Penilaian Model Pembelajaran Tradisi Bertani Jagung di SMA

324 Harmin, 2013 Tradisi Bertani Jagung Masyarakat Muna Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu tempat untuk kegiatan hari-harinya, bagian yang kedua adalah lokasi kebun jagung yang telah berumur sekitar 60 hari sejak waktu tanam dan bagian yang ketiga adalah rumah atau pondok pawang kebun. Cerita diawali dengan petani jagung menuju rumahnyapondoknya pawang kebun berada dengan tujuan meminta pawang kebun tersebut menentukan waktu yang tepat sekaligus memanggilnya untuk melakukan kegiatan pemenanen awal pada jagung yang ditanamnya. Petani jagung: Mengucapkan salam kepada pawang kebun Asalamu alaikum Pawang kebun: Menjawab salam sambil mempersilakan petani jagung naik dan duduk di dalam pondoknya Wa alaikum salam Petani jagung: Netaahi bhara itu ponamisi? Pawang kebun: Umbe, pedahae bhahi? Petani jagung: Okamaihaku ini bhe patudhuku ne itu? Pawang kebun: Pedahae itu? Petani jagung: Kahitela netunggu-tungguku maitu ingka nopatamo umuruno nomofulugha, wakutuno hadae damalae kaghuri-ghurino, maka kamaihaku ini aesalo tulumi ne itu daelentu bhe damai datumandaki kanaue. Pawang kebun: 325 Harmin, 2013 Tradisi Bertani Jagung Masyarakat Muna Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sebantara deki bharangka Pawang kebun menghitung waktu baik pada hari itu dengan menggunakan jari-jari tangannya. Setelah melakukan perhitungan, dukun kebun melanjutkan pembicaraanya Pawang kebun: Ingka tabea wakutu metahano gheitu ini rambi alumata sebantara itu Petani jagung: Umbe, bhe katolala bhara ne itu? Dukun kebun: Umbe Petani jagung: Ane namedamo anagha bhara ingka naembalimo hadae damopansuremo rampahano nomaho rambi alumata Petani jagung: umbe Petani dan dukun kebun menuju kebun jagung dan lampu secara perlahan mulai redup Adengan 2 Sekitar pukul delapan pagi waktu setempat, dukun kebun dan petani telah tiba di kebun jagung dan segera petani jagung tersebut mempersilakan kepada dukun kebun untuk menuju penanaman atau kafematai yang pernah dilakukan. Pawang kebun dibekali dengan parang atau pisau yang tajam untuk memotong batang jagung yang dipanen di tempat penanaman awal serta keranjang berukuran sedang yang digunakan untuk menyimpan jagung yang dipanen. Pawang kebun: memegang salah satu batang jagung yang hendak dipanen dalam satu rumpun sambil mengucapkan mantra pemanenan jagung 326 Harmin, 2013 Tradisi Bertani Jagung Masyarakat Muna Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Abhelaikomo hintumu mbusango Bhahi totisele, bhahi totikenda Maka tokampile-mpilei, maka okampunda-punda Konekakala tonuanaomu Laloomu mpali kema, mpali suana Kapo ne kahitelaku ini Mpali sauna, mpali kema Kapo ne kahitelaku ini. Setelah selesai memanen jagung pada pemananan yang pertama atau kafematai, pawang kebun melanjutkan pemanenan pada bagian yang lainnya sampai untuk persiapan sesajian atau kafongkora-ngkora dan untuk dikonsumsi pertama dianggap cukup. Setelah itu, dukun kebun menuju pondok petani untuk menyerahkan jagung yang dipanenya. Jagung yang yang telah dipanen tersebut untuk segera dibuka kulitnya dan seteh itu direbus. Pawang kebun: Padamo atandaki okahitela maitua, kahitela katandakiku ini dakumulusiemo, pada aitu dakumantinuwuae rampahano damongkora-ngkorae deki, panaembali kansuru damakea. Petani dan Istrinya: Umbe Istri petani membuka kulit jagung telah dipanen dukun kebun dan merebusnya sampai masak. Dalam proses perebusan jagung tersebut, disertakan dengan telur ayam kampung satu, tiga atau lima butir. Ketika masak dan sebelum dikonsumsi yang pemilik kebun, istri petani menyediakan untuk kafongkora- ngkora dan setelah itu mempersilahkan pawang kebun untuk melakukan kegiatan pembacaan mantra kafongkora-ngkora. Pawang kebun: menuju tempat jagung dan telur yang disediakan untuk melakukan kegiatan pembacaan mantra kafongora-ngkora Afongkorangkomo paseleno Kodasaghono aini Koteaghono aini Kolongkowaghono aini Tutumuturano lonso aini 327 Harmin, 2013 Tradisi Bertani Jagung Masyarakat Muna Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tumbu-tumbuno longkowa aini Komelilimu padamo awangkomu paseleno Dhaganiemu Konokororweo Konoangkafio Setelah selesai pembacaan mantra kafongkora-ngkora. Jagung dan telur yang telah lengkapi dengan air pencuci tangan dibiarkan atau didiamkan untuk beberapa saat. Setelah itu, dimulailah acara makan bersama jagung yang telah disajikan. Istri petani: Aitu datumangkahimu deki, damenani kabubuhano ghantitoomu ini Pawang kebun dan petani: Umbe Petani dan pawang kebun menuju makanan yang disediakan dan secara perlahan lampu mulai redup. Naskah drama tersebut hanya satu babak. Oleh karena itu, naskah drama tersebut dapat diteruskan atau dapat ditulis secara lengkap mulai dari pembukaan lahan sampai dengan pascapanen. Naskah drama yang lengkap kiranya dapat dipentaskan di atas panggung dengan penataan kostum yang lengkap seperti halnya kegiatan bertani jagung yang berlangsung di lapangan dengan artistik lain sebagai pelengkap kegiatan pementasan. 327 Harmin, 2013 Tradisi Bertani Jagung Masyarakat Muna Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian, dan hasil analisis beserta pembahasan dalam tradisi yang telah dilakukan, maka dapat diambil suatu simpulam sebagai berikut

1. Tradisi Bertani Jagung Masyarakat Muna

Sebagai besar masyarakat Muna mempunyai mata pencaharian sebagai petani, terutama petani jagung. Jagung merupakan sumber makanan pokok yang paling utama yang tinggal di pedesaaan. Sistem pertanian yang diterapkan oleh masyarakat Muna adalah dengan sistem berpindah-pindah. Sistem berpindah- pindah tersebut dikarenakan produktifitas lahan pertanian menurun sehingga mereka meninggalakannya untuk beberapa lama dengan mencari dan mengolah lahan pada di tempat yang lain secara berkelompok yang dianggap subur dibanding dengan yang ditinggalkan. Pola berpindah-pindah diyakini bahwa lahan-lahan pertanian yang ditinggalkan dalam jangka waktu yang lama dapat mengurangi perkembangan tanaman-tanaman pengganggu dan mencegah menurunnya tingkat kesuburan tanah. Tradisi bertani jagung dengan mengandalkan kekuatan alam dan bertani dengan sistem berpindah-pindah mencari lahan yang subur masih dianggap sesuatu yang utuh dan mengikat dalam kehidupan mereka. Keadaan tanah di lokasi mereka menanam pada umumnya telah dipilh tanah yang baik dalam arti tidak berbatu-batu, rata, dan tidak mengandung kapur. Dalam waktu satu tahun, masyarakat Muna hanya mengenal dua musim tanam jagung, yaitu bhara musim tanam hujan yang berlangsung dari bulan November sampai bulan April, sedangkan musim kalangkari musim tanam kemarau yang berlangsung dari Mei sampai Oktober. Kedua musim tanam yang demikian disebabkan oleh keadaan iklim yang ada di Kabupaten Muna dengan sistem pertani yang masih mengandalkan air hujan sebagai sumber pengairan yang satu-satunya. Kedua 327 328 Harmin, 2013 Tradisi Bertani Jagung Masyarakat Muna Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu musim tanam tersebut dilakukan dengan sistem yang bersifat tradisional. Di dalam kegiatan bertani jagung tersebut memiliki pantangan yang tidak boleh dilanggar. Apabila melanggarnya maka yang bersangkutan akan menerima sanksi dari yang gaib. Sanksi ringan yang didapatkan berupa akan diserang berbagai jenis penyakit tanaman yang ditanamnya dan paling yang berat dapat menelan korban para petani.

2. Struktur Bertani Jagung Masyarakat Muna

Struktu bertani jagung masyarakat Muna merupakan rangkaian kegitan yang dilakukan secara sistematis. Ada pun rangkaian atau struktur kegiatan bertani jagung masyarakat Muna yang dimaksud adalah yang pertama adalah katambori pembukaan lahan. Kegiatan pembukaan lahan dapat dilakukan oleh pawang kebun yang dianggap mampu berkomunikasi dengan yang gaib yang mendiami suatu area yang akan dijadikan lokasi kebun. Pembukaan lahan dapat dimulai ada hari yang baik dengan dengan membawa perlengkapan berupa parang, dan kotak yang berisi sesajian yang ditujukan untuk yang gaib. Setelah kegitan pembabatan selesai dilanjutkan tahapan yang berikutnya yaitu pembabatan. Kegiatan pembabatan dilakukan oleh oleh petani yang dibantu oleh kerabatnya. Kegiatan pembakaran dapat dilakukan apabila semak-semak yang telah dibabat dianggap kering. Keempat adalah pembersihan sisa pembakaran, yaitu membersihkan sisa- siswa yang tidak habis dibakar pada saat pembakaran. Kelima pemagaran, yaitu memberikan pagar terhadap lokasi yang digarap dengan menggunakan batu atau kayu. Keenam adalah kaago-ago, yaitu mengajak dan memberikan sesajian kepada yang gaib sebagai imbalan dalam mengizinkan area yang mereka tempati. Ketujuh adalah penanaman jagung yaitu kegiatan menaburkan benih jagung ke dalam tugalan. Kegiatan penanaman harus didahului oleh pawang kebun yang dikenal dengan mana kafematai. Kedelapan adalah pemeliharaan tanaman. Kegiatan pemeliharaan tanaman jagung berupa pembersihan gulma, penangkalan hama dan penyakit. Kesembilan adalah pemanenan tanaman jagung. Kegiatan pemanenan dapat dilakukan tiga kali dalam satu kali musim tanam. Kegiatan 329 Harmin, 2013 Tradisi Bertani Jagung Masyarakat Muna Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pemanenan jagung dapt dilakukan pada umur yang 35 hari sejak waktu tanam yang dikenal dengan nama kapasele, pemanenan pada umur 60 hari sejak waktu tanam yang dikenal dengan nama pemanenan jagung saat menguning, dan pemanenan jagung pada umur yang 85 hari sampai 90 hari sejak waktu tanam yang dikenal dengan nama katongka. Tahapan yang terakhir adalah pengolahan pascapanen. Pengolahan pascapanen dilakukan apabila jagung sudah terkumpul pada suatu tempat tertentu. Kegiatan pascapanen meliputi penyortiran jagung menjadi tiga bagian berdasarkan kelompoknya. Dari sekalin tahapan atau struktur kegiatan bertani jagung tersebut, hampir semua tahapan atau langkah terdapat bahasa penyertanya yaitu mantra. Penggunaan mantra dalam rangkaian kegitan bertani jagung sebagai bentuk komunikasi antara pawang kebun dengan yang gaib atau sang lehuhur, antara sang pawang kebun dengan tanaman jagung, dan antara pawang kebun dengan segala jenis penyakit jagung serta hama yang kemungkinan akan datang menyerang tanaman.

3. Sruktur Mantra Bertani Jagung Masyarakat Muna

Selain srtuktur atau rangkaian kegiatan bertani jagung tersebut, terdapat pula struktur mantra yang menjadi kajian penelitian ini. Struktur mantra yang dimaksud adalah formula sintaksis, sistem formula, formula bunyi yang meliputi rima, asonansi dan aliterasi serta irama, gaya bahasa yang meliputi diksi, paralelisme, dan majas, serta tema. Struktur mantra tersebut mempunyai gagasan atau ide dalam bentuk kalimat mantra. Selain dalam bentuk formula sintaksis, struktur mantra bertani jagung memiliki formula bunyi yang meliputi rima, asonansi dan aliterasi serta irama. Rima-rima yang membangun mantra bertani jagung ada yang sempurna dan ada pula yang tidak sempurna. Selain itu aliterasi dan asonansi yang membangun mantra tersebut memiliki efek sebagai daya magis ketika dituturkan oleh pawang kebun. Efek-efek daya magis mantra tersebut tidak terlepas dari dukungan irama.

Dokumen yang terkait

STRUKTUR, KONTEKS PENUTURAN, SIMBOL, MAKNA, DAN FUNGSI MANTRA PERKAWINAN PADA MASYARAKAT ADAT RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG SERTA UPAYA PELESTARIANNYA.

6 8 38

Kajian Struktur Teks, Konteks Penuturan, Proses Penciptaan, Fungsi, Dan Nilai Dalam Puisi Pupujian Di Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang Serta Pelestariannya.

0 3 35

ANALISIS STRUKTUR, PROSES PENCIPTAAN, KONTEKS PENUTURAN,FUNGSI, DAN MAKNA TEKS MITE PELET MARONGGE SERTA PEMANFAATANNYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA.

12 37 62

TRADISI BERCERITA (KAPU-KAPUUNA) MASYARAKAT MUNA SULAWESI TENGGARA :Kajian Struktur, Konteks Penuturan, Fungsi, serta Model dan Alternatif sebagai Bahan Ajar Apresiasi Sastra di SMA.

0 0 63

CARITA MAUNG PADJAJARAN DI KECAMATAN SURADE: Struktur, Proses Penciptaan, Konteks Penuturan, Fungsi, dan Makna.

1 5 40

PUISI SAWÉR TURUN TANAH DI KECAMATAN RAJADESA KABUPATEN CIAMIS: ANALISIS STRUKTUR, PROSES PENCIPTAAN, KONTEKS PENUTURAN, FUNGSI, DAN MAKNA.

0 1 28

DODOY DALAM PENGASUHAN ANAK USIA DINI MASYARAKAT MELAYU SIAK :Kajian Struktur Teks, Konteks Penuturan, Nilai, Fungsi, dan Model Pelestariannya.

1 331 186

LAGU DOLANAN DI HEGARMANAH: STRUKTUR, KONTEKS PENUTURAN, PROSES PENCIPTAAN, DAN FUNGSI.

0 7 31

MANTRA DALAM UPACARA PESONDO: KAJIAN STRUKTUR TEKS, KONTEKS PENUTURAN, PROSES PENCIPTAAN DAN FUNGSI SERTA KEMUNGKINAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA LISAN DI SMA.

7 34 59

MANTRA RITUAL BABARIT: NILAI BUDAYA, STRUKTUR, KONTEKS PENUTURAN, PROSES PENCIPTAAN, DAN FUNGSI SERTA PELESTARIANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMA.

5 53 75