mencapai 75. Peneliti yang berkolaborasi dengan guru akan melakukan perbaikan tindakan pada siklus kedua, antara lain guru yang melakukan
pemantauan pada masing-masing kelompok agar diskusi pengkajian materi tetap berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu dari pihak guru
harus membiasakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam proses belajar mengajar. Penelitian dilanjutkan pada siklus kedua
karena peneliti ingin melihat apakah terdapat peningkatan kompetensi siswa pada sistem pengisian melalui model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan
ingin melihat apakah hasil yang didapat lebih lebih maksimal setelah dilakukan perbaikan pada siklus sebelumnya.
3. Siklus II
Data hasil belajar diperoleh berdasarkan aspek kognitif yang dilihat berdasarkan nilai yang diperoleh siswa melalui tes. Hasil belajar siklus II
pada aspek kognitif meningkat 25.1. Nilai tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan penilaian kompetensi dihasilkan nilai rata-rata kompetensi
siklus kedua dalam sistem pengisian meningkat menjadi 83.49. Berikut ini perbandingan nilai rata-rata tiap siklusnya.
Gambar 9. Perbandingan Nilai Rata-Rata Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh dari 21 siswa yang
mengikuti materi pembelajaran sistem pengisian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
mencapai kriteria ketuntasan minimal dengan kategori tuntas sebanyak 19 siswa 90,5 dan siswa yang belum memcapai kategori belum tuntas hanya
sebanyak 2 siswa 9,5. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi siswa dalam sistem pengisian sepeda motor pada siklus kedua dapat dilihat pada
gambar grafik berikut ini.
Gambar 10. Perbandingan Nilai Siswa Tiap Siklus Gambar di atas menunjukkan bahwa siswa yang mencapai standar KKM
mengalami peningkatan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Pada saat pra siklus yang menggunakan model konvensional berupa
ceramah, mencatat dan penugasan hanya sebesar 19 yang tuntas. Setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada siklus I
meningkat menjadi 71,4 dan pada siklus II menjadi 90,5. Dengan pencapaian kompetensi yang lebih baik dari pada sebelumnya
dan ditunjukkan pada penilaian kompetensi bahwa sebagian besar siswa 90,5 sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Dengan demikian,
penelitian tindakan kelas ini tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya karena sudah memenuhi tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan penelitian ini
telah dianggap berhasil.
Penelitian ini menguatkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mei Kurniawati 2012 dan Retna Kusumaningrum 2007 bahwa penerapan
model kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan keaktifan siswa dibandingkan dengan model pengajaran
langsung seperti model konvensional berupa ceramah, mencatat dan penugasan. Oleh karena itu, guru sebaiknya dapat menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran sistem pengisian sepeda motor.