2. 2. Kritik Internal Kritik Eksternal
Munzizen, 2013 Dinamika Kesenian Tanjidor Di Kabupaten Bekasi: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1970-1995
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
kedudukan, kondisi fisik dan perilaku, pekerjaan, pendidikan, agama, dan keberadaanya pada kurun waktu 1970-1995. Narasumber yang penulis kunjungi
rata-rata memiliki usia yang tidak terlalu muda namun juga tidak terlalu tua, sehingga daya ingatnya masih cukup baik. Contohnya Bapak Bekong dan Bapak
Enjin dari kalangan seniman Tanjidor sebagai narasumber utama yang diwawancarai walaupun secara umur mereka sudah tua akan tetapi ingatan mereka
masih baik dan secara jasmani mereka juga masih terlihat sehat. Dari kedua narasumber tersebut penulis mendapatkan beberapa informasi yang penting
mengenai perkembangan Tanjidor.
3. 3. 2. 2. Kritik Internal
Kritik internal dilakukan untuk menguji kredibilitas dan reabilitas sumber- sumber sejarah. Penulis melakukan kritik internal dengan cara mengkomparasikan
dan melakukan cross check di antara sumber yang diperoleh. Kritik internal bertujuan untuk mengetahui kelayakan sumber yang telah diperoleh peneliti dari
hasil wawancara dengan narasumber sebagai sumber sejarah yang berhubungan dengan peristiwa yang sedang diteliti.
Kritik internal menekankan kegiatannya dengan melakukan pengujian terhadap aspek-aspek dalam dari setiap sumber. Kritik internal dilakukan untuk
mengetahui isi sumber sejarah tersebut atau tingkat kredibilitas isi informasi dari narasumber. Kritik internal yang dilakukan penulis terhadap sumber tertulis
Munzizen, 2013 Dinamika Kesenian Tanjidor Di Kabupaten Bekasi: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1970-1995
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dilakukan dengan membandingkan antara sumber-sumber yang telah terkumpul dan menentukan sumber relevan dan akurat dengan permasalahan yang dikaji. Setelah
penulis melakukan kaji banding, pendapat narasumber yang satu dan lainnya kemudian membandingkan pendapat narasumber dengan sumber tertulis atau
dengan menggunakan pendekatan triangulasi. Kaji banding ini bertujuan untuk memperoleh kebenaran fakta-fakta yang didapat dari sumber tertulis maupun
sumber lisan yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Kritik internal untuk sumber lisan penulis melakukan kaji banding terhadap
hasil wawancara narasumber yang satu dengan yang lainnya karena tidak semua orang memiliki pandangan yang sama terhadap suatu permasalahan. Contohnya
hasil wawancara antara bapak Enjin dengan Bapak Bekong yang merupakan seniman yang menjaga dan melestarikan Kesenian Tanjidor, penulis melakukan kaji
banding antara narasumber yang satu dengan yang lainnya kemudian membandingkan pendapat narasumber dengan sumber tertulis apakah terdapat
perbedaan-perbedaan dari jawaban yang dikemukakan oleh narasumber. Jika kebanyakan isinya seragam, dengan demikian penulis menyimpulkan apa yang
dikatakan narasumber adalah benar. Hal ini untuk mencari kecocokan diantara narasumber dan untuk meminimalisir subjektifitas narasumber tersebut. Namun
pada wawancara berikutnya penulis juga melakukan kaji banding antara narasumber yang satu dengan yang lainnya dan mendapatkan jawaban yang berbeda isinya yaitu
Munzizen, 2013 Dinamika Kesenian Tanjidor Di Kabupaten Bekasi: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1970-1995
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
antara Ibu Tety Jumiati dari instansi pemerintah dan Bapak Iswandi Ichsan budayawan Bekasi dari pihak DKB Dewan Kesenian Bekasi.
Penulis menanyakan beberapa pertanyaan yang sama namun jawabanya berbeda yaitu pertama, mengenai ada berapa grup Kesenian Tanjidor yang ada di
Kabupaten Bekasi. Ibu Tety menjawabnya bahwa di Kabupaten Bekasi terdapat 10 grup Kesenian Tanjidor yang masih ada, sedangkan dari pihak DKB yang di wakili
oleh Bapak Iswandi Ichsan mengatakan hanya ada 5 grup Tanjidor yang masih ada. Kedua
, mengenai upaya pemerintah terhadap pelestarian Kesenian Tanjidor di Kabupaten Bekasi. Ibu Tety menjawabnya bahwa pemerintah sudah melakukan
berbagai usaha untuk melestarikan Kesenian Tanjidor salah satunya dengan selalu mempromosikan kesenian Tanjidor dikalangan remaja agar dikenal, sedangkan
menurut Bapak Iswandi mengatakan bahwa perhatian pemerintah sangatlah kurang hal ini bisa dilihat dengan banyaknya grup Kesenian Tanjidor yang gulung tikar dan
kurang dikenalnya kesenian Tanjidor pada masyarakat Kabupaten Bekasi. Setelah penulis melakukan kaji banding terhadap hasil wawancara
narasumber antara Ibu Tety dan Bapak Iswandi maka penulis menyimpulkan bahwa tidak semua orang memiliki pandangan yang sama terhadap suatu permasalahan.
Oleh karena itu, untuk membuktikan kebenarannya maka penulis mencoba mencari faktanya di lapangan yaitu; Pertama, penulis mencari grup Tanjidor yang masih ada
di Kabupaten Bekasi dan dari pencarian tersebut penulis menemukan 5 grup
Munzizen, 2013 Dinamika Kesenian Tanjidor Di Kabupaten Bekasi: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1970-1995
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Tanjidor yang masih ada. Kedua, penulis menanyakan langsung ke seniman Tanjidor mengenai upaya pemerintah terhadap kesenian Tanjidor dan para seniman
tersebut menjawab bahwa perhatian pemerintah daerah terhadap Kesenian Tanjidor dirasa masih kurang. Maka setelah penulis melakukan kaji banding, antara pendapat
narasumber yang satu dan lainnya, akhirnya penulis bisa menyimpulkan jawaban dan memperoleh kebenaran fakta-fakta yang didapat dari sumber lisan yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
3. 3. 3. Penafsiran Sumber Interpretasi