5.2. Pembahasan
Pada penelitian yang dilakukan mulai dari bulan september-oktober bertempat di bagian rekam medik RSUD DR.Pirngadi Medan, kasus trauma mata pada dewasa
di tahun 2012 sebanyak 73 kasus. Berdasarkan data rekam medik yang diperoleh, didapatkan kasus dengan
diagnosa, Corpus Aleinum atau Foreign Bodies sebanyak 44 kasus, Laserasi Palpebra sebanyak 4 kasus, Katarak Traumatika sebanyak 2 kasus,
Subconjungtival Bleeding sebanyak 8 kasus, Erosi Kornea sebanyak 12 kasus Trauma Kimia sebanyak 2 kasus dan Trauma Termal sebanyak 1 kasus.
Berdasarkan usia terjadinya trauma, trauma mata paling banyak terjadi pada usia 41-60 tahun yang dikenal dengan dewasa madya yaitu sebesar 52,1
atau sebanyak 38 orang. Sedangkan pada usia 18-40 tahun atau dewasa dini sebesar 43,8 atau 32 orang. Usia diatas 60 tahun tercatat hanya 3 orang. Pada
penelitian yang dilakukan oleh
American Academy of Ophthalmology atau AAO, didapatkan kasus sebanyak 47,6 pada dewasa usia 18-45 tahun dan 26,9 pada usia
diatas 46 tahun. Usia berperan besar dalam proses penyembuhan jaringan yang melibatkan area yang terkena pada mata pasien.
Pada penelitian ini didapati kasus trauma mata pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada perempuan, yaitu sekitar 60,3 sedangkan pada wanita sebesar
39,7. Hal ini juga didukung dengan data yang berasal dari AAO, yang menyatakan bahwa pria memiliki resiko lebih besar dibandingkan wanita yaitu sebesar 73.
Penyebab terbanyak trauma mata didapati sebanyak 64,4 yang disebabkan oleh benda tumpul.
Trauma tumpul merupakan trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras atau benda tidak keras dengan ujung tumpul, dimana benda
tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakan pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya Asbury, 2000. Trauma
tumpul pada mata lebih sering disebabkan oleh trauma yang berasal dari benda tumpul seperti pukulan, benturan. Pada trauma tajam dijumpai sebanyak 19 kasus
atau 26. Trauma tajam adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam atau
benda berukuran kecil dengan kecepatan tinggi yang menembus kornea atau
Universitas Sumatera Utara
sklera. Menurut Aldy 2009, Trauma tembus dapat disebabkan oleh benda tajam atau runcing seperti pisau, kuku jari, panah, pensil, pecahan kaca dan lain-lainnya.
Dapat juga disebabkan oleh benda asing yang masuk dengan kecepatan tinggi seperti peluru dan serpihan besi.
Berdasarkan jenis trauma yang dialami pasien, sebanyak 93,2 atau 68 kasus merupakan trauma tertutup, sedangkan Trauma terbuka sebanyak 2,7 atau
2 kasus. Pada RS Syaiful Anwar Malang, dijumpai angka kejadian trauma tertutup juga lebih banyak dibanding trauma terbuka yaitu 83,14 dan 16,86.
Selebihnya merupakan trauma mata yang disebabkan oleh trauma kimia dan trauma termal. Trauma tertutup adalah luka pada dinding bola mata sklera atau
kornea dan luka ini tidak merusak bagian dari intraokuler. Trauma terbuka adalah trauma yang menyebabkan luka dan mengenai keseluruhan dinding dari bola
mata. Trauma kimia didapati sebanyak 2 kasus yaitu disebabkan oleh zat korosif yang mengenai mata. Sedangkan trauma termal sebanyak 1 kasus yang
disebabkan karena terkena uap air panas. Kasus trauma mata berdasarkan waktu kejadian, didapati sebanyak 61
kasus atau 83,6 pasien datang berobat diatas 24 jam. Sedangkan pasien yang datang berobat pada 24 jam pertama sekitar 16,4 atau 12 kasus. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat bahwa perlukaan pada mata memerlukan perhatian segera untuk ditangani untuk mencegah resiko gangguan
penglihatan pada mata dikemudian waktu. Proporsi lateralisasi mata kanan dan mata kiri mempunyai jumlah yang
sama yaitu 33 kasus atau 45,2. Pada penelitian ini juga dijumpai trauma pada kedua mata secara bersamaan sebanyak 7 kasus atau 9,6. Hal ini menunjukkan
bahwa kasus trauma mata lebih banyak dijumpai dengan keadaan unilateral dibandingkan bilateral. Sesuai dengan data berdasarkan penelitian sebelumnya
yang menyatakan bahwa Trauma mata adalah penyebab umum kebutaan unilateral pada anak dan dewasa Augsburger Asbury, 2008.
Kasus trauma mata dapat diterapi secara medikamentosa yaitu hanya dengan pemberian obat-obatan dan juga operatif yaitu dengan memberikan
tindakan secara langsung pada perlukaan yang terjadi pada mata. Dari analisa
Universitas Sumatera Utara
data, didapatkan terapi dengan medikamentosa sebanyak 82,2 atau 60 kasus dan operatif yaitu 17,8 atau 13 kasus. Penatalaksanaan kasus trauma mata
dipengaruhi juga oleh jenis trauma mata dan waktu kejadian dan lamanya pasien waktu pasien datang berobat ke rumah sakit atau unit pelayanan kesehatan.
Proporsi tertinggi kasus trauma mata pada dewasa terjadi paling banyak di rumah yaitu sebesar 46,6 dengan frekuensi sebesar 34 kasus, sedangkan di
tempat kerja sebesar 43,8 atau sebanyak 32 kasus. Sebelumnya pada penelitian yang dilakukan di Instalasi Darurat RS Cipto Mangunkusumo tahun 2005 oleh
Nuraini dan Hutauruk tercatat sebanyak 27,6 trauma mata terjadi di tempat kerja dan 24,3 terjadi di rumah. Sedangkan berdasarkan data dari
AAO, kasus trauma mata di rumah tercatat sebesar 44,1. Hal ini dapat dipengaruhi oleh aktivitas yang
dilakukan oleh pasien sebelum trauma di lokasi kejadian tersebut. Kasus trauma mata terbanyak berdasarkan golongan pekerjaan yaitu didapati
pada wiraswasta sebanyak 49,3 atau 36 kasus, yang tidak bekerja sebanyak 20 orang atau 27,4, pegawai swasta sebanyak 8 kasus atau 11, buruh sebanyak 5
kasus atau 6,8, dan petani sebanyak 4 kasus atau 5,5.
Dari analisa data proporsi trauma mata paling banyak terjadi pada bagian kornea yaitu sebesar 68,5 atau 50 kasus, sesuai dengan data yang dikeluarkan
oleh AAO yaitu sebanyak 50,3. pada perlukaan konjungtiva dan sklera dijumpai sebanyak 8 dan 7 kasus dengan persentase masing-masing kasus sebesar 11 dan
9,6, berdasarkan data AAO, konjungtiva merupakan area mata yang paling sering mengalami perlukaan setelah kornea. Kemudian diikuti dengan perlukaan
pada palpebra dan orbita yang masing-masing sebesar 8,2 dan 2,7.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus trauma mata paling banyak terjadi
pada kelompok usia dewasa madya yaitu 41-60 tahun. Trauma mata juga paling banyak dialami oleh golongan laki-laki sebesar 60,3.
2.
Penyebab terbanyak trauma mata didapati 64,4 yang disebabkan oleh benda tumpul.
Trauma tumpul pada mata lebih sering disebabkan oleh trauma yang berasal dari benda tumpul seperti pukulan, benturan.
3.
Rata-rata jenis trauma yang dialami pasien 93,2 atau 68 kasus merupakan trauma tertutup. Trauma tertutup adalah luka pada dinding bola mata sklera atau kornea
dan luka ini tidak merusak bagian dari intraokuler.
4. Berdasarkan lateralisasi, dijumpai trauma mata sebesar 45,2 pada masing-
masing mata, tercatat area mata yang paling sering terlibat adalah kornea sebesar 69,9 atau 51 kasus.
5.
Dari analisa data, Kasus trauma mata paling sering terjadi di rumah yaitu sebesar 46,6 dan Pekerjaan yang paling berhubungan dengan trauma mata yaitu pada
wiraswasta sebesar 49,3.
6.
Didapati sebanyak 61 kasus atau 83,6 pasien datang berobat diatas 24 jam dan diterapi dengan medikamentosa sebanyak 82,2 atau 60 kasus.
6.2. Saran
Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini diantaranya:
1. Perlu dilaksanakan lebih banyak penelitian mengenai karakteristik trauma mata pada dewasa mengingat banyaknya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
trauma mata guna mengidentifikasi lebih jauh faktor lain yang turut
Universitas Sumatera Utara