Gejala klinis Leiomioma Uteri

6. Etnis Walaupun leiomioma sering dialami oleh smua etnis, orang Afrika-Amerika memiliki insidensi lebih tinggi daripada wanita dari etnis lain. Wanita Afrika- Amerika menjalani histerektomi mengalami peningkatan dan leiomioma yang lebih besar, dan diperkirakan hampir 90 uteri yang dibuang dari wanita tersebut karena gejala klinis leiomioma Haney, 2003. 7. Diet Beberapa studi memeriksa hubungan antara diet dan keberadaan atau pertumbuhan leiomioma. Sebuah studi menemukan bahwa daging sapi, daging merah lainnya, dan daging asap meningkatkan insidensi dari leiomioma, tetapi sayuran hijau menurunkannya. Penemuan tersebut sulit diinterpretasikan karena studi tersebut tidak menghitung asupan kalori dan lemak. Belum jelas apakah vitamin, serat, atau fitoestrogen bertanggung jawab untuk efek yang diobservasi Parker, 2007. 8. Merokok Merokok dapat mengurangi insidensi leiomioma. Beberapa faktor menurunkan bioavailabilitas estrogen pada jaringan target, berkurangnya perubahan androgen menjadi estron sekunder untuk menginhibisi aromatase oleh nikotin, ditingkatkannya 2-hidroksilasi dari estradiol, atau stimulasi yang lebih tinggi dari level globulin pengikat hormon seks Parker, 2007.

2.3.6. Gejala klinis

Pada umumnya dua pertiga wanita dengan leiomioma tidak bergejala Pernoll, 2001. Ketika gejala muncul, biasanya berhubungan dengan lokasi dari leiomioma, ukurannya, atau sejalan dengan perubahan degenerasi Wallach Vlahos, 2004. Gejala ginekologi yang paling sering adalah perdarahan uteri abnormal, efek penekanan, sakit, dan infertilitas. Perdarahan uteri abnormal ditemukan pada 30 pasien leiomioma uteri. Menorrhagia merupakan bentuk perdarahan uteri abnormal paling sering, dan memanjangnya perdarahan yang sedikit setelah menstruasi muncul Pernoll, 2001. Universitas Sumatera Utara Efek obstruksi pada vaskular uteri disebabkan oleh tumor intramural memicu terjadinya ektasia venule endometrium. Sebagai konsekuensinya, terjadi kongesti proximal di dalam miometrium dan endometrium dan berkontribusi pada perdarahan yang banyak pada saat siklus peluruhan endometrium Wallach Vlahos, 2004. Wanita dengan perdarahan yang banyak karena leiomioma menyebabkan anemia defisiensi besi Stoppler, 2010. Sangat jarang, polisitemia sekunder terjadi karena peningkatan eritropoesis pada leiomioma uteri Pernoll, 2001. Peningkatan ukuran dari rongga uteri dan permukaan endometrium juga berperan dalam meningkatkan kuantitas aliran darah menstruasi. Hipermenorrhea juga diperberat dengan adanya endometritis, yang sering terlihat pada pemeriksaan histologi jaringan endometrium di submukosa tumor. Disregulasi dari faktor pertumbuhan lokal dan penyimpangan angiogenesis juga terlihat pada bentuk perdarahan abnormal yang diamati pada wanita yang mempunyai leiomioma Wallach Vlahos, 2004. Penyebab sakit paling sering sepertiga dari pasien leiomioma mengalami sakit yang disebabkan oleh leiomioma adalah dismenorrhea yang didapat Pernoll, 2001. Biasanya berhubungan dengan terlilitnya pedikel dari leiomioma pedunkulasi, dilatasi serviks oleh mioma submukosa yang menjulur melalui segmen bawah uteri, atau degenerasi daging yang berhubungan dengan kehamilan. Dari tiga kondisi tersebut, sakit biasanya akut dan membutuhkan perhatian segera. Adenomiosis sering ditemukan pada pasien leiomioma, dan adenomiosis difus mungkin merupakan penyebab sakit. Kondisi ini sulit didiagnosis, terutama pada uterus yang distorsi oleh karena leiomioma, tetapi magnetic resonance imaging MRI terbukti membantu dalam deteksi adenomiosis dan membedakannya dari leiomioma Wallach Vlahos, 2004. Tekanan dan peningkatan dari lingkar perut lebih sering dihadapi daripada sakit. Gejala tersebut berkembang tanpa diketahui, sering tidak kelihatan dan biasanya samar-samar. Seiring dengan pertumbuhan leiomioma, tekanan diberikan bagian viseral didekatnya dengan manifestasi mulai dari sistem saluran kemih seperti frekuensi, obstruksi pengaliran pengeluaran, dan kompresi pada Universitas Sumatera Utara ureter. Gejala gastrointestinal seperti konstipasi atau tenesmus mungkin hasil dari leiomioma pada dinding posterior yang menekan recto-sigmoid. Penekanan pada rektal sangat jarang kecuali kalau leiomioma uterus terletak pada cul-de-sac atau mengandung leiomioma soliter besar pada dinding posterior Wallach Vlahos, 2004. Infertilitas sangat jarang disebabkan oleh leiomioma, tetapi kalau iya, biasanya berhubungan dengan leiomioma submukosa atau distorsi nyata, membesarnya rongga endometrium yang mengganggu implantasi normal atau transportasi sperma. Perpindahan serviks yang parah juga dapat menyebabkan infertilitas. Juga, pada leiomioma intramural dapat menyebabkan obstruksi atau disfungsi dari ostium tuba atau bagian intramural dari tuba. Untuk pasien yang menjalani fertilisasi in vitro, distorsi dari rongga endometrium oleh leiomioma terkait dengan penurunan kehamilan dan abortus spontan mencapai 50 kasus Wallach Vlahos, 2004. Komplikasi kehamilan akibat leiomioma dapat menyebabkan abortus, ketuban pecah dini, malapresentasi, sakit luar biasa, dystocia, kelahiran yang tidak direncanakan, perdarahan postpartum. Bagaimanapun, tidak terlihat adanya hubungan antara ukuran, tempat, atau karakteristik lain, dan hasilnya, tidak ada cara untuk mengantisipasi pasien mana yang akan mengalami kesulitan. Adanya peningkatan penggunaan tokolitik, kelahiran prematur, dan melahirkan sesar pada pasien dengan komplikasi kehamilan akibat leiomioma Pernoll, 2001.

2.3.7. Diagnosis