Mengenai alasan yang pertama berkaitan dengan kenyataan bahwa karet sintetik merupakan produk yang patut diciptakan, dimana keberadaan karet sintetis ini
dapat meningkatkan keuntungan baik di bidang politik maupun ekonomi. Mengenai alasan yang kedua berkaitan dengan pengembangan industri karet yang
sangat dekat dengan industri transportasi dimana diperkuat oleh mesin pembakaran internal yang kemungkinan membutuhkan bantuan karet sintetis.
Mengenai alasan ketiga kekurangan dari karet alam dalam aplikasinya dalam keperluan alat-alat yang bersifat elastis yang berasal dari karet alam, mampu
ditutupi dengan adanya karet sintetis. Meskipun permintaan karet alam memiliki sifat lebih baik untuk ban, karet sintetis ini menjadi meningkat kepentingannya
misalnya untuk industri pesawat terbang Blackley, 1983.
2.5. Karet EPDM
Karet etilen propilen monomer EPM diperkenalkan di United State dalam jumlah yang terbatas pada tahun 1962. Ada dua jenis karet etilen propilen, EPM dan
EPDM. Desain dari EPM meliputi kopolimer sederhana dari etilen dan propilen “E” untuk etilena, “P” untuk propilena, dan “P” untuk polimetilena - CH2x -
jenis tulang belakang. Pada kasus EPDM, “D” adalah komonomer ketiga, suatu diena, yaitu molekul tak jenuh dalam molekul EPDM. EPDM adalah struktur tak
jenuh EPM. Ketidakjenuhan ini ditandai dengan kopolimerisasi etilena dan propilena dengan komonomer ketiga, yaitu suatu diena nonkonjugasi. Diena
terstruktur hanya pada satu ikatan rangkap yang akan terpolimerisasi dan ikatan rangkap tak bereaksi berperan sebagai sisi untuk ikat-silang sulfur Morton,
1987.
Universitas Sumatera Utara
Struktur karet sintetis EPDM dapat dilihat pada Gambar 2.3. di bawah ini :
C C
H H
C C
H H
H H
H CH
3
C C
H H
HC CH
2
CH H
2
C C
C CH
3
x y
z n
Gambar 2.3. Struktur Karet Sintetis EPDM Batiuk, 1976.
Polimer EPDM memiliki berat molekul yang tinggi dan merupakan elastromer padat. EPDM memiliki nilai viskositas larutan encer Dilute Solution
ViscosityDSV 1,6 – 2,5, yang diukur dengan 0,2 g EPDM per desiliter toluena pada temperatur 25ºC. Karet EPDM memiliki nilai kekuatan tarik kira-kira 800-
1800 psi sekitar 5,51-12,40 MPa dan kemuluran sebesar 600 Batiuk, 1976.
2.6. Poliuretan
Gugus isosianat,-NCO merupakan gugus yang sangat reaktif dan dapat membentuk uretan dengan alkohol. Reaksi gugus isosianat dengan alkohol dapat
dilihat pada Gambar 2.4. berikut ini : R.NCO + ROH
R.NH.COO.R Gambar 2.4. Reaksi Gugus Isosianat dengan alkohol Cowd, 1991
Universitas Sumatera Utara
Jika diisosianat atau poliisosianat bereaksi dengan diol atau polidiol senyawa polihidrat, akan terjadi poliuretan. Reaksi diisosianat dengan polidiol dapat
dilihat pada Gambar 2.5. di bawah ini :
OCN R
NCO + OH R
OH
OCN R
NH CO
O R
OH Bereaksi dengan monomer-
monomer berikutnya
CO NH
CO O
R O
Gambar 2.5. Reaksi Diisosianat dengan Polidiol Membentuk Poliuretan Cowd,1991
Seperti poliamida, poliuretan dapat mengalami ikatan hidrogen. Upaya pertama untuk membuat poliuretan niaga dialkukan oleh Bayer di Jerman yang membuat
polimer dari heksana-1,6- diisosianat heksametila diiosianat dari buatana -1,4- diol -1,4-butandiol. Kesatuan berulangnya mempunyai struktur seperti gambar
2.6 berikut ini :
O
C N
CH
2 6
N C
CH
2 4
O H
H O
Gambar 2.6. Kesatuan berulang Poliuretan Cowd, 1991
Universitas Sumatera Utara
Gambar reaksi antara gugus isosianat dengan alkohol dapat dilihat pada Gambar 2.7. di bawah ini :
N C
O
+
OH R
1
R
2
R
1
N H
C O
O R
2
Gambar 2.7. Reaksi isosianat dengan alkohol membentuk Uretan Cheremisinoff et al. 1989
Jika gugus isosianat bereaksi dengan air akan membentuk asam karbanat seperti terlihat pada gambar 2.8. berikut ini :
N R
1
C O + O
H H
N R
1
H C
O
O H
Gambar 2.8. Reaksi Isosianat dengan air akan membentuk asam karbanat Cheremisinoff et al. 1989
Ketika isosianat bereaksi dengan air akan membentuk asam karbanat akan membentuk asam karbanat yang tidak stabil yang kemudian akan terdekomposisi
amin dan karbon dioksida sesuai dengan Gambar 2.9. berikut ini :
R
1
N H
C O
O H
R
1
N H
H + O
C O
Gambar 2.9. adalah asam karbanat yang terdekomposisi membentuk amin dan karbon dioksida Cheremisinoff et al. 1989.
Universitas Sumatera Utara
Kemudian, ketika suatu isosianat bereaksi dengan suatu amin akan membentuk urea seperti terlihat pada Gambar 2.10. berikut ini :
N C
O R
1
+ N
R
2
H H
N R
1
H C
O
N H
R
2
Gambar 2.10. Reaksi isosianat dengan amin akan membentuk urea Cheremisinoff et al. 1989.
Pada umumnya semua pelarut yang dibeli dipasaran mengandung sedikit oksigen dan air yang diabsorbsi dari udara selama penyimpanan. Keberadaan
oksigen dan air ini tidak diiginkan dalam reaksi-reaksi yang melibatkan zat-zat yang peka udara dan air, oleh karena itu pelarut yang digunakan harus bebas udara
dan air. Maka pelarut tersebut dapat dihilangkan dengan mengalirkan gas nitrogen bubbling kedalam pelarutnya, selama beberapa waktu misalnya 5 - 10 menit
Sembiring, 2007
2.7. Serat