Kedisiplinan Mutu Proses Pembelajaran

4. Pengukuran kinerja benchmarking ,alat ini digunakan untuk membandingkan kinerja lembaga kita sendiri dengan kinerja lembaga lain dalam rangka mengetahui kinerja yang baku. Alat ini digunakan untuk mewujudkan keunggulan kompetitif. 5. Pemetaan arah karier career path-mapping, alat ini digunakan untuk mengidentifikasi tahapan-tahapan penting atau kendala-kendala yang cukup potensial dalam perjalanan karier seorang siswa. Ia digunakan apabila ingin mengetahui arah karierbakat seorang siswa dan sekaligus mengidentifikasikan karakteristik dan baku mutu dari karier seorang pelajar. Perlu diperhatikan bahwa penggunaan jenis alat dan teknik ini harus disesuaikan dengan masalah yang akan diselesaika, terutama menyangkut hal-hal berikut : a tingkat pemahaman anggota tim terhadap masalah, b tingkat kerumitan masalah, c tahapan dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini penting sebab tidak semua alat dan teknik tersebut sesuai untuk semua masalah. Salah satu alternatif penanggulangan masalah ini adalah dengan meningkatkan mutu proses pembelajaran di sekolah yang bersangkutan. Mutu proses pembelajaran dapat diketahui melalui penerapan kedisiplinan pada siswa dan guru, prestasi siswa, kualitas guru, kelengkapan perangkat pembelajaran, dan aktivitas anak didik Mudjito, 1993 : 46.

1. Kedisiplinan

Kedisiplinan yang baik merupakan tolak ukur pertama yang dapat dilihat oleh masyarakat terhadap suatu sekolah. Baik kedisiplinan dari pihak kepala sekolah, guru, stap, maupun pelajarnya. Kepala sekolah yang disiplin akan berdampak disiplin terhadap guru, stap, dan pelajarnya. Begitu pula guru yang disiplin akan berdampak disiplin pada pelajarnya. Bila semua unsur sudah disiplin maka sekolah menjadi efektif. Sekolah yang efektif adalah sekolah yang mempunyai karakteristik berikut : a. Memiliki etos sekolah yang baik b. Manajemen kelas yang baik 39 c. Harapan guru yang tinggi d. Guru sebagai contoh teladan yang positif e. Umpan balik yang positif dan memberikan perlakuan terhadap siswa f. Koordinasi kerja yang baik antara guru dan siswa g. Adanya tanggung jawab siswa h. Staf membagi aktivitas antara staf dan pelajar.Syafaruddin, 2002 :91. Sekolah yang efektif adalah tipe sekolah yang dicari oleh masyarakat, karena masyarakat menilai suatu sekolah dari hal-hal yang nampak ; Kepala sekolah, guru, staf, dan siswanya yang datang dan pulang tepat waktu; Keadaan sekolah yang aman, tentram, bersih, menarik, dan kondusif untuk terjadinya proses belajar mengajar; Administrasi sekolah yang transfaran, administrasi kepala sekolah, guru, dan stap yang lengkap dan rapih. Bukanlah guru saja dalam menegakkan disiplin dalam suatu sekolah tetapi banyak unsur yang terkait dimulai dari kepala sekolah, guru, staf, siswa, orang tua, tokoh masyarakat, pemimpin pemuda, dan lingkungan sekitarnya. Jika salah satu atau semuanya tidak melaksanakan disiplin maka kedisiplinan di sekolah yang bersangkutan akan tampak kurang disiplin atau kedisiplinan tak terwujud. Pelanggaran terhadap disiplin sekolah terlihat dan terdengar di sana sini. Murid-murid yang terjaring di pasar swalayan pada jam-jam sekolah, membolos dan terlambat datang di sekolah, dan pulang sebelum waktunya, merupakan contoh konkrit kurang disiplin di kalangan murid-murid dan sekolah tempat siswa belajar. Padahal semua pihak menyadari betapa besarnya peranan disiplin dalam pembentukan kepribadian murid. Tanpa disiplin akan terjadi kekacauan. Dan tanpa disiplin sulit membentuk kepribadian manusia Indonesia seutuhnya. 40 Kekurangdisiplinan siswa yang tidak tampak dari luar sekolah pun dapat terjadi yaitu banyak siswa yang mengganggu guru ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung. Bila dikelompokkan perilaku yang mengganggu guru adalah : perilaku yang bertentangan dengan ajaran moral ; perilaku yang menyimpang dan agresif; serta perilaku yang mengacaukan kelas. Perilaku yang bertentangan dengan ajaran moral misalnya berbicara kotor, menipu, dan menggunakan obat-obat terlarang. Perilaku yang menyimpang dan agresif seperti berkelahi di kelas, kesukaan menganiaya kawan sekelas. Sedangkan perilaku yang mengacaukan kelas misalnya suka berteriak-teriak, sering keluar kelas, dan suka ribut-ribut di dalam kelas. Bila ketidakdisiplinan tersebut sudah diketahui oleh masyarakat sekitarnya maka citra sekolah yang bersangkutan menurun sehingga masyarakat mempunyai anggapan mutu pendidikan di sekolah yang bersangkutan rendah. Bila persepsi masyarakat sudah demikian maka pihak sekolah akan sulit untuk mengembangkan diri dan meningkatkan prestasi karena dukungan masyarakat rendah.

2. Prestasi