PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 13 69. Informasi mengenai tingkat bunga efektif yang lama dan yang baru
1 harus disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan .
2
70. Jika jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana 3
ditetapkan dalam persyaratan baru utang termasuk pembayaran untuk 4
bunga maupun untuk pokok utang lebih rendah dari nilai tercatat, maka 5
debitur harus mengurangi nilai tercatat utang ke jumlah yang sama dengan 6
jumlah pembayaran kas masa depan sebagaimana yang ditentukan dalam 7
persyaratan baru. Hal tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas 8
Laporan Keuangan sebagai bagian pengungkapan dari pos kewajiban yang 9
berkaitan. 10
71. Suatu entitas tidak boleh mengubah nilai tercatat utang 11
sebagai akibat dari restrukturisasi utang yang menyangkut pembayaran 12
kas masa depan yang tidak dapat ditentukan, selama pembayaran kas 13
masa depan maksimum tidak melebihi nilai tercatat utang. 14
72.
Jumlah bunga atau pokok utang menurut persyaratan baru dapat 15
merupakan kontinjen, tergantung peristiwa atau keadaan tertentu. Sebagai 16
contoh, debitur mungkin dituntut untuk membayar jumlah tertentu jika kondisi 17
keuangannya membaik sampai tingkat tertentu dalam periode tertentu. Untuk 18
menentukan jumlah tersebut maka harus mengikuti prinsip-prinsip yang diatur 19
pada akuntansi kontinjensi yang tidak diatur dalam pernyataan ini. Prinsip yang 20
sama berlaku untuk pembayaran kas masa depan yang seringkali harus 21
diestimasi. 22
P P
e e
n n
g g
h h
a a
p p
u u
s s
a a
n n
U U
t t
a a
n n
g g
23 73. Penghapusan utang adalah pembatalan secara sukarela tagihan
24 oleh kreditur kepada debitur
, baik sebagian maupun seluruhnya
, jumlah utang
25 debitur dalam bentuk perjanjian formal diantara keduanya.
26 74. Atas penghapusan utang mungkin diselesaikan oleh debitur ke
27 kreditur melalui penyerahan aset kas maupun nonkas dengan nilai utang di
28 bawah nilai tercatatnya.
29
75. Jika penyelesaian satu utang yang nilai penyelesaiannya di 30
bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset kas, maka ketentuan pada 31
paragraf 70 berlaku. 32
76. Jika penyelesaian suatu utang yang nilai penyelesaiannya di 33
bawah nilai tercatatnya dilakukan dengan aset nonkas maka entitas 34
sebagai debitur harus melakukan penilaian kembali atas aset nonkas 35
dahulu ke nilai wajarnya dan kemudian menerapkan paragraf 70, serta 36
mengungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian dari 37
pos kewajiban dan aset nonkas yang berhubungan. 38
77. Informasi dalam Catatan atas Laporan Keuangan harus 39
mengungkapkan jumlah perbedaan yang timbul sebagai akibat restrukturisasi 40
kewajiban tersebut yang merupakan selisih lebih antara: 41
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 14 a Nilai tercatat utang yang diselesaikan jumlah nominal dikurangi atau
1 ditambah dengan bunga terutang dan premi, diskonto, biaya keuangan atau
2 biaya penerbitan yang belum diamortisasi, dengan
3 b
Nilai wajar aset yang dialihkan ke kreditur. 4
78.
Penilaian kembali aset pada paragraf 76 akan menghasilkan 5
perbedaan antara nilai wajar dan nilai aset yang dialihkan kepada kreditur untuk 6
penyelesaian utang .
Perbedaan tersebut harus diungkapkan pada Catatan atas 7
Laporan Keuangan. 8
B B
I I
A A
Y Y
A A
- -
B B
I I
A A
Y Y
A A
Y Y
A A
N N
G G
B B
E E
R R
H H
U U
B B
U U
N N
G G
A A
N N
D D
E E
N N
G G
A A
N N
9
U U
T T
A A
N N
G G
P P
E E
M M
E E
R R
I I
N N
T T
A A
H H
10 79. Biaya-biaya yang berhubungan dengan utang pemerintah adalah
11 biaya bunga dan biaya lainnya yang timbul dalam kaitan dengan peminjaman
12 dana. Biaya-biaya dimaksud meliputi:
13 a Bunga atas penggunaan dana pinjaman, baik pinjaman jangka pendek
14 maupun jangka panjang;
15 b
Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman, 16
c Amortisasi biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman seperti biaya 17
konsultan, ahli hukum, commitment fee, dan sebagainya . 18
d Perbedaan nilai tukar pada pinjaman dengan mata uang asing sejauh hal 19
tersebut diperlakukan sebagai penyesuaian atas biaya bunga. 20
80. Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan 21
dengan perolehan atau produksi suatu aset tertentu qualifying asset 22
harus dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tertentu 23
tersebut.
24 81. Apabila bunga pinjaman dapat diatribusikan secara langsung
25 dengan aset tertentu, maka biaya pinjaman tersebut harus dikapitalisasi terhadap
26 aset tertentu tersebut. Apabila biaya pinjaman terebut tidak dapat diatribusikan
27 secara langsung dengan aset tertentu, maka kapitalisasi biaya pinjaman
28 ditentukan berdasarkan penjelasan pada paragraf 82.
29 82. Dalam keadaan tertentu sulit untuk mengidentifikasikan adanya
30 hubungan langsung antara pinjaman tertentu dengan perolehan suatu aset
31 tertentu dan untuk menentukan bahwa pinjaman tertentu tidak perlu ada apabila
32 perolehan aset tertentu tidak terjadi. Misalnya, apabila terjadi sentralisasi
33 pendanaan lebih dari satu kegiatanproyek pemerintah. Kesulitan juga dapat
34 terjadi bila suatu entitas menggunakan beberapa jenis sumber pembiayaan
35 dengan tingkat bunga yang berbeda-beda. Dalam hal ini, sulit untuk menentukan
36 jumlah biaya pinjaman yang dapat secara langsung diatribusikan, sehingga
37 diperlukan pertimbangan profesional professional judgement untuk menentukan
38 hal tersebut.
39
83.
Apabila suatu dana dari pinjaman yang tidak secara khusus 40
digunakan untuk perolehan aset maka biaya pinjaman yang harus 41
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN II.10 PSAP 09 - 15
dikapitalisasi ke aset tertentu harus dihitung berdasarkan rata-rata 1
tertimbang weighted average atas akumulasi biaya seluruh aset tertentu 2
yang berkaitan selama periode pelaporan. 3
P P
E E
N N
Y Y
A A
J J
I I
A A
N N
D D
A A
N N
P P
E E
N N
G G
U U
N N
G G
K K
A A
P P
A A
N N
4
84. Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam