau benda asing tersangkut di kornea. Tes fluoresia +. Jaga jangan sampai terkena infeksi, sehingga menyebabkan
timbulnya ulkus atau herpes pada kornea. Lakukan pemberian antibiotika yang berspektrum luas, lokal dan sistemik. Benda asing di kornea diangkat, setelah
diberi anastesi lokal dengan pantokain. Kalau mulai ada neovaskularisasi dari limbus, berikanlah kortison lokal dengan subkonjungtiva. Tetapi jangan diberikan
kortison pada luka yang baru atau bila ada herpes kornea. Bila ada perforasi : bila luka kecil, lepaskan konjungtiva di limbus yang
berdekatan, kemudian ditarik supaya menutupi luka kornea tersebut flap konjungtiva.
g. Trauma tembus pada uvea