PENUTUP KAJIAN TEORI Pengaruh sinetron religi terhadap sikap keberagamaan siswa : studi kasus di smp negeri 1 cigombong-bogor

2. ............................................................................... Interpret asi Data......................................................................... 88

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 91 B. Saran-saran......................................................................... 92 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93 LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah Salah satu aspek positif dari modernitas zaman adalah berkembangnya teknologi dan media informasi dewasa ini. Media itu dapat berupa media cetak, elektronik, audio dan masih banyak lagi. Contoh kongkrit jenis media elektronik adalah seperti televisi dan radio. Dari sekian banyak media massa yang ada saat ini, televisi merupakan salah satu produk kemajuan teknologi komunikasi yang lebih sempurna dan dapat menutupi kekurangan yang ada pada media komunikasi lainnya yaitu, surat kabar, majalah, radio dan film. Televisi secara utuh mampu menampilkan gambar secara nyata dan lengkap dengan suara aslinya, sehingga dapat dikatakan bahwa televisi akan mempunyai pengaruh yang lebih besar dan lebih luas. Televisi merupakan salah satu media informasi dan sarana komunikasi umum yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Tak dapat dipungkiri televisi mempunyai banyak manfaat, khususnya acara-acara yang menayangkan berita aktual, film dokumenter, dan mengungkap alam dan ilmu pengetahuan. Hal ini karena adanya kelebihan yang dimiliki oleh cara kerjanya, yaitu memadukan antara gambar dan suara, yang membuat penyampaian informasi lebih mudah difahami oleh semua lapisan. Disamping itu, acara-acara televisi sangat digemari oleh anak-anak karena mengandung daya pikat dan kemampuan yang tinggi dalam menghipnotis anak untuk menghabiskan waktu di depan televisi disamping mudah diperoleh dan mudah dioperasikannya. 1 Para ahli mengatakan bahwa “75 dari pengetahuan manusia sampai ke otaknya melalui mata dan yang selebihnya melalui pendengaran dan indera-indera lainnya.” 2 dalam hal ini, televisi adalah media yang memberikan pengetahuan yang lebih mudah diterima oleh manusia. Televisi mampu menembus ruang dan waktu, menembus batas-batas negara, batas-batas ideologi, keyakinan dan agama. Kebanyakan orang menganggap bahwa televisi merupakan suatu kebutuhan primer yang mendesak, sehingga hampir semua rumah memiliki pesawat televisi. Pesawat ini diduga dapat menguasai hati orang dewasa terlebih anak, dan kebanyakan orang senantiasa mengikuti acara-acara penayangannya, tanpa membatasi diri atau membuat aturan, sehingga seringkali waktu anak menyaksikannya lebih lama dari waktu yang digunakan untuk belajar, bermain, sosialisasi dengan teman lainnya. 3 Sebagaimana kita ketahui bahwa stasiun televisi kita di tanah air, memiliki kecenderungan untuk meniru satu dengan lainnya. Jika sebuah program di sebuah 1 Fadhlan Abu Yasir, Pengaruh Media Televisi Terhadap Pendidikan Aqidah Anak, Solo: Makalah Seminar Horor, Mei 2004 2 Amir Sulaiman Hamzah, Media Audio Visual Untuk Pengajaran dan Penyuluhan, Jakarta : Gra media, 1981, h. 17 3 Suplemen Pikiran Rakyat Khusus Budaya, Masyarakat dan Industri Hantu, Edisi 2002 stasiun TV ternyata booming, stasiun-stasiun TV lain akan beramai-ramai meniru program itu dan menampilkannya dengan sedikit rekayasa agar terkesan berbeda. Tiru-meniru menjadi lumrah, duplikasi progam bukan hal aneh. Fenomena “latah” inilah yang seringkali kita lihat pada dunia pertelevisian kita dewasa ini. Beberapa waktu yang lalu, dunia pertelevisian kita diwarnai oleh tayangan-tayangan misteri. Tayangan tersebut tidak hanya digandrungi oleh kalangan biasa, namun bagi kalangan elit pun tayangan misteri ini mendapat rating yang cukup tinggi. Fenomena tersebut, masih ada sampai saat ini dengan menjamurnya tayangan- tayangan religi, termasuk diantaranya sinetron yang bertemakan religius. Cerita yang ditayangkan, biasanya diambil dari majalah-majalah Islami yang sebelumnya telah mendapat tempat di hati masyarakat kita. Banyak dari majalah tersebut mengangkat kisah-kisah nyata. Hingga saat ini, hampir semua stasiun televisi seolah tidak ingin ketinggalan untuk menayangkan tayangan-tayangan religi tersebut. Akibat dari banyaknya tayangan religi tersebut, tentunya memiliki pengaruh yang tidak dapat disangkal lagi. Tentunya ada pengaruh yang positif dan ada pula yang negatif. Pengaruh positif diantaranya dapat memberikan motivasi kepada kita untuk selalu berbuat baik sesuai dengan yang diajarkan agama, sedangkan dampak buruknya dapat menciptakan suatu masyarakat yang selalu bermimpi dreaming society, karena dengan banyaknya tayangan religi mengakibatkan masyarakat awam beranggapan bahwa do’a itu sifatnya instan saja, tanpa memerlukan usaha dari kita. Padahal tidak demikian, selain berdo’a kita juga harus berusaha. Televisi yang menayangkan program religi tersebut bisa berpengaruh terhadap kehidupan dunia anak. Apalagi anak-anak zaman sekarang tidak dapat lepas dari menonton televisi. Tentunya mereka mengetahui tayangan-tayangan religi, termasuk diantaranya sinetron religi. Lalu, dengan sinetron religi tersebut apakah dapat berpengaruh terhadap keberagamaan? Apakah dengan menonton sinetron religi bisa memperbaiki kualitas ibadah?. Oleh karena itulah, penulis merasa tertarik untuk membahas masalah ini dalam bentuk skripsi, yang berjudul : “PENGARUH SINETRON RELIGI TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN SISWA; Studi Kasus di SMPN 1 Cigombong-Bogor” Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

a. Sinetron religi hanya dibatasi pada sinetron “Rahasia Ilahi” yang ditayangkan di TPI, “Hidayah” yang ditayangkan TRANS TV, dan “Maha Kasih” yang ditayangkan RCTI. b. Sikap siswa menyangkut persepsi, afeksi dan konasi setelah menyaksikan sinetron religi c. Keberagamaan yang menyangkut aspek aqidah, ibadah dan akhlak.

2. Perumusan Masalah

a. Bagaimana pandangan siswa setelah menyaksikan sinetron religi? b. Dimensi keberagamaan apa saja yang dipengaruhi oleh sinetron religi? c. Bagaimana sikap keberagamaan siswa setelah menyaksikan sinetron religi? d. Nilai pendidikan apa saja yang bisa diambil dari menyaksikan sinetron religi? e. Seberapa besar frekuensi menonton sinetron religi “Rahasia Ilahi”, “Hidayah”, dan “Maha Kasih” Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sinetron religi terhadap sikap keberagamaan siswa SMPN 1 Cigombong-Bogor

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah: Jika memang ditemukan adanya pengaruh positif kepada anak akibat menyaksikan sinetron religi, maka penulis berharap dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait untuk melakukan kebijakan yang positif. Metode Pembahasan Metode pembahasan yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis. Yaitu menganalisa keterkaitan antara variabel-variabel dalam suatu fenomena yang diteliti dan menguraikan data-data yang ada untuk kemudian disimpulkan. Adapun sifat penelitian ini adalah: Library Reseach Penelitian Kepustakaan Yaitu dengan cara membaca buku-buku yang ada hubungannya dengan permasalahan ini. Field Reseach Penelitian Lapangan Yaitu dengan cara meneliti langsung ke obyeknya. Metode seperti ini menggunakan fenomena yang ada di lapangan, tanpa membuat manipulasi terhadap variabel yang akan dilihat atau diukur. Metode penelitian ini digunakan dengan tujuan agar hasil yang diperoleh – pengaruh tayangan sinetron religi terhadap sikap keberagamaan siswa – mendekati gambaran yang sama dengan keadaan seharusnya. Teknis penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku pedoman Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh UIN JAKARTA PRESS tahun 2002. Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, pada bab ini dikemukakan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode pembahasan serta sistematika penulisan. BAB II Kajian Teori, yang terdiri atas pembahasan pengertian televisi, keuntungan dan keterbatasan media televisi, isi tayangan televisi, pengertian sinetron religi, macam-macam sinetron religi, nilai pendidikan dalam sinetron religi, indikator sinetron religi yang mendidik, pengertian sikap keberagamaan, dimensi sikap keberagamaan, faktor-faktor yang mempengaruhi keberagamaan, indikator sikap keberagamaan, kerangka berfikir dan hipotesis. BAB III Metodologi Penelitian, yang berisi variabel penelitian dan definisi operasional, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, metode penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik pengolahan dan analisis data. BAB IV Hasil Penelitian, merupakan hasil yang terdiri atas gambaran umum objek penelitian dan analisis data. BAB V Penutup, berupa kesimpulan dan saran

BAB II KAJIAN TEORI

TELEVISI Definisi Televisi Kata televisi berasal dari bahasa Inggris, television. Kata tele diambil dari bahasa Yunani yang berarti jauh dan vision diambil dari bahasa Latin yang berarti pandangan atau pemandangan. 4 M.O. Pelapah dan Atang Syamsuddin menjelaskan bahwa “televisi adalah salah satu bentuk mass media yang memancarkan suara dan gambar yang berarti sebagai reproduksi dari kenyataan yang disiarkan melalui gelombang-gelombang elektromagnetik sehingga dapat diterima oleh pesawat penerima di rumah.” 5 Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer dikemukakan bahwa “televisi pesawat televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar yang objeknya bergerak dan disertai suara, digunakan untuk menyiarkan pertunjukan, berita, dan sebagainya. 6 Menurut Arsyad Azhar, televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. 7 Sedangkan 4 Takariawan Cahyadi, Media Massa Virus Peradaban, Tarbiyatuna, November Cet. I, h. 15 5 Depdikbud RI, Pesan-pesan Budaya Film Anak-Anak dalam Tayangan Televisi; Studi Tentang Pengaruh Sistem Terhadap Perilaku Sosial Remaja Kota Ciganjur, Jakarta : CV. Eka Putra, 1955, h. 31 6 Salim Peter dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta : Modern English Press, 1991, Cet. Ke-I, l. 1570 7 Azhar Arsyad, Media Pengajaran, Jakarta : Raja Grafindo Perkasa, 1997, Cet. I. h. 50 Oemar Hamalik 1985: 134: “Television is an electric motion picture with conjoinded or attended sound;both picture and sound reach the eye and ear simultaneously from remote broad cast point”. 8 Definisi tersebut menjelaskan bahwa televisi sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik yang pada dasarnya sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Maka televisi sebenarnya sama dengan film, yang dapat didengar dan dilihat. Media ini berperan sebagai gambar hidup dan juga sebagai radio yang dapat dilihat dan didengar secara bersamaan. Televisi juga dapat memberikan kejadian-kejadian sebenarnya pada saat suatu peristiwa terjadi dengan disertai komentar penyiarnya. Kedua aspek tersebut secara simultan dapat didengar dan dilihat oleh para pemirsa. Peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian tersebut langsung disiarkan dari stasiun pemancar televisi tersebut. Televisi sebagai media massa memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai media informasi information, sebagai media pendidikan education, sebagai media hiburan entertainment. 9 Walaupun kebanyakan orang membeli televisi dengan tujuan untuk mendapatkan hiburan melalui acara yang ditayangkan, namun mereka tetap mengharapkan di dalam hiburan tersebut terdapat unsur pendidikan. 10 8 Asnawir dan Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, Jakarta : Ciputat Press, 2000, Cet. I, h. 101 9 Zamris Habib, et. al., Penelitian Film Anak-Anak di televise Dalam Rangka Pembangunan Pendidikan Budi Pekerti Melalui Televisi, Jurnal Teknodi, Vol IX Oktober ; 2001, h. 7 10 Tatik Kartika Sari, Pesan-pesan Budaya Film Anak Dalam Tayangan Televisi, Jakarta : CV. Eka Putra, 1995, Cet. I, h. 31 Keuntungan dan Keterbatasan Televisi Televisi sebagai media pengajaran mengandung beberapa keuntungan antara lain : a. Bersifat langsung dan nyata, serta dapat menyajikan peristiwa-peristiwa sebenarnya; b. Memperluas tinjauan kelas, melintasi berbagai daerah atau negara; c. Dapat menciptakan kembali peristiwa masa lampau; d. Dapat mempertunjukkan banyak hal dan banyak segi yang beraneka ragam; e. Banyak mempergunakan sumber-sumber masyarakat; f. Menarik minat anak; g. Dapat melatih guru baik dalam free-service maupun in service training; h. Masyarakat diajak berpartisipasi dalam rangka meningkatkan perhatian mereka terhadap sekolah. Televisi disamping memiliki keuntungan, tapi juga memiliki keterbatasan diantaranya adalah: a. Film bersuara tidak dapat diselingi dengan keterangan-keterangan sewaktu film diputar, penghentian pemutaran akan mengganggu konsentrasi audiens; b. Audiens tidak dapat mengikuti dengan baik kalau film diputar secara cepat; c. Apa yang telah lewat sulit diulang kecuali memutar kembali secara keseluruhan; d. Biaya pembuatan dan peralatannya cukup tinggi dan mahal. Isi Tayangan Televisi Budaya menonton televisi telah demikian mengakar pada bangsa Indonesia. Masuknya media elektronik berupa televisi dan maraknya stasiun pertelevisian swasta yang menawarkan beraneka macam hiburan, juga turut menopang lestarinya budaya tersebut. Memang, bangsa kita tengah mengalami lompatan budaya, dimana belum tercapainya reading society, maka telah didahului oleh watching society sebagai gambaran yang tidak asing lagi dalam masyarakat kita. Masyarakat kita berada dalam posisi kenyamanan dalam kebudayaan kelisanan watching society termasuk di dalamnya, seakan tidak mengenal budaya tulisan literer. Ketika dalam masyarakat kita terbentuk watching society, maka content dari media pertelevisian menjadi teramat penting. Apapun yang disuguhkan oleh lebih dari 10 stasiun televisi berskala nasional, dan sejumlah besar stasiun televisi lokal sebagai media hiburan dan informasi, akan menimbulkan pengaruh pada pembentukan persepsi umum yang ada di masyarakat. 11 11 http:www.blogger.com Ada beberapa macam isi tayangan televisi menurut Anggota Komisi Penyiaran Indonesia Daerah KPID Jawa Barat Dian Wardiana Sjuchro mengungkapkan fakta, di televisi banyak kekerasan, seks, jurnalisme menyimpang, takhayul, dan mistik. Tokoh masyarakat, Ny. Otje Djundjunan, dengan mengutip apa yang dikatakan Presiden SBY mengungkapkan, dewasa ini sering ada tayangan- tayangan yang menurut kacamata kita orang timur kurang pada tempatnya. Menurut psikolog Afra Hafny Noer, materi seksual lebih banyak diekspos daripada unsur pendidikannya. Sedangkan Asri Arum Sari yang khusus membahas mengenai tayangan sinetron, mengungkapkan kegetirannya oleh banyaknya sinetron yang tidak bermutu tetapi daya serap penontonnya cukup tinggi. 12 Sinetron Religi Pengertian Sinetron Religi Sinetron merupakan penggabungan dan pemendekan dari sinema dan elektronika. Elektronika disini tidak semata mengacu pada pita kaset yang proses perekamannya berdasar kaidah-kaidah elektronis. Elektronika dalam sinetron itu lebih mengacu pada mediumnya. Yaitu televisi dan televisual, yang merupakan medium elektronik selain siaran radio. 13 Sinetron disebutkan juga sama dengan televisi play, sama dengan teledrama, sama dengan sandiwara televisi atau sama dengan lakon televisi. Inti persamaannya 12 http:www.pikiran-rakyat.com 13 Veven Sp. Wardana, Kapitalisme Televisi dan Strategi Budaya Massa, Jakarta: Pustaka Pelajar, 1997, h. 1 sama-sama ditayangkan di media audio visual yang disebut televisi. Seperti telah disebutkan diatas, sinetron adalah kependekan dari sinema dan elektronika berdasarkan kata sinema saja, ini sudah mengarah pada sebuah konsep film sinema. Oleh sebab itu, sinetron dalam penerapannya tidak jauh berbeda dengan film layar putih layar lebar. Demikian juga tahapan penulisan dan format naskah. Yang berbeda hanyalah film layar putih menggunakan kamera optik, bahan seloid dan medium sajiannya menggunakan proyektor dan layar putih di gedung bioskop. Sedangkan sinetron menggunakan kamera elektronik dengan video record dan pita di dalam kaset sebagai bahannya, penayangannya melalui medium televisi. 14 Walaupun sinetron memiliki beberapa prinsip dasar yang sama dengan film layar putih layar lebar tetapi masing-masing memiliki dinamika yang berbeda. Televisi memiliki dinamikanya sendiri, yang pertama adalah dalam ukuran layar, film layar yang dipancarkan proyektor lalu terlayang pada sebuah layar yang besar. Sementara gambar sinetron yang direkam langsung dalam pita kaset ditayangkan melalui televisi yang layarnya relatif kecil. Kedua dari segi penontonpemirsa, penonton film adalah mereka yang sejak awal benar-benar memiliki niat untuk menonton. Adapun penonton sinetron karena tak pernah langsung memilih dari jenis sinema, judul, hingga jadwal waktu, jenis 14 Fred Wibowo, Dasar-dasar Produksi Program Televisi, Jakarta: Gramedia, 1997, h. 153 penontonnya jauh lebih beragam, beragam dari tingkat ekonominya, intelektualitasnya, dan kategori lainnya. 15 Film layar lebar dapat ditonton secara khusus, diruang khusus biasanya dengan sistem pembayaran tertentu. Sinetron justru sebaliknya yaitu selalu membuka peluang ditonton secara tidak khusus tidak ada bayaran khusus. Misalnya ditonton sambil menerima tamu, arisan atau makan, tempatnya bisa ditempat tidur, bandara, kafe dan lain-lain. Sinetron memiliki jeda yang biasanya berupa iklan. Dengan kata lain sudut pembuatannya sinetron adalah karya plus, artinya semua elemen dasarnya sama, tetapi khusus sinetron harus puas disesuaikan untuk konsumsi televisi. 16 Atas kondisi diatas, maka dinamika dan ritme plot sinema televisi harus mampu menarik perhatian penonton. Caranya bisa beragam, misalnya menghadirkan cuplikan adegan-adegan yang menarik yang akan muncul pada malam itu dengan tujuan penonton akan terpaku untuk menyaksikan adegan demi adegan yang menarik. Cara lainnya, sesuai dengan kondisi pemirsa yang tidak bisa memilih, maka irama kisah tidak bisa dibiarkan berlama-lama untuk sampai pada jeda tertentu, atau pouse. Biasanya untuk iklan pada saat jeda inilah pemirsa bisa ke dapur terlebih dahulu, kamar dulu mengambil sesuatu dan kegiatan lainnya lagi sebelum kisah dimulai lagi, inilah satu ciri-ciri sinetron. 15 Veven Sp. Wardana, op. cit., h. 279 16 Wina Ardana SA, SH, MBA, Sinetron Sebagai Produk Seni dan Medium Komunikasi Budaya, Makalah Dalam Seminar Sehari Sinetron: Memacu Peningkatan Kualitas Produksi Sinetron Indonesia, Oktober 1997 Kelebihan-kelebihan sinetron seperti yang telah disebutkan diatas tadi maka tak heran mengapa sinetron banyak ditonton pemirsa. Beberapa faktor yang membuat sinetron disukai yaitu: a. Isi pesannya sesuai dengan realitas sosial pemirsa b. Isi pesannya mengandung cerminan tradisi nilai luhur dari budaya masyarakat pemirsa c. Isi pesannya lebih banyak mengangkat permasalahan atas persoalan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. 17 Paket sinetron yang tampil di televisi adalah salah satu bentuk untuk mendidik masyarakat dalam bersikap dan berprilaku sesuai dengan tatanan norma dan nilai budaya setempat. Otomatis, isi pesan yang terungkap secara simbolis dalam paket sinetron berwujud kritik sosial dan kontrol sosial terhadap penyimpangan- penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat. Kelahiran sinetron di Indonesia, secara tidak langsung adalah akibat dari maraknya industri televisi di Indonesia saat ini. Televisi swasta lahir sepanjang tahun 1989-2002 RCTI, SCTV, TPI, ANTV, INDOSIAR, METRO TV, LATIVI, TRANS TV, TV7, GLOBAL TV yang ternyata mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat dengan banyaknya acra-acara yang ditampilkan bagi masyarakat. Sebagai implikasi dari bangkitnya industri televisi di Indonesia adalah stasiun televisi harus mampu menyediakan tayangan program acara untuk memikat pemirsa. Sebuah 17 Wawan Kusnadi, Komunikasi Massa, Sebuah Analisa Media Massa, Jakarta: Rineka Cipta, 1996, h. 130 survey telah memberi data akurat bahwa tayangan lokal lebih disukai. Hal ini karena, fakta menunjukkan ada titik jenuh pemirsa terhadap produk yang tidak berpijak pada budaya sendiri. 18 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, religi adalah kepercayaan terhadap Tuhan; kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas manusia; kepercayaan animisme, dinamisme; agama. Jadi yang dimaksud dengan sinetron religi adalah sebuah tayangan televisi yang menceritakan tentang peri kehidupan keagamaan Islam, baik yang taat maupun yang ingkar untuk dijadikan ibrah bagi yang menyaksikannya. Macam-macam Sinetron Religi Sinetron religi ada beberapa macam yang bisa kita lihat dari beberapa sudut pandang. Jika dilihat dari segi penayangannya, maka sinetron religi terdiri dari tiga macam, yakni: pertama cerita yang berada dalam satu paket Judul Besar ditayangkan per-episode terdapat judul kecil dan langsung selesai. Dan kebanyakan sinetron religi termasuk ke dalam jenis ini. Contohnya : Hidayah, Maha Kasih, Rahasia Ilahi, Kuasa Ilahi, Takdir Ilahi, Suratan Takdir, Astagfirullah, dan lain sebagainya. Yang kedua adalah yang ceritanya bersambung pada setiap episodenya. Contohnya : Kiamat Sudah Dekat. Dan yang ketiga adalah cerita yang berada dalam 18 Mega Sinetron, Majalah Eksekutif, Edisi November 1996, h. 101 satu paket Judul Besar, dalam setiap penayangannya terdapat judul kecil namun setiap episodenya bersambung. Contohnya : Lorong Waktu. Jika dilihat dari latar belakang ceritanya ada sinetron religi yang berasal dari cerita fiksi karangan saja dan penulis skenario terinspirasi oleh kisah-kisah Islami, dan ada pula yang berasal dari kisah nyata non fiksi. Tabel 1 Beberapa Judul Sinetron Religi dan Stasiun Televisi Yang Menayangkan : No Stasiun Televisi Judul 1 TPI Rahasia Ilahi Suratan Takdir 2 RCTI Pintu Hidayah Maha Kasih Taqwa Kusebut Nama-Mu Jalan Kebenaran Cahaya Surga 3 SCTV Astaghfirullah Lorong Waktu Kiamat Sudah Dekat Kuasa Ilahi 4 INDOSIAR Hikmah 3 Allah Maha Besar 5 ANTV Jalan Menuju Surga Nauzubillahi Min Dzalik 6 TRANS TV Hidayah Perkembangan Sinetron Religi di Indonesia Ternyata, tidak hanya di bulan Ramadhan sinetron Islami digemari pemirsa dan membawa berkah bagi stasiun televisi. Awalnya, memang tidak pernah diperhitungkan. Namun, ketika TPI meraih sukses menyajikan sinetron Rahasia Ilahi, dan Takdir Ilahi, sejumlah stasiun televisi pun berlomba-lomba menyajikan sinetron Islami. Lihatlah SCTV, yang kini menyajikan sinetron Astagfirullah dan menyusul Kuasa Ilahi. Lalu, Lativi dengan sinetron Azab Ilahi dan menyusul PadaMu Ya Rabb. Trans TV pun menyajikan sinetron Taubat dan Indosiar dengan tayangan sinetron Titipan Ilahi. Sinetron Rahasia Ilahi tiap Senin di TPI mengangkat kisah-kisah nyata yang terjadi di tengah masyarakat yang pernah dimuat di Majalah Hidayah, yakni tentang bagaimana Allah SWT memberi contoh kepada manusia tentang azab yang diturunkannya. Tiap episode berganti topik dan diakhir cerita ada pesan yang disampaikan dengan memunculkan ustadz Arifin Ilham. Sukses Rahasia Ilahi, TPI menghadirkan sinetron sejenis bertajuk Takdir Ilahi. Kalau Rahasia Ilahi berdasarkan kisah nyata, Takdir Ilahi berpedoman pada hadist Bukhari-Muslim yang ditulis oleh Muhammad Amin Al-Jundi Al-Muttaqin dalam buku Miah Qishshah wa Qishshah fi Anis Ash-Shalihin wa Samir Al-Muttaqin dan kitab Madarijus Salikin karangan Ibnu Qayyim Al-Jauziah. Jadi, kisah yang disuguhkan dalam Takdir Ilahi sama dengan kejadian pada masa Rasulullah SAW. Hanya disesuaikan dengan perkembangan zaman. Formatnya lebih modern, ujar sutradara Kaonawan Sumirah mengenai sinetron itu. Menurut Kaonawan, sinetron berdurasi 60 menit yang ditayangkan tiap Jumat pukul 21.00 itu akan menampilkan seorang ahli hadist, KH Ali Mustafa Yaqub MA, pada akhir episode. KH Ali akan memberikan gambaran yang dapat diambil hikmahnya bahwa segala sesuatu yang dikerjakan dengan ikhlas, sabar dan hanya mengharapkan ridhlo Allah SWT, akan mendapatkan ganjaran yang setimpal. Yang menarik, sinetron Rahasia Ilahi dan Takdir Ilahi mampu menjadi kontributor terbesar yang mendongkrak posisi TPI dari tujuh besar ke posisi tertinggi di Indonesia. Berdasarkan survei AC Nielsen, dari 15 Maret sampai 15 April 2005, TPI dengan share 15,8 persen berada di urutan pertama, disusul SCTV 15,2 , RCTI 14,9 , Indosiar 12,4 , Lativi 11,2 , Trans TV share 10,7 , TV7 share 6,2, ANTV share 6,2 , Global TV share 2,8 , Metro TV share 2,5 dan TVRI Pusat share 1,7 . 19 Tidak hanya TPI yang meraup berkah dari sinetron Islami. Sinetron Astagfirullah di SCTV dan Azab Ilahi di Lativi juga mampu mendongkrak rating kedua stasiun televisi tersebut. Sinetron Astaghfirullah ditayangkan tiap Senin, pukul 20.30 WIB. Sinetron ini juga berasal dari kisah nyata yang dimuat Majalah Ghoib. Skenarionya digarap 19 http:www.republika.co.id oleh H Misbach Yusa Biran. Sinetron ini diharapkan dapat menjadi sinetron yang akan memberi tauladan pada pemirsa. Kisah-kisah nyata seri ini akan memperlihatkan betapa bukti-bukti kebesaran Allah SAW tiada batas adanya, ujar sutradaranya, Chaerul Umam. Sedangkan sinetron Azab Ilahi hadir di layar kaca Lativi tiap Jumat pukul 20.30 WIB. Juga sangat digemari dan merupakan salah satu program yang mampu mendongkrak stasiun televisi ini ke posisi lima besar. Kami memang concern pada program bernilai pendidikan, kata Raldy Doy, manajer humas Lativi saat peluncuran sinetron itu awal April lalu. Booming sinetron Islami, menurut ustadz Jeffry Al Bukhari, harus disambut baik. Mencontoh yang berdampak kebaikan justru dianjurkan, ujar ustadz Jeffry yang ikut berperan sebagai penyampai pesan di akhir cerita sinetron Azab Ilahi. Ustadz Jeffry menilai bermunculan sinetron Islami dapat memberikan dampak positif untuk menjadi penyeimbang bagi tontonan sejenis yang lebih menekankan sisi hura-hura dan glamor. Kebutuhan akan keseimbangan rohani dalam diri manusia sangatlah manusiawi, kata ustadz muda ini. Ustadz Jeffry menyarankan perlunya badan syariah untuk mengontrol maraknya sinetron Islami. Komentar senada dikemukakan Agus Idwar Jumhadi. Perlu ada kontrol untuk menghindari munculnya adegan yang tidak sesuai dengan nilai keislaman. Di sinilah diperlukan adanya semacam badan syariah terhadap produk-produk sinetron religius yang kini makin marak, kata personil Snada itu. Kesuksesan sinetron bernuansa Islam, menurut Agus, membuktikan bahwa masyarakat pemirsa sudah jenuh dan muak pada sinetron yang menjual mimpi, kemewahan, kegemerlapan dan kekerasan yang banyak menayang di televisi selama ini. Nilai Pendidikan Dalam Sinetron Religi Jikalau kita melihat dari citra yang ditampilkan sinetron religi, maka akan tampak simbol-simbol Islam di sana. Bagaimana istri yang sholehah mengenakan jilbabnya dengan anggun. Secara tidak sadar, hal ini bisa berpengaruh terhadap proses penyadaran kepada Kaum Hawa untuk mengenakan jilbab. Memang, hal ini tidaklah cukup karena penyadaran untuk mengenakan jilbab semacam itu hanya sebatas simbol dan bukan kesadaran secara internal yang konsisten. Penguatan lebih lanjut tentunya diperlukan dengan pendalaman pengetahuan agama dan giat dalam beribadah. Nuansa Islam secara simbolis yang ditampilkan sinetron religi ini bisa menyadarkan umat Islam untuk meningkatkan kadar keberagamaannya. Semisal, yang mulanya tidak pernah sholat menjadi rajin sholat karena takut kepada Allah. Karena pencitraan orang yang mendapatkan ganjaran di sinetron tersebut memang tidak menunaikan sholat atau memang terlewatkan, sedangkan pribadi yang teraniaya dan selamat dari peristiwa mistis tersebut adalah muslim yang taat beribadah. Hal ini juga dapat menumbuhkan semangat bagi masyarakat pada umumnya untuk mengenali dan mengkaji Islam lebih mendalam. 20 Indikator Sinetron Religi Yang Mendidik Sinetron religi dengan mistik kerap diresahkan masyarakat. Satu sisi ingin mengajak ummat bertakwa kepada Sang Pencipta, namun pada sisi lain kemasan Sinetron itu didominasi dengan adegan berdarah-darah, kuburan atau hantu-hantu yang berterbangan. Alhasil, bukan pencerahan iman yang didapat tapi kekerasan yang dipertontonkan. Masyarakat merindukan sinetron religi yang menyentuh kalbu, jernih, logis dan dekat dengan keseharian. Masyarakat membutuhkan sinetron religi yang sesungguhnya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa sinetron religi yang mendidik adalah sebagai berikut : ¾ Sinetron religi yang bisa mencerahkan hati nurani. Oleh karena dalam penayangannya sinetron religi mempunyai tujuan yang hendak dicapai adalah menyemarakkan dan melebarkan syiar Islam. ¾ Menghadirkan kisah-kisah menyentuh kalbu tanpa melibatkan mistik, karena dikhawatirkan akan membuat pemirsanya takut dan akan berakibat syirik. ¾ Bisa merasakan kebesaran Allah SWT ketika menontonnya. 20 http:www.blogger.com ¾ Memiliki alur cerita yang tidak membosankan, sehingga orang merasa tertarik dan tanpa terpaksa untuk menontonnya. ¾ Terdapat tokoh alim yang bisa memberikan keteladanan kepada pemirsanya, sehingga orang merasa terpanggil untuk melakukan kebaikan. ¾ Tidak menayangkan hal-hal yang bisa merusak aqidah, seperti kepercayaan adanya hantu gentayangan, pocong, demit dan lain sebagainya. Sikap Keberagamaan Pengertian Sikap Keberagamaan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa “sikap ialah perbuatan dan sebagainya yang berdasarkan kepada pendirian pendapat atau keyakinan atau dapat juga diartikan sebagai pandangan hidup”. 21 Dalam Bahasa Inggris sikap disebut attitude adalah “suatu cara bereaksi terhadap suatu rangsangan atau stimulus”. 22 Menurut Alisuf Sobri, dalam bukunya Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah mengemukakan bahwa “sikap atau 21 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, h. 700 22 Suwadjoko Warpani, Kebijakan-kebijakan dalam Pengembangan Perkotaan, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Bandung: Program Pasca Sarjana, 1992, h. 13 attitude diartikan sebagai kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh”. 23 Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. 24 Jadi sikap ialah suatu hal yang menentukan sifat, hakekat, baik perbuatan sekarang maupun perbuatan yang akan datang. Sebelum mengemukakan pendapat para ahli tentang keberagamaan, terlebih dahulu akan dikemukakan kata dasar dari keberagamaan yaitu agama. Secara etimologi dalam Kamus Bahasa Arab oleh Mahmud Yunus, agama berasal dari kata bahasa Arab adalah Diin tunduk, patuh, balasan dan beragama. 25 Secara etimologi banyak pula yang mendefinisikan agama diantaranya : Robert H. Thouless mendefinisikan “Agama adalah adalah sikap atau cara penyesuaian diri terhadap dunia yang mencakup acuan yang menunjukkan lingkungan yang lebih luas dari pada lingkungan dunia fisik yang terikat ruang dan waktu Dunia Spiritual”. 26 23 M. Alisuf Sobri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas Tarbiyah, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995, Cet. Ke-I, h. 83 24 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Jakrta: Bulan Bintang, 1996, Cet. Ke-VII, h. 94 25 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1989, h. 132 26 Robert H. Thouless, Pengantar Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, cet. II, h. 22 Muslim Nurdin menyatakan bahwa “Agama adalah sebagai ketentuan Tuhan yang mengantarkan manusia dengan berpegang teguh kepadaNya untuk mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.” 27 Taib Abdul Mu’in mengemukakan bahwa, “Agama adalah suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal untuk berkehendak dan pilihannya sendiri mengikuti peraturan tersebut, guna mencapai kebahagiaan dunia akhirat”. 28 Menurut Quraish Shihab bahwa “Agama adalah sebagai hubungan antara makhluk dengan Khaliknya, hubungan ini terwujud dalam sikap batinnya serta tampak pada ibadah yang dilakukannya, dan tercermin pula sikap kesehariannya”. 29 Kata “keberagamaan” berasal dari kata “beragama”, kata beragama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan antara lain: 1. menganut memeluk, 2. beribadat, taat kepada agama baik hidupnya menurut agama. Misalnya “ia berasal dari keluarga yang taat agama”. 30 Keberagamaan religiusitas lebih melihat aspek-aspek yang ada “di dalam hati”, riak gerak hati nurani, dan sikap personal. 31 27 Muslim Nurdin, Moral dan Kognisi Muslim, Bandung: Alfabeta, 1993, Cet. I, h. 20 28 Ahmad Abdul Mujid, Disrosah Islamiyah, Pasuruan: Garoeda Buana Indah, 2000, Cet. I, h. 12 29 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1999, Cet. XVII, h. 210 30 J. S. Badudu, Suta Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994, Cet. Ke-I, h. 11 31 Masri Sangarimbun, Sopian Efendi, Metodologi Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, 1987, Cet. Ke-I, h. 127 Keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku yang berkaitan dengan agama. Dari uraian mengenai sikap dan keberagamaan maka dapat disimpulkan bahwa sikap keberagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku yang berkaitan dengan agama. Agama menyangkut kehidupan batin manusia, oleh karena itu kesadaran dan pengalaman agama seseorang lebih menggambarkan sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan ghaib. Pengertian sikap keberagamaan di atas sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Jalaluddin, yaitu “sikap keberagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama, sikap keberagamaan tersebut oleh adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif”. 32 32 Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2002, Cet. VI, h. 197 Dimensi Sikap Keberagamaan Tiap-tiap sikap mempunyai tiga aspek, yaitu :

a. Aspek Kognitif

Yaitu persepsi, kepercayaan dan stereotif yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Komponen kognitif ini sering disamakan dengan pandangan atau opini, terutama apabila menyangkut masalah issu atau problem yang kontroversial. Dalam ajaran Islam, aspek kognitif hampir sama dengan aqidah. Aqidah secara etimologi berasal dari Bahasa Arab, jika dilihat berdasarkan Tasrif Istilahii aqidah adalah bentuk masdar ghairu miim dari kata kerja : عقد – يعقد – اﺪﻘ - ةﺪ ﻘ و , yang berarti mengikat, menyimpulkan atau membuhulkan tali. 33 Adapun secara terminologi sering diartikan atau disamakan dengan keimanan, yang menunjukkan pada seberapa tingkat keyakinan seseorang terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya yang bersifat fundamental dan dogmatis, sebagaimana dalam bukunya Yusuf al-Qardhawy yang dikutip dari Sayid 33 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989, h. 274 Sabiq, bahwa mendefinisikan aqidah atau keimanan itu terdiri dari 6 perkara, yaitu : 1 Percaya kepada Allah 2 Percaya terhadap alam ghaib 3 Percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah 4 Percaya kepada nabi-nabi atau rasul-rasul yang dipilih oleh Allah 5 Percaya terhadap hari akhir dan peristiwa yang berkaitan dengan itu 6 Percaya kepada taqdir Qadha dan Qadar

b. Aspek Afektif

Yaitu menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Komponen afektif ini merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap sesorang atau penilaian. 34 Dalam ajaran Islam hampir sama dengan aspek ibadah. Yaitu yang berisi peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung seorang muslim dengan khaliknya dan dengan sesama manusia, yang menunjukkan seberapa patuh tingkat ketaatan seorang muslim dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual keagamaan 34 Syaifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002, h. 23 - 28 yang diperintahkan dan yang dianjurkan, baik yang menyangkut ibadah ritual dalam arti khusus maupun dalam arti yang luas,yang merupakan media komunikasi langsung dan integral serta sarana konsultasi antara makhluk dan khaliknya.

c. Aspek Konatif

Yaitu berwujud proses tendensi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu objek misalnya : kecenderungan memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya. 35 Dalam ajaran Islam hampir sama dengan akhlak. Secara etimologi, kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, yaitu jamak dari kata khuluq خلق – خلقان – اخلاق yang berarti tabiat, budi pekerti, kebiasaan atau adat, keperwiraan, kesatriaan, kejantanan dan kemarahan. 36 Secara terminology, kata akhlak didefinisikan dalam beberapa pendapat, salah satunya adalah pendapat Al-Ghozali bahwa akhlak adalah : ﻖْ ْﺎ ةرﺎ ْ ﺔﺌْه ﻰ ْ ﱠ ا ﺔ ار ﺎﻬْ رﺪْﺼ لﺎ ْ ﻻْا ﺔ ْﻮﻬ ﺮ و ْ ﺮْﻏ ﺔ ﺎﺣ ﻰ إ ﺮْﻜ ﺔ ْؤرو 35 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial edisi revisi, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, cet. Ke-I, h. 162 36 Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1994, Jilid III, h. 58 Artinya : Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan- perbuatan yang dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Keberagamaan Faktor Penunjang

a. Faktor Intern

Manusia adalah homo religius makhluk beragama karena manusia sudah mempunyai potensi untuk beragama. Potensi tersebut bersumber dari faktor intern manusia yang termuat dalam aspek kejiwaan manusia seperti naluri, akal, perasaan maupun kehendak dan sebagainya”. 37 1. Kebutuhan manusia akan agama naluri untuk beragama, yaitu kebutuhan manusia terhadap pedoman hidup yang dapat menunjukan jalan kearah kebahagiaan dunia dan akhirat. Hasan Langgulung mengatakan: salah satu ciri fitrah ini ialah, bahwa manusia menerima Allah sebagai Tuhan, dengan kata lain manusia itu adalah dari asal mempunyai kecenderungan beragama, sebab agama itu sebagian dari fitrahnya. 38 37 Abu Ahmadi, op.cit., h. 226 38 Abu Ahmadi, loc.cit., h. 95 2. Adanya dorongan untuk bersyukur, taat, patuh atau mengabdi kepada Allah SWT sesuai dengan firman-Nya yang menegaskan tentang tujuan diciptakannya manusia yang berbunyi: ْﻘ ﺎ و ﱠ ْا ﻹْاو نوﺪ ْ ﱠﻻإ Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah- Ku”. Q.S. al-Dzariyat 56

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern luar yang mempengaruhi perkembangan sikap keberagamaan manusia, faktor tersebut berupa interaksi sosial di luar kelompok. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1 Lingkungan keluarga Keluarga mempunyai peranan yang penting terhadap pembentukan sikap keberagamaan seseorang, hal ini dikarenakan keluarga merupakan lingkungan terdekat yang dikenali seseorang setelah ia dilahirkan ke dunia. Menurut Rasulullah SAW fungsi dan peran orang tua bahkan mampu untuk membentuk arah dan keyakinan anak-anak mereka. Menurut beliau setiap bayi yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan agama yang dianut anak sepenuhnya tergantung dari bimbingan, pemeliharaan dan pengaruh kedua orang tua mereka. 39 Keluarga disebut lingkungan pertama karena dalam keluarga inilah anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Dan keluarga disebut sebagai lingkungan pendidikan yang utama karena sebagian besar hidup anak berada dalam keluarga, maka pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah di dalam keluarga. Demikian besar dan sangat mendasar pengaruh keluarga terhadap perkembangan pribadi anak terutama dasar-dasar kelakuan seperti sikap, reaksi dan dasar-dasar kehidupan lainnya seperti kebiasaan makan, cara berpakaian, cara bicara, sikap terhadap orang lain termasuk sifat-sifat kepribadian lainnya yang semuanya itu terbentuk pada diri anak melalui interaksinya dengan pola-pola kehidupan yang terjadi dalam keluarga. Peranan keluarga dalam pendidikan terdapat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 2 tahun 1989, pasal 10, ayat 4 dan penjelasannya mengemukakan bahwa Pendidikan Keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga yang tugas dan peranannya adalah untuk memberikanmenanamkan : keyakinan agama, nilai-nilai budaya, nilai-nilai moral dan keterampilan. 39 Abu Ahmadi, loc.cit., h. 216 Dengan demikian, pendidikan di lingkungan keluarga ini oleh Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, diakui sangat penting peranannya dalam upaya pendidikan pada umumnya, sehingga berarti tanpa adanya pendidikan dalam keluarga yang terlaksana dengan baik maka pembentukan kepribadian yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional akan sulit dapat diwujudkan oleh lembaga-lembaga pendidikan selanjutnya karena dasar-dasar kepribadiannya kurang terbentuk dengan baik waktu di lingkungan keluarga. 40 2 Lingkungan sekolah Pendidikan agama di lembaga pendidikan akan memberi pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Namun demikian besar kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung bagaimana faktor yang dapat memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama. Sebab pendidikan agama pada hakikatnya merupakan pendidikan nilai oleh karena itu pendidikan agama lebih dititikberatkan pada bagaimana membentuk kebiasaan yang selaras dengan tuntutan agama. Fungsi sekolah dalam kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan pada anak antara lain sebagai penerus pendidikan agama di lingkungan keluarga atau membentuk jiwa keagamaan pada diri anak yang tidak menerima pendidikan agama dalam keluarga. 40 Drs. HM. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1999, Cet. I, h. 15- 17 Selain itu, pendidikan di sekolah itu sebenarnya adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Dan kehidupan di sekolah adalah merupakan jembatan bagi anak yang akan menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan masyarakat kelak. 41 3 Lingkungan masyarakat Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga. Masyarakat yang dimaksud sebagai faktor lingkungan di sini bukan dari segi kumpulan orang-orangnya, tetapi dari segi karya manusianya, budayanya dan sistem- sistemnya serta pemimpin-pemimpin masyarakat baik yang formal maupun informalnya. Media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dan pemberian sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang dan kepercayaan orang. Para pendidik umumnya sependapat bahwa lapangan pendidikan yang ikut mempengaruhi perkembangan anak didik adalah keluarga, kelembagaan pendidikan dan lingkungan masyarakat. Keserasian antara ketiga lapangan pendidikan ini 41 Drs. HM. Alisuf Sabri, ibid., h. 19 akan memberi dampak yang positif bagi perkembangan anak, termasuk dalam pembentukan jiwa keagamaan mereka. Indikator Sikap Keberagamaan Menurut Yusuf al-Qardhawy dimensi-dimensi atau pokok-pokok Islam yang secara garis besar dibagi tiga, 42 yaitu: Aqidah ™ Percaya kepada Allah SWT ™ Percaya kepada alam ghaib ™ Percaya kepada kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah SWT ™ Percaya kepada nabi-nabi dan rasul-rasul yang dipilih oleh Allah SWT ™ Percaya kepada hari akhir ™ Percaya kepada qadha dan qadar Ibadah ™ Melaksanakan shalat 5 waktu ™ Melaksanakan shalat sunnah ™ Melaksanakan puasa di bulan Ramadhan ™ Melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu Akhlak ™ Menghormati orang yang lebih tua orang tua, guru dan sebagainya 42 Yusuf al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam, Penerjemah Setiawan Budi Utomo, Jakarta: Pustaka al-Kausar, 1997, h. 55 ™ Suka menolong ™ Jujur ™ Bersedekah ™ Suka memaafkan ™ Menyayangi sesama ™ Memiliki sikap toleransi Kerangka Berfikir Sinetron religi adalah sebuah tayangan televisi yang menceritakan tentang peri kehidupan religi, baik yang taat maupun yang ingkar untuk dijadikan ibrah bagi yang menyaksikannya. Harus kita akui memang benar sinetron memberikan peluang untuk terjadinya peniruan perilaku apakah itu positif atau negatif. Perilaku disini difahami sebagai manifestasi dari proses psikologis yang merentang dari persepsi sampai sikap. Suatu rangsangan dalam bentuk sinetron dipersepsi kemudian dimaknai berdasarkan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Jika tayangan tersebut sesuai, rangsangan itu akan dia hayati yang menyebabkan pembentukan sikap. Sikap inilah yang secara kuat memberikan bobot dan warna kepada pelaku. Para ahli mengatakan bahwa “75 dari pengetahuan manusia sampai ke otaknya melalui mata dan yang selebihnya melalui pendengaran dan indera-indera lainnya.” 43 dalam hal ini, televisi adalah media yang memberikan pengetahuan yang lebih mudah diterima oleh manusia. Televisi mampu menembus ruang dan waktu, menembus batas-batas negara, batas-batas ideologi, keyakinan dan agama. Untuk kita ketahui bersama, rangsangan yang ditimbulkan oleh televisi melalui program-programnya jauh lebih tinggi dibandingkan media cetak. Karena, pada televisi gambar-gambarnya bersifat moving, sedangkan media cetak bersifat statis. Menurut psikologi gambar yang moving dapat tertanam dalam benak kita dalam tempo lama sekali. Makin besar daya pikatnya atau rangsangan yang ditimbulkannya, makin dalam pula dampak yang ditimbulkannya. Artinya, kita akan sering teringat dan membayangkannya. Dari sinilah timbul suatu pemikiran bahwa sinetron religi pun bisa mempengaruhi sikap keberagamaan seseorang. Karena sesuai dengan yang disajikan dalam sinetron religi maka tayangan-tayangannya akan dipersepsi kemudian dimaknai berdasarkan struktur kognitif yang dimiliki seseorang. Sehingga, memberikan peluang untuk terjadinya peniruan perilaku. Hipotesis Hipotesis menurut Amirul Hadi-Haryono dalam bukunya Metodologi Penelitian Pendidikan 2 adalah dugaan yang mungkin benar juga salah setelah dilakukan pengujian. 44 43 Amir Sulaiman Hamzah, Media Audio Visual Untuk Pengajaran dan Penyuluhan, Jakarta : Gra media, 1981, h. 17 Hipotesis akan diterima jika bukti-bukti akan membenarkan dan akan ditolak jika tidak benar. Penolakan dan penerimaan hipotesa tergantung pada penyelidikan bukti- bukti yang dikumpulkan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, pertama sinetron religi sebagai variabel bebas X, yang kedua sikap keberagamaan sebagai variabel terikat Y, dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 Hipotesis Alternatif Ha, yaitu ada pengaruh sinetron religi X terhadap sikap keberagamaan Y 2 Hipotesis Nol Ho, yaitu tidak ada pengaruh antara sinetron religi X terhadap sikap keberagamaan Y. 44 Amirul Hadi-Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan 2, Bandung: Pustaka Setia, 1999, h. 177

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Sikap Keberagamaan Siswa Di Smp Negeri 6 Tangerang Selatan

3 26 108

Upaya SMP Islam Parung Bogor dalam meningkatkan kualitas keberagamaan siswa

0 5 76

Peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Dalam Mengawasi Tayangan Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Di Rcti

2 21 135

Pengaruh kegiatan rohis dalam peningkatan sikap keberagamaan siswa : studi kasus di MAN 11 Jakarta

1 26 131

Sistem Informasi Akadmik Di SMP Negeri 1 Cigombong Bogor

0 2 1

Analisis Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Benih Padi Hibrida di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor

1 8 187

PENGARUH SIKAP KEBERAGAMAAN DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA Pengaruh Sikap Keberagamaan Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa SMP N 1 Bancak.

0 3 14

PENGARUH SIKAP KEBERAGAMAAN DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA Pengaruh Sikap Keberagamaan Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Pada Siswa SMP N 1 Bancak.

0 2 12

HUBUNGAN MINAT MENONTON SINETRON RELIGI DENGAN AKHLAK SISWA DI SMP YAYASAN PERGURUAN Hubungan Minat Menonton Sinetron Religi Dengan Akhlak Siswa Di SMP Yayasan Perguruan Al-Islam (Studi Kasus Kelas VII SMP Al-Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014).

0 3 18

HUBUNGAN MINAT MENONTON SINETRON RELIGI DENGAN Hubungan Minat Menonton Sinetron Religi Dengan Akhlak Siswa Di SMP Yayasan Perguruan Al-Islam (Studi Kasus Kelas VII SMP Al-Islam 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014).

0 5 28