43
Pemeriksaan terbaru yang sedang dikembangkan adalah geneXpert,
yaitu pemeriksaan berbasis Polimerase Chain Reaction PCR yang
mendeteksi keberadaan amplifikasi dan ekstraksi asam nukleat M.
tuberculosis pada region gen rpoB, dimana mutasi pada region ini akan meningkatkan resistensi terhadap rifampisin hingga 95.
21
World Health Organisation merekomendasikan pemeriksaan ini sebagai tes diagnostik
inisial terhadap pasien terduga Multiple Drug ResistantMDR-TB atau HIVTB,
dan sebagai tes ikutan setelah tes mikroskopis pada pasien MDR-TB dan atau HIV dengan apusan spesimen negatif.
22
2.6. Respon Imun terhadap M. tuberculosis
Umumnya antigen bersifat tergantung pada sel T TD=T dependent antigen,
artinya antigen akan mengaktifkan sel imunokompoten dengan bantuan sel T helper Th melalui zat yang dilepaskan sel Th aktif. Sedangkan antigen yang
tidak memerlukan sel T TI=T independent untuk menghasilkan antibodi
dengan cara langsung merangsang limfosit B. Limfosit B umumnya mengenal
antigen bila dipresentasikan bersama molekul produk MHC mayor
histocompatibility complex kelas I II yaitu molekul yang antara lain terdapat pada membrane sel makrofag. Setelah antigen diproses oleh sel makrofag
akan dipresentasikan bersama MHC kelas I II kepada sel Th sehingga terjadi ikatan antara TCR
T cell receptor dengan antigen. Kemudian akan terjadi diferensiasi menjadi sel Th efektor, sel Tc efektor, serta sel Th memori
Universitas Sumatera Utara
43
dan sel Tc memori atas pengaruh sitokin. Sel Th efektor mengaktivasi makrofag.
5
Pada manusia terdapat dua jenis sel Th yaitu sel Th1 dan Th2 yang dapat dibedakan dari sitokin yang dihasilkannya dan fungsi efektornya.
Sedangkan peran utama sel Tc atau sel CD8 adalah untuk mengenal dan kemudian melisiskan sel target yang terinfeksi sehingga disebut juga sel
cytotoxic T lymphocyte CTLs yang berperan pada infeksi virus, bakteri dan parasit.
11
2.7. Uji Tuberkulin
Tuberkulosis, tidak seperti penyakit infeksi yang lain, memiliki dua tingkatan proses dalam patogenesisnya. Manifestasi klinis penyakit timbul setelah
adanya infeksi beberapa tahun atau dekade sebelumnya. Infeksi TB mempunyai fase laten, dimana terdapat infeksi dari kuman TB tetapi
bersifat dorman, namun terdapat imunogenitas yang dapat dideteksi oleh sistem imun pada orang yang terinfeksi. Pada fase ini uji tuberkulin
bermanfaat sebagai alat diagnostik untuk mengetahui infeksi TB walaupun tidak ditemukan manifestasi.
14
Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB yang memiliki sifat antigen yang kuat. Jika disuntikkan secara intrakutan kepada seseorang yang
telah terinfeksi TB maka akan terbentuk indurasi di lokasi suntikan.
3
Uji tuberkulin pertama kali ditemukan oleh Koch, lima belas tahun setelah
mycobacterium tuberculosis ditemukan. Terdapat dua teknik melakukan uji
Universitas Sumatera Utara
43
tuberkulin kulit yaitu secara Mantoux dan multiple punction.
14
Uji tuberkulin secara Mantoux merupakan metode standar untuk menentukan infeksi TB,
dan Committee on Infectious Disease of the American Academy of Pediatrics,
pada Januari 1994 telah merekomendasikan uji tuberkulin cara Mantoux sebagai prosedur standar untuk menentukan infeksi TB karena memiliki
sensitivitas dan spesifitas yang lebih baik.
17
Uji tuberkulin cara Mantoux dilakukan dengan penyuntikan 0,1 ml tuberkulin PPD secara intrakutan di bagian volar sentral lengan bawah kiri.
Suntikan dilakukan dengan menggunakan jarum tuberkulin, jika penyuntikan dilakukan secara benar akan timbul benjolan berdiameter 4-6 mm berwarna
kepucatan. Tuberkulin yang saat ini tersedia di Indonesia adalah PPD RT-23 buatan Statens Serum Institute Denmark dan PPD buatan Biofarma.
Pembacaan dilakukan setelah 48-72 jam setelah penyuntikan. Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul bukan hiperemieritemanya. Indurasi
diperiksa dengan cara palpasi untuk menentukan tepi indurasi, ditandai dengan pulpen, kemudian diameter transversal indurasi diukur dengan alat
pengukur transparan.
19
Secara umum, hasil uji tuberkulin dengan diameter indurasi ≥ 10 mm
dinyatakan positif tanpa menghiraukan penyebabnya. Pada anak balita yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 10-14 mm dinyatakan uji tuberkulin
positif, kemungkinan besar karena infeksi TB alamiah, tetapi masih mungkin disebabkan BCG. Pengaruh BCG terhadap reaksi positif tuberkulin secara
Universitas Sumatera Utara
43
bertahap akan semakin berkurang dengan berjalannya waktu, dan paling lama berlangsung hingga 5 tahun setelah penyuntikan.
3 ,5
Apabila diameter indurasi 0-4 mm, dinyatakan uji tuberkulin negatif. Diameter 5-9 mm dinyatakan positif meragukan. Hal ini dapat disebabkan
oleh kesalahan teknis trauma, dan lain-lain, keadaan anergi, atau reaksi silang dengan M. atipik. Bila mendapatkan hasil yang meragukan, uji
tuberculin dapat diulang. Untuk menghindari efek booster tuberkulin, ulangan
dilakukan 2 minggu kemudian dan penyuntikan dilakukan di lokasi yang lain, minimal berjarak 2 cm.
4
Pada keadaan tertentu, yaitu tertekannya sistem imun imunokompromais maka
cut off-point hasil positif yang digunakan adalah ≥5
mm. Keadaan ini dapat dijumpai pada pasien gizi buruk, infeksi HIV, keganasan, morbili, pertusis, varisela, atau pasien yang mendapat
imunosupresan jangka panjang ≥2 minggu. Pada keadaan diatas, uji
tuberkulin dapat positif sehingga pasien dengan dugaan anergi tetap dilakukan uji tuberkulin jika dicurigai TB. Pada anak yang mengalami kontak
erat dengan pasien TB dewasa akitif disertai BTA positif, juga digunakan batas
≥ 5 mm.
19
Universitas Sumatera Utara
43
2.8. Kerangka Konseptual