Latar Analisis Cerkak “Lintang Alit”

58 mempunyai watak yang tidak mudah menuduh, ia berusaha mencari kebenarannya terlebih dahulu. Kesabaran Irul juga terlihat ketika ia bertemu Mono. Ia tetap menahan kemarahannya dan mendengarkan penjelasan Mono. Hal ini dapat ditemukan pada kutipan berikut. Senajan atine wis banget kemrungsung, nanging Irul isih bisa ngampet sakabehing rasa pangarsane. Dheweke nyoba nanggapi kancane sing tangkepe katon grapyak sumanak marang dheweke. Kanggo ngrampungake perkara kuwi, ora kena grusa- grusu…Panjebar Semangat, No. 47 Tahun 2005 Walaupun hatinya panas, tetapi Irul masih bisa menahan semua rasa marahnya. Ia mencoba menanggapi temannya yang kelihatan bersahabat dengannya. Untuk menyelesaikan masalah itu, tidak boleh sembarangan bertindak… Kutipan di atas menunjukkan bahwa Irul mempunyai watak yang tidak mudah marah, menyelesaikan masalah dengan pikiran yang jernih dan tidak gegabah. Ia mencari bukti terlebih dahulu untuk mencari kebenarannya. Watak Irul yang menunjukkan bahwa ia sangat menjaga keutuhan rumah tangganya. Pelukisan watak seperti yang ditunjukkan pada kutipan-kutipan diatas merupakan pelukisan watak tokoh secara tidak langsung yang dilukiskan oleh pengarang disebut juga dengan teknik dramatik.

4.3.4 Latar

a Latar Tempat Cerkak ini menggunakan dua latar tempat, yaitu rumah Irul, dan kantin. Kutipan berikut menunjukkan rumah Irul sebagai latar tempat. 59 Nalika Tini miwiti masak ing pawon, Irul mlebu banjur mlebu kamar. Karepe arep turu maneh, supaya atine dadi lerem. Nanging saya suwe atine saya mangkel. Dheweke ora bisa turu. Jeneng Lintang Alit kuwi saya nggoda atine…Panjebar Semangat, No. 47 Tahun 2005 Saat Tini memasak di dapu, Irul masuk kamar. Ia ingin tidur, supaya hatinya jadi tenang. Tetapi semakin lama ia semakin jengkel. Ia tidak bisa tidur. Nama Lintang Alit itu semakin menggoda hatinya… Kutipan di atas menunjukkan latar tempat di dalam rumah Sunar, ditunjukkan dengan Tini memasak di dapur dan Irul masuk kamar. Di dalam kamarlah, Irul ingin menetramkan pikirannya. Ia mencoba tidur, akan tetapi perasaan curiga itu tidak dapat di hilangkan. Kamar merupakan latar tempat yang digunakan Irul untuk menenangkan pikiraannya dari perasaan ceriga. Selanjutnya peristiwa terjadi di kantin saat bertemu dengan Mono. Irul bertemu dengan Mono untuk mencari penjelasan, kenapa mono memakai nama samaran Lintang Alit. Hal ini dapat ditemukan pada kutipan berikut. …Sawetara iku Mono sing didolani kancane kuwi katon ngrapyak sumanak tangkebe. Babar pisan ora duwe rasa sujana apa-apa. Kancane kuwi banjur diajak golek mangan, mumpung yah mono kuwi wayahe wong nyambut gawe padha ngaso. Sawise padha mangan, dheweke lungguhan ing kantin kono nganti sawetara wektu. Panjebar Semangat, No. 47 Tahun 2005 …Saat itu Mono yang didatangi temannya itu kelihatan bersahabat sekali. Sama sekali tidak ada rasa curiga. Temannya itu lalu diajak makan, mumpung waktunya orang kerja sedang istirahat. Setelah makan, Ia duduk-duduk di kantin sampai beberapa saat. Kutipan di atas menunjukkan bahwa peristiwa di atas terjadi di kantin. Ditunjukkan dengan Mono mengajak Irul makan dan setelah makan mereka duduk-duduk di kantin. Kutipan wacana-wacana tersebut juga menunjukkan bahwa latar tempat digambarkan secara jelas. 60 b Latar Waktu Terdapat latar waktu yang di dalam cerkak ini. Latar waktu dapat dilihat dari kutipan berikut ini. Dina sesuke, nalika srengenge wiwit katon sumamburat abang ing langit wetan, Irul pamit marang bojone. Dheweke ngapusi arep nekani sawijining saserahan sastra sing digelar ana ing Jakarta. Panjebar Semangat, No. 47 Tahun 2005 Hari berikutnya, saat matahari terlihat merah di ufuk timur, Irul meminta izin kepada istrinya untuk pergi. Ia berbohong akan menghadiri acara saserahan sastra yang didiselenggarakan di Jakarta. Kutipan di atas terdapat dua latar waktu yaitu menunjukkan hari berikutnya. Akan tetapi kutipan wacana tersebut tidak disebutkan latar waktu secara pasti.

4.3.5 Sudut Pandang