4.2.8. Hubungan Jenis Makanan dengan Status Gizi pada Bayi 6-12 Bulan di Kecamatan Medan Amplas
Pada Tabel 4.12 dari 75 orang memberikan jenis makanan tambahan sesuai usia bayi, mempunyai status gizi bayi BB Normal dikategorikan baik 71 orang
94,7. Sementara 25 orang memberikan jenis makanan tambahan tidak sesuai dengan usia bayi, mempunyai status gizi BB kurang dikategorikan tidak baik 10
orang 40. Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0.000 0,05. Hal ini berarti
terdapat hubungan antara jenis pemberian makanan tambahan dengan status gizi pada bayi 6-12 bulan di Kecamatan Medan Amplas.
Tabel 4.12 Hubungan Jenis Makanan Tambahan dengan Status Gizi pada Bayi 6-12 Bulan di Kecamatan Medan Amplas
Jenis Makanan Tambahan
Status Gizi Total
P- Value Normal
Kurang n
n n
Baik 71
94,7 4
5,3 75
100 P= 0,000
Tidak baik 15
60 10
40 25
100 4.2.9. Hubungan Konsumsi Energi dan Protein dengan Status Gizi pada Bayi
6-12 Bulan di Kecamatan Medan Amplas Pada Tabel 4.13 dari 47 orang yang memberikan makanan berdasarkan
kecukupan energi 560-800 kkalhari dikategorikan baik, mempunyai status gizi bayi normal 45 orang 95,7. Sementara 53 orang yang memberikan kecukupan energi
560 kkalhari dikategorikan sedang, juga mempunyai status gizi bayi normal 41 orang 77,4.
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0.009 0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan antara konsumsi energi dengan status gizi pada bayi 6-12 bulan di
Kecamatan Medan Amplas.
Tabel 4.13 Hubungan Konsumsi Energi dengan Status Gizi pada Bayi 6-12 Bulan di Kecamatan Medan Amplas
Konsumsi Energi
Status Gizi Total
P-Value Normal
Kurang n
n n
Baik 560-800 kkalhari
45 95,7
2 4,3
47 100
p= 0,009 Sedang 5,60
kkalhari 41
77,4 12
22,6 53
100
Pada Tabel 4.14 dari 49 orang yang memberikan makanan dengan kecukupan protein 12-15 gramhari kategori baik mempunyai status gizi bayi normal 46 orang
93,9. Sementara 51 orang yang memberikan kecukupan protein 12 gramhari kategori sedang, mempunyai status gizi bayi normal 40 orang 78,4.
Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0.011 0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan antara konsumsi protein dengan status gizi pada bayi 6-12 bulan di
Kecamatan Medan Amplas.
Tabel 4.14 Hubungan Konsumsi Protein dengan Status Gizi pada Bayi 6-12 Bulan di Kecamatan Medan Amplas
Konsumsi Protein
Status Gizi Total
P-Value Normal
Kurang n
n n
Baik 12-15 gramhari
46 93,9
3 6,1
49 100
p= 0,011 Sedang 12
gramhari 40
78,4 11
21,6 51
100
Universitas Sumatera Utara
4.2.10. Hubungan Frekuensi Konsumsi Makan dengan Status Gizi pada Bayi 6-12 Bulan di Kecamatan Medan Amplas
Pada Tabel 4.15 dari 88 orang yang memberikan frekuensi konsumsi makan
baik, mempunyai status gizi normal 81 orang 92. Sementara 12 orang tidak memberikan frekuensi konsumsi makanan dikategorikan tidak baik, mempunyai
status gizi kurang 7 orang 58,3. Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0.000 0,05. Hal ini berarti
terdapat hubungan antara frekuensi konsumsi makan dengan status gizi pada bayi 6- 12 bulan di Kecamatan Medan Amplas.
Tabel 4.15 Hubungan Frekuensi Konsumsi Makan dengan Status Gizi pada Bayi 6-12 Bulan di Kecamatan Medan Amplas
Frekuensi Konsumsi
Makan Status Gizi
Total P-Value
Normal Kurang
n n
n
Baik 81
92 7
8 88
100 p= 0,000
Tidak baik 5
41,7 7
58,3 12
100
4.2.11. Hubungan Usia Pertama Kali diberi Makan dengan Status Gizi pada Bayi 6-12 Bulan di Kecamatan Medan Amplas
Pada Tabel 4.16 dari 36 orang yang memberikan MP-ASI pada usia ≥ 6 bulan
dikategorikan baik, mempunyai status gizi normal 30 orang 83,3. Sementara 64 orang memberikan makanan MP-ASI 6 bulan dikategorikan tidak baik, mempunyai
status gizi normal 56 orang 87,5. Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai p = 0.563 0,05. Hal ini berarti
tidak terdapat hubungan usia pertama kali diberi makan dengan status gizi pada bayi 6-12 bulan di Kecamatan Medan Amplas.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16 Hubungan Usia Pertama Kali diberi Makan dengan Status Gizi pada Bayi 6-12 Bulan di Kecamatan Medan Amplas
Usia Pertama
Kali diberi Makan
Status Gizi Total
P-Value Normal
Kurang n
N n
Baik ≥6
bulan 30
83,3 6
16,7 36
100 p= 0,563
Tidak baik 6 bulan
56 87,5
8 12,5
64 100
4.2.12 Pengaruh Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI Jenis Makanan, Frekuensi Konsumsi Makan, dan Jumlah Energi Protein terhadap
Status Gizi pada Bayi 6-12 Bulan di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan
Untuk mengetahui pengaruh pola pemberian makanan pendamping ASI jenis makanan, jumlah energi, jumlah protein dan frekuensi makan terhadap status gizi
pada bayi 6-12 bulan, dilakukan uji regresi logistik untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap status gizi bayi, dengan hasil uji sebagai berikut.
Tabel 4.17 Hasil Uji Regresi Logistik Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI Jenis Makanan, Konsumsi Energi dan Protein serta Frekuensi
Konsumsi Makan terhadap Status Gizi pada Bayi 6-12 Bulan di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan
B P=value
Exp B
Step 1a Jenis Makanan Tambahan
3,267 0,001
47,228 Jumlah Energi
4,346 0,000
71,395 Jumlah Protein
4,108 0,000
56,953 Frekuensi Konsumsi
Makanan 3,655
0,003 46,706
Constant 18,379
0,000 0,000
Overall Persentage = 92
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 4.17 yang disajikan diperoleh hasil uji regresi logistik berganda varibel pola pemberian makanan pendamping ASI jenis makanan, jumlah energi dan
protein dan frekuesi konsumsi makan memengaruhi status gizi pada bayi 6-12 bulan di Kecamatan Medan Amplas Kota Medan.
Variabel jenis makanan tambahan diperoleh nilai p=0,001, β=3,267 dan Exp
β= 47,228 yang berarti jenis makanan tambahan yang diberikan kepada bayi berusia 6-12 bulan memengaruhi status gizi berpeluang 51,4 kali lebih baik bila dibandingkan
dengan pemberian jenis makanan tambahan yang tidak baik. Selanjutnya variabel jumlah energi diperoleh nilai p = 0,000,
β = 4,346 dan Exp
β = 71,395 berarti ibu yang memberikan makanan pendamping ASI pada bayi dengan jumlah energi sebesar 560 sampai dengan 800 kkalhari berpeluang 71,4
kali lebih baik bila dibandingkan ibu dengan bayi yang memiliki jumlah energi kurang dari standar kebutuhan energi.
Selanjutnya variabel jumlah protein diperoleh nilai p = 0,000, β = 4,108 dan
Exp β = 56,953 berarti ibu yang memberikan makanan pendamping ASI pada bayi
dengan jumlah protein 12 sampai dengan 15 gramhari berpeluang 57 kali lebih baik bila dibandingkan ibu memberikan makanan dengan jumlah konsumsi protein kurang
dari standar kebutuhan protein. Variabel frekuensi konsumsi makanan diperoleh nilai p = 0,003,
β= 3,655 dan Exp
β= 46,706 berarti ibu yang memberikan makanan dengan frekuensi sesuai dengan usia bayi berpeluang 49,6 kali lebih baik bila dibandingkan ibu yang
memberikan makanan dengan frekuensi tidak sesuai dengan usia bayi.
Universitas Sumatera Utara
1 1 + e
– 18,379 + 3,267X1 + 4,346X2 + 4,108X3 + 3,655X4
Ŷ = Secara keseluruhan uji secara serentak dapat dijelaskan dari nilai overall
percentage yang ditunjukkan pada uji regresi logistik 92, artinya jenis makanan tambahan, jumlah energi, jumlah protein dan frekuensi konsumsi makanan mampu
menjelaskan pola konsumsi makanan bayi sebesar 92 dan selebihnya dipengaruhi oleh variabel atau faktor lain yang tidak diteliti seperti pengetahuan dan adat istiadat.
Persamaan regresi logistik dapat ditentukan :
Pi Log
= Y = 18,655 + 3,267 jenis makanan + 3,267 jumlah energi 1=Pi + 4,346 jumlah protein + 3,655 frekuensi makanan +
μ
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN