Interpenetrasi Jaringan Polimer Pemanfaatan Serat Waru (Hibiscus Tiliaceus) Sebagai Bahan Pengisi Pembuatan Komposit Interpenetrasi Jaringan Polimer antara Karet Sintesis Etilene Prophilene Diene Monomer (EPDM)-Poliuretan(PU)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Polimer

Polimer ialah makromolekul yang terbentuk dari perulangan satuan-satuan sederhana monomernya. Beberapa sistem polimer yang paling penting secara industri adalah karet, plastik, serat, pelapis sampai adhesif Hartomo, 1996. Istilah polimer dihubungan dengan molekul besar suatu makromolekul yang strukturnya bergantung pada monomer atau monomer-monomer yang dipakai dalam preparasinya. Jika hanya ada beberapa unit monomer yang tergabung bersama, polimer dengan berat molekul rendah yang terjadi, disebut oligomer bahasa Yunani oligos,”beberapa”. Karena semua polimer sintetis dipreparasi melalui monomer- monomer yang terikat bersama, maka beberapa unit kimia akan berulang sendiri terus-menurus. Unit demikian ditulis dalam tanda kurung dianggap sebagai unit ulang Stevens, 2001.

2.2. Interpenetrasi Jaringan Polimer

Interpenetrasi jaringan polimer adalah gabungan dari dua polimer jaringan yang berbeda dengan ikatan kovalen antara dua jaringan. Suatu IPN dapat terjadi secara serentak ataupun berurutan melalui dua sistem polimer yang berbeda Odian, 2003. Rantai polimer dapat juga bercabang gambar 2.1.b.. Beberapa rantai lurus atau bercabang dapat bergabung melalui sambungan silang membentuk polimer bersambung silang. Jika sambungan silang terjadi ke berbagai arah maka terbentuk polimer bersambung-silang. Jika sambungan silang terjadi ke berbagai arah maka terbentuk polimer sambung-silang tiga dimensi yang sering disebut polimer jaringan. Universitas Sumatera Utara Gambar bagan rantai polimer melingkar, bercabang, dan membentuk jaringan dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini : a b c Gambar 2.1. Bagan a rantai lurus melingkar secara acak, b rantai bercabang dan c polimer jaringan Cowd, 1991. Banyak sistem polimer sifatnya sangat ditentukan oleh pembentukan jaringan tiga dimensi,seperti misalnya baekelit yang merupakan damar mengeras bahang fenol- metanal. Dalam sistem polimer seperti itu pembentukan sambungan silang tiga dimensi terjadi pada tahap akhir produksi. Proses ini memberikan sifat kaku dan keras kepada polimer Cowd, 1991 .

2.2.1. Klasifikasi IPN

2.2.1.1. Berdasarkan Ikatan Kimia

Berdasarkan ikatan kimia interpenetrasi jaringan polimer IPN terbagi atas dua yaitu ikatan kovalen berupa Semi IPN dan ikatan non kovalen terdiri dari Semi IPN dan Full IPN. - Kovalen Semi IPN : kovalen Semi IPN mengandung dua sistem polimer terpisah yang terikat silang untuk membentuk jaringan polimer tunggal. - Non-kovalen Semi IPN : non-kovalen Semi IPN hanya mengandung satu sistem polimer yang terikat silang. - Non-kovalen Full IPN : non-kovalen full IPN terdiri dari dua polimer yang terpisah dan terikat silang secara mandiri. Universitas Sumatera Utara Gambar Klasifikasi IPN berdasarkan ikatan kimia dapat dilihat pada Gambar 2.2. berikut ini : a b c Gambar 2.2. a non-kovalen semi IPN, b kovalen semi IPN, c non-kovalen full IPN Kumar et al. 2013.

2.2.1.2. Berdasarkan Pola

- Novel IPN yaitu polimer yang terdiri dari dua atau lebih jaringan polimer yang sebagian molekulnya bertautan tetapi salah satunya tidak terikat secara kovalen dan tidak dapat dipisahkan kecuali jika ikatan kimianya patah. - Sequential IPN IPN berurutan pada IPN jenis ini komponen polimer jaringan kedua dipolimerisasi terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan polimerisasi komponen polimer jaringan pertama. - Simultaneous IPN IPN Serentak dipreparasi melalui proses dimana kedua komponen polimer jaringan dipolimerisasi secara bersamaan. - Semi IPN terjadi apabila hanya salah satu komponen saja yang terikat silang dan meninggalkan yang lain dalam bentuk linear Kumar et al. 2013 Universitas Sumatera Utara

2.3. Komposit