4 Penulisan Hasil Penelitian Historiografi

Munzizen, 2013 Dinamika Kesenian Tanjidor Di Kabupaten Bekasi: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1970-1995 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dilihat dari berbagai dimensi sehingga pemahaman tentang masalah yang akan dibahas baik keluasan maupun kedalamannya semakin jelas. 3. 3. 4 Penulisan Hasil Penelitian Historiografi Tahapan selanjutnya dari penelitian ini adalah penulisan laporan penelitian. Historiografi merupakan tahap akhir dalam penulisan karya ilmiah. Historiografi merupakan hasil dari upaya penulis dalam mengerahkan kemampuan menganalisa dan mengkritik sumber yang diperoleh dan kemudian dihasilkan sintesis dari penelitiannya yang terwujud dalam penulisan skripsi dengan judul dinamika kesenian Tanjidor di Kabupaten Bekasi: suatu tinjauan sosial budaya tahun 1970- 1995 kajian historis nilai-nilai budaya lokal. Hasil penelitian mengenai Kesenian Tanjidor disusun dengan menggunakan gaya bahasa sederhana, ilmiah dan menggunakan cara-cara penulis sesuai dengan ejaan yang disempurnakan, sedangkan sistematika penulisan yang digunakan mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah tahun 2011 yang dikeluarkan oleh UPI. Adapun tujuan laporan hasil penelitian ini adalah selain untuk memenuhi kebutuhan studi akademis tingkat serjana pada jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI juga bertujuan untuk mengkombinasikan hasil temuan atau penelitian kepada umum sehingga temuan yang diperoleh dari hasil penelitian tidak saja memperkaya wawasan sendiri. Munzizen, 2013 Dinamika Kesenian Tanjidor Di Kabupaten Bekasi: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1970-1995 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan karangka tulisan yang disesuaikan dengan buku pedoman karya tulis UPI, sehingga dalam penyusunannya dilakukan secara sistematis atau bertahap yaitu terdiri dari Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Pembahasan Hasil Penelitian, dan Kesimpulan. Dalam penyusunan laporan penelitian ini setiap bab memiliki fungsi dan kaitan dengan bab lainnya, maka sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I yaitu pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan. Dalam bab pertama, peneliti menguraikan mengenai alasan-alasan mengapa penelitian ini perlu dilakukan, kesenjangan antara harapan dan kenyataan, kerugian-kerugian yang didapat seandainya penelitian ini tidak dilakukan, serta fokus penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian guna mempermudah dan mengarahkan penelitian yang dilakukan. Adapun alasan-lasan mengapa pentingnya kesenian ini untuk diteliti diantaranya yaitu kandungan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam kesenian tradisi. Sebagai salah satu kesenian tradisional, Tanjidor adalah salah satu asset kesenian yang berada di Kabupaten Bekasi dan seharusnya dipertahankan serta dilestarikan karena mengandung nilai-nilai yang luhur dan diperlukan oleh masyarakat saat ini dan dapat dijadikan sebagai salah satu media pendidikan yang berpotensi untuk mengubah moralitas. Sebagaimana yang dikatakan oleh dewantara Munzizen, 2013 Dinamika Kesenian Tanjidor Di Kabupaten Bekasi: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1970-1995 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1962: 336, bahwa pendidikan kesenian itu menuju pada pendidikan intelektual dan akhirnya sampai pada pendidikan watak, yaitu pendidikan moril atau budi pekerti. Dalam bab II mengenai Kajian Pustaka, dalam bab ini peneliti akan menguraikan mengenai tinjauan kepustakaan yang menunjang penelitian yang akan dilakukan yaitu tentang “Dinamika Kesenian Tanjidor di Kabupaten Bekasi: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1970-1995 Kajian Historis Nilai-Nilai Budaya Lokal ”. Kajian Pustaka memaparkan berbagai sumber literatur yang peneliti anggap memiliki keterkaitan dan relevan dengan masalah yang dikaji, didukung dengan sumber tertulis seperti buku dan dokumen yang relevan. Dalam kajian pustaka ini, peneliti membandingkan, mengkontraskan dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji kemudian dihubungakan dengan masalah yang sedang diteliti. Hal ini dimaksudkan agar adanya keterkaitan antara permasalahan dilapangan dengan teori-teori yang diperoleh dari buku, agar keduanya bisa saling mendukung, dimana dari teori yang sedang dikaji dengan permasalahan yang diteliti bisa berkaitan. Sedangkan fungsi dari Kajian Pustaka adalah sebagai landasan teoritik dalam analisis temuan. Kemudian dalam bab III merupakan pembahasan tentang Metodologi Penelitian. Dalam bab ini membahas metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti meliputi heuristik, kritik, Interpretasi dan historiografi. Semua prosedur dalam penelitian akan dibahas dalam bab ini. Prosedur yang dimaksud Munzizen, 2013 Dinamika Kesenian Tanjidor Di Kabupaten Bekasi: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1970-1995 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu adalah langkah-langkah yang dilakukan peneliti selama melakukan penelitian menganai masalah yang diajukan untuk mendapatkan serta menganalisis data yang diperoleh. Adapun harapan dalam langkah-langkah penelitian ini diantaranya perencanaan, pengajuan judul penelitian, persiapan penelitian, proses bimbingan dan tahap pelaksanaan penelitian. Selanjutnya dalam bab IV peneliti akan membahas permasalahan yang selama ini peneliti kaji serta memaparkan dan menjelaskan tentang data-data yang peneliti peroleh baik dari buku-buku sumber, internet wawancara, dan sumber lainnya yang mendukung judul karya ilmiah ini. Sehingga pada bab keempat ini peneliti akan berusaha untuk mendeskripsikan hasil penelitian dan mencoba untuk menganalisisnya ke dalam bentuk penulisan sejarah secara sistematis. Adapun pembahasan yang akan peneliti utarakan dalam bab ini dibagi ke dalam tujuh subbab. Pada subbab pertama akan memaparkan mengenai gambaran umum Kabupaten Bekasi. Pada subbab ini terdiri dari beberapa subbab yang meliputi: sejarah Kabupaten Bekasi, kondisi geografis dan administratif Kabupaten Bekasi, penduduk dan mata pencaharian masyarakat di Kabupaten Bekasi, kondisi sosial dan budaya masyarakat Kabupaten Bekasi. Subbab kedua akan memaparkan mengenai latar belakang lahirnya kesenian Tanjidor di Kabupaten Bekasi. Subbab ketiga akan memaparkan mengenai struktur dan bentuk pertunjukan kesenian Tanjidor yang mencakup persiapan sebelum pertunjukan Tanjidor. Pada subbab Munzizen, 2013 Dinamika Kesenian Tanjidor Di Kabupaten Bekasi: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1970-1995 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu bentuk dan jalannya pertunjukan kesenian Tanjidor dibagi ke dalam beberapa subbab lagi yaitu: persiapan perlengkapan kesenian Tanjidor, pemain dan tempat pertunjukan kesenian Tanjidor, pakaian pemain kesenian Tanjidor, waditra alat musik kesenian Tanjidor dan yang terakhir lagu-lagu yang disajikan kesenian Tanjidor. Pada subbab keempat, peneliti akan menjelaskan mengenai dinamika kesenian Tanjidor di Kabupaten Bekasi tahun 1970-1995. Pada pembahasan ini peneliti memfokuskan kajian dari tahun 1970-1995 yang dibagi ke dalam tiga periode. Alasan pembagian kurun waktu dari tahun 1970-1995 ke dalam tiga periode yaitu terdapatnya karekteristik yang hampir sama dan menonjol dari tiap kurun waktu yang peneliti tetapkan. Pertama, kurun waktu dari tahun 1970 sampai tahun 1980 yang merupakan fase awal berkembangnya kesenian Tanjidor. Pada prase ini, baru muncul sebuah grup kesenian Tanjidor yang sudah mulai terorganisasi secara terstruktur dan profesional. Kedua, kurun waktu dari tahun 1980-1990 merupakan prase perkembangan kesenian Tanjidor dan bisa dikatakan merupakan masa keemasan dari keberadaan kesenian ini. Peneliti berpendapat masa ini sebagai masa keemasan kesenian Tanjidor berdasarkan bukti-bukti yang dapat dilihat dilampiran mengenai frekuensi pertunjukan yang dilakukan dalam acara-acara bergengsi serta penghargaan- penghargaan yang diterima kesenian Tanjidor dalam mengikuti berbagai even Munzizen, 2013 Dinamika Kesenian Tanjidor Di Kabupaten Bekasi: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1970-1995 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pagelaran seni. Selain itu, pada masa ini, kesenian Tanjidor tidak hanya dimainkan oleh golongan tua saja tetapi didominasi pula oleh golongan muda. Ketiga, kurun waktu dari tahun 1990-1995 bisa dikatakan sebagai prase mundurnya kesenian Tanjidor. Pada fase ini kesenian Tanjidor bisa dikatakan mati segan hidup pun tak mau dan kesenian Tanjidor jarang lagi dipentaskan oleh masyarakat di Kabupaten Bekasi. Pementasan kesenian Tanjidor hanya dipentaskan oleh sekelompok orang ketika adanya tawaran berbau ekonomi saja. Pada subbab kelima, peneliti akan menjelaskan mengenai fungsi kesenian Tanjidor bagi masyarakat Kabupaten Bekasi. Pada subbab ini terdiri dari beberapa subbab lagi yaitu: fungsi seni Tanjidor sebagai hiburan, fungsi seni Tanjidor sebagai media silaturahmi dan komunikasi, fungsi seni Tanjidor sebagai mata pencaharian, fungsi seni Tanjidor sebagai media pendidikan, dan fungsi seni Tanjidor sebagai sarana ritual bagi masyarakat Kabupaten Bekasi. Pada subbab keenam, peneliti akan menjelaskan faktor pendorong dan penghambat keberlangsungan kesenian Tanjidor, didukung oleh teori-teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini untuk lebih menguatkan penelitian yang dilakukan. Teori-teori yang digunakan dalam subbab ini khususnya menggunakan teori sosiologi dan antropologi yang menjadi ilmu bantu dalam penelitian mengenai kesenian Tanjidor di Kabupaten Bekasi. Pada subbab ini terdiri dari beberapa Munzizen, 2013 Dinamika Kesenian Tanjidor Di Kabupaten Bekasi: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1970-1995 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu subbab lagi yaitu: faktor pendorong keberlangsungan kesenian Tanjidor dan faktor penghambat keberlangsungan kesenian Tanjidor. Pada subbab ketujuh atau yang terakhir, peneliti akan menjelaskan upaya seniman dan pemerintah Kabupaten Bekasi dalam melestarikan kesenian Tanjidor. Pada subbab ini terdiri dari beberapa subbab lagi yaitu: pelestarian kesenian Tanjidor oleh seniman dan pelestarian kesenian Tanjidor oleh pemerintah daerah Kabupaten Bekasi. Pada subbab ini juga didukung oleh teori-teori yang peneliti gunakan dalam penelitian ini untuk lebih menguatkan penelitian yang dilakukan. Teori-teori yang digunakan dalam subbab ini khususnya menggunakan teori sosiologi dan antropologi yang menjadi ilmu bantu dalam penelitian mengenai kesenian Tanjidor di Kabupaten Bekasi. Bab V merupakan bab penutup dalam karya ilmiah ini. Pada bagian ini, peneliti akan membahas beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan dan merupakan inti dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta mengambil makna dari kajian yang telah peneliti bahas dalam bab sebelumnya. Dalam bab ini pula peneliti menyampaikan saran dan kritik penulis atas penelitian yang telah dilakukan sebagai bahan masukan agar penelitian yang akan datang bisa lebih baik lagi. Munzizen, 2013 Dinamika Kesenian Tanjidor Di Kabupaten Bekasi: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1970-1995 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai Dinamika Kesenian Tanjidor di Kabupaten Bekasi Tahun 1970-1995, maka terdapat empat hal yang ingin penulis simpulkan. Pertama, kesenian Tanjidor di Kabupaten Bekasi bukan merupakan kesenian baru, tetapi sebuah kesenian yang sudah ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan berkembang dari lingkungan land huis para pejabat VOC atau tuan-tuan tanah. Di rumahnya yang sangat besar serta memiliki banyak budak, pada saat-saat tertentu mereka mengadakan pertunjukan musik untuk menghibur sang majikan dan para tamu-tamunya. Mereka diberi alat musik Eropa dan memainkan musik-musik Barat. Inilah yang disebut “Konser budak atau orkes budak” oleh F. de Haan. Budak-budak ini tinggal pada keluarga-keluarga Indisch percampuran gaya hidup Belanda dan Jawa yang mempunyai rumah di daerah pinggiran yang disebut land huis. Land huis adalah rumah-rumah peristirahatan dengan taman yang sangat luas yang dibangun oleh para pejabat tinggi VOC di luar tembok kota Batavia. Tanjidor dulu namanya hanya Tanji saja, sedangkan dor-nya ada yang menyatakan dari bahasa asing dorrs yaitu ruang terbuka tetapi ada juga yang menyatakan dari kata bodoran. Jadi tanji ditambah adanya bodoran menjadi Tanjidor, namun pendapat ini tidak didukung kuat karena dalam kenyataanya