dari pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan humanistis lebih mengutamakan bagian ini.
Untuk mendidik para siswa supaya beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berestetika maka sekolah menyediakan
pelajaran pendidikan agama yang wajib diikuti oleh seluruh siswa yang memeluk agama yang bersangkutan.
Realisasi dari beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, siswa yang bersangkutan rajin mengamalkan ajaran agamanya. Sedangkan siswa yang
berakhlak mulia adalah siswa yang senatiasa berucap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari hari, baik di sekolah maupun di luar sekolah sesuai dengan
ajaran agamanya.
3. Kualitas Guru
Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan mutu proses pembelajaran adalah faktor guru itu sendiri. Oleh karena itu guru
merupakan unsur di bidang pendidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan
masyarakat yang makin berkembang. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap diri guru itu terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya
pada suatu kedewasaan atau taraf kematangan tertentu. Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar transfer of knowledge, pelatih trainer
tetapi juga sebagai pendidik transfer of values yang sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.
44
Berkaitan dengan ini maka sebenarnya guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya mengantarkan
siswa anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi
kepentingan anak didik, sesuai dengan kepentingan profesi dan tanggung jawabnya.
Seorang pekerja profesional, seorang guru harus dapat dibedakan dari seorang teknisi, karena di samping menguasi sejumlah teknik serta prosedur kerja
tertentu, seorang pekerja profesional juga ditandai dengan informed responsiveness terhadap implikasi kemasyarakatan dari objek kerjanya. Hal ini
berarti seorang tenaga profesional atau guru harus memiliki persepsi filosofis dan ketanggapan yang bijaksana yang lebih mantap dalam menyikapi dan
melaksanakan pekerjaannya. Kalau kompetensi seorang mekanik dalam arti sangat mementingkan kecermatan, sedangkan kompetensi seorang guru sebagai
tenaga profesional ditandai dengan serentetan diagnosa, rediagnosa, dan penyesuaian yang terus menerus Sardiman AM., 1987 :131. Dalam hal ini di
samping kecermatan untuk menentukan langkah, guru harus juga sabar, ulet, tlaten, serta tanggap terhadap setiap kondisi, sehingga diakhir pekerjaannya akan
membuahkan suatu hasil yang memuaskan. Sehubungan dengan profesionalisme seseorang guru, Wolmer dan Mills
mengemukakan bahwa pekerjaan itu dikatakan sebagai suatu profesi apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
45
a. Memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas, maksudnya: 1 Memiliki pengetahuan yang luas.
2 Memilki keahlian khusus yang mendalam. b. Merupakan karier yang dibina secara organisatoris, maksudnya :
1 Adanya keterikatan dalam suatu organisasi profesional. 2 Memiliki otonomi jabatan.
3 Memiliki kode etik jabatan. 4 Merupakan karya bakti seumur hidup.
c.Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status profesional, maksudnya :
1 Memperoleh dukungan masyarakat 2 Mendapat pengesahan dan perlindungan hukum.
3 Memiliki persyaratan kerja yang sehat.
4 Memiliki jaminan hidup yang layak. Sardiman AM., 1987 : 132.
Dengan kriteria tersebut guru mempunyai tugas yang berat dan unik sehingga guru harus benar-benar memainkan peran dalam melaksanakan tugasnya
baik sebagai pengajar, pelatih, maupun pendidik. Berikut peran seorang guru yang berkualitas adalah :
a. Guru sebagai informator yaitu sebagai pelaksana cara mengajar informatif,laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan
akademik maupun umum. b. Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus,
workshop, jadual pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar semua diorganisasikan
sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas danefisiensi dalam belajar pada diri siswa.
c. Guru sebagai motivator yaitu guru harus mampu meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar mengajar siswa. Guru
46
harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan
swadaya aktivitas dan daya cipta kreativitas, sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.
d. Guru sebagai pengarahdirektor. Dalam hal ini guru harus membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang
dicita-citakan. e. Guru sebagai inisiator yaitu guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses
belajar. Sudah barang tentu ide-ide tersebut merupakan ide-ide yang kreatif dan dapat dicontoh oleh anak didiknya.
f. Guru sebagai transmitter yaitu guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
g. Guru sebagai fasilitator yaitu guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar.
h. Guru sebagai mediator yaitu guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar mengajar siswa. Misalnya menengahi atau memberikan jalan ke
luar kemacetan dalam kegiatan diskusi siswa. i. Guru sebagai evaluator yaitu guru mempunyai otoritas untuk menilai
prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya
berhasil atau tidak.
47
Kualitas guru pun merupakan suatu unsur dalam mutu proses pembelajaran karena tidak akan tercipta suatu prestasi mutu yang baik bila guru
yang merupakan key person-nya tidak berkualitas. Guru yang berkualitas pasti berusaha untuk menciptakan proses belajar mengajar yang berkualitas pula.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama key person karena
proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dengan siswa merupakan syarat utama bagi
berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan guru dengan
siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri
siswa yang sedang belajar. Hal ini sesuai dengan tugas dan peran seorang guru di kelas. Dalam hal ini Ahamd Tafsir 1989 : 6 memberikan gambaran tugas guru
sebagai berikut:
48
BAGAN TUGAS GURU
Mendidik
Meneruskan dan mengembangkan
nilai-nilai hidup
Profesi Mengajar
Meneruskan dan menggembang
kan ilmu pengetahuan dan
teknologi
Melatih
Mengembang kan
keterampilan dan
penerapannya
Menjadi orang tua kedua Auto-pengertian :
- homoludens
- homopuber
- homosapiens
Tugas Guru
Kemanusiaan
Transformasi diri Autoidentifikasi
Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga
negara Indonesia yang bermoral Pancasila
Kemasyarakatan
Mencerdaskan bangsa Indonesia
Sedangkan peran guru dalam proses belajar mengajar adalah guru sebagai demonstrator, pengelola kelas, evaluator, mediator, dan fasilitator.
49
Guru sebagai demonstrator lecturer atau pengajar hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa
mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai
oleh siswa. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru ialah bahwa ia sendiri adalah pelajar. Ini berarti bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan
cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator
sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Dalam peranannya sebagai pengelola kelas learning manager, guru
hendaknya mampu mengelola kelas karena kelas merupakan lingkungan belajar serta merupakan suatu aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi.
Lingkungan ini diatus dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap lingkungan itu turut menentukan
sejauhmana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang dan merangsang siswa
untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik Ahmad Tafsir, 1989 : 8.
Peran guru yang lain adalah sebagai mediator dan fasilitator. Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup
50
tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian jelaslah
media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat
melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang
media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar
mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar. Peran guru yang lain adalah sebagai evaluator karena alangkah janggalnya
suatu kegiatan belajar mengajar jika tidak dilengkapi dengan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai
atau tidak, apakah materi yang diberikan sudah dikuasai atau belum oleh siswa, apakah metode yang digunakan sudah cukup tepat atau belum. Semua pertanyaan
ini akan dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian. Jadi guru fungsinya sebagai pengevaluasi dari kegiatan yang dia kerjakan evaluator.
Demikian kualitas guru yang diharapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah.
51
4. Perangkat Pembelajaran