Distribusi Penderita Leiomioma Uteri Berdasarkan Usia Menarche Distribusi Penderita Leiomioma Uteri Berdasarkan Kelompok Paritas

berat badan 51-60 kg, yaitu sebesar 40,6, disusul oleh penderita yang dikelompokkan dalam rentang berat badan 41-50 kg 32,8. Belum banyak penelitian yang menggambarkan distribusi berat badan pada penderita leiomioma uteri. Beberapa diantaranya disebabkan tidak tersedianya sumber data yang adekuat. Pada penelitian Kurniasari 2010, 31,58 penderita memiliki IMT normal 18,5-25. Studi lain yang dilakukan terhadap wanita di Nigeria 1999 menunjukkan terdapat hubungan antara kelebihan berat badan IMT 25 dengan insidens leiomioma uteri. Obesitas mungkin berhubungan dengan mioma, namun apakah obesitas mendahului dan berperan sebagai faktor risiko, ataukah obesitas dapat pula sebagai efek sekunder dari massa tumor masih belum dapat dipastikan National Uterine Fibroids Foundation, 2010. Oleh karena penelitian ini hanya menggambarkan distribusi berat bedan penderita, bukan IMT, maka belum dapat disimpulkan mengenai distribusi ataupun mengenai keterkaitan antara berat badan dengan leiomioma uteri, bila dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang kebanyakan hanya menggambarkan distribusi IMT.

5.2.3. Distribusi Penderita Leiomioma Uteri Berdasarkan Usia Menarche

Penemuan dari suatu studi kohort The Black Women’s Health, menarche yang lebih cepat dapat dianggap sebagai faktor resiko leiomioma uteri. Dalam studi tersebut, resiko terus berkurang dengan meningkatnya umur dari menarche Baird, 2004. Maka hasil penelitian ini tidak bertentangan dengan studi tersebut, dimana peneliti mendapatkan hasil bahwa 20 orang penderita 31,3 mendapat haid pertama pada usia 12 tahun, disusul 21,9 yang berusia 13 tahun saat menarche, lalu 14 orang juga 21,9 dengan menarche pada 14 tahun, 10,9 pada usia 15 tahun, kemudian 6,3 pada usia 16 tahun, dan hanya 1,6 pada usia menarche 17 tahun. Universitas Sumatera Utara Johar 2009 pada penelitiannya juga mendapatkan usia menarche terbanyak pada kelompok usia 13-15 tahun, sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Sawaludin 2012 yang juga mendapatkan hasil yang serupa, yakni 57 dari keseluruhan sampel merupakan penderita dengan usia menarche 13-15 tahun. Secara garis besar persentase kasus leiomioma uteri pada penelitian ini semakin menurun seiring dengan peningkatan usia menarche. Ketidaksesuaian hanya ditemukan pada usia menarche 11 tahun, dimana hanya terdapat 4 orang 6,3, lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok usia 12 tahun 31,3. Hal ini dapat disebabkan berbagai hal, misalnya hubungan faktor nutrisi dengan usia menarche, kemampuan pasien untuk mengingat dengan tepat usia saat mereka mendapat haid pertama kalinya, sensitivitas jaringan terhadap hormon, dll.

5.2.4. Distribusi Penderita Leiomioma Uteri Berdasarkan Kelompok Paritas

Pada tabel 5.4 telah dijabarkan distribusi jumlah penderita leiomioma uteri berdasarkan kelompok paritas. Paritas muncul sebagai perlindungan terhadap leiomioma uteri pada The Black Women’s health Study, penemuan yang sangat mirip juga dilaporkan oleh The Nurses’ Health Study Baird, 2004. Perubahan hormonal pada fase awal kehamilan dianggap berkontribusi pada efek protektif tersebut Walker, 2001. Baird dan Danson 2003 mengajukan hipotesa bahwa efek protektif paritas terhadap fibroid meliputi proses involusi uterus pasca melahirkan, dimana leiomioma yang kecil ikut menyusut pada proses ini. Namun diungkapkan pula bahwa proteksi ini tertinggi dijumpai pada usia reproduktif pertengahan pada studi yang mereka lakukan. Sementara hasil yang diperoleh pada penelitian menunjukkan bahwa persentase terbesar penderita leiomioma uteri 45,3 berada pada kelompok multipara sedangkan kelompok paritas nullipara hanya berada pada urutan kedua 28,1. Selain itu, bila kita menggabungkan Universitas Sumatera Utara pengelompokkan hasil penelitian ini dengan hanya membagi kelompok paritas menjadi pernah melahirkan 71,9 dan tidak pernah melahirkan 28,1, maka peran paritas sebagai suatu faktor protektif terhadap kejadian leiomioma uteri mungkin tidak bersifat universal, meskipun demikian, adanya berbagai faktor risiko lain harus selalu dipertimbangkan. Di Indonesia khususnya, penelitian lain dengan desain analitik oleh Sawaludin 2012 juga mendapatkan hasil yang mirip dengan hasil yang diperoleh peneliti, dimana Sawaludin menyimpulkan terdapat hubungan antara jumlah paritas dengan mioma uteri dimana kelompok paritas multipara memperoleh persentase tertinggi, 58 dari total sampel. Ginting 2011 pada penelitiannya juga mendapatkan kelompok paritas multipara sebagai kelompok terbanyak, 45,2. Selain itu, Baird 2004 pernah mengemukakan bahwa walaupun efek perlindungan dari paritas sudah ditemukan dalam studi lainnya dengan baik, hubungan ini masih sulit diinterpretasikan karena berpotensial untuk terjadinya bias. 5.2.5. Distribusi Penderita Leiomioma Uteri Berdasarkan Letak Dari hasil penelitian didapati bahwa jumlah penderita leiomioma uteri berdasarkan letaknya terbanyak dijumpai di intramural yaitu sebanyak 40 orang 62.5, pada submukosa sebanyak 15 orang 23.4, dan pada subserosa sebanyak 9 orang 14.1. Pada penelitiannya, Ginting 2011 juga mendapat hasil yang sama dengan mioma di intramural sebanyak 41,9. Selain itu, didapati pula hasil yang menunjukkan bahwa 51 penderita memiliki tumor yang berlokasi pada intramural pada penelitian Kurniasari 2010. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan