PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ACCELERATED INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISTEM PENGISIAN KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 1 PATUK.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI ( ACCELERATED INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISTEM PENGISIAN KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 1 PATUK

TAHUN AJARAN 2014/2015

SKRIPSI

DiajukanKepadaFakultasTeknikUniversitasNegeri Yogyakarta UntukMemenuhiSebagianPersyaratan

GunaMemperolehGelarSarjanaPendidikanTeknik

DisusunOleh : AdiIrawan 08504244022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015


(2)

i SKRIPSI

DiajukanKepadaFakultasTeknikUniversitasNegeri Yogyakarta UntukMemenuhiSebagianPersyaratan

GunaMemperolehGelarSarjanaPendidikanTeknik

DisusunOleh : AdiIrawan 08504244022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

v

 Berdoadanberusahaadalahjalanuntukmencapaiapa yang kitainginkan  Pengalaman yang paling berhargaadalahkegagalan yang pernahkitaalami  Hargailah orang lain jikaandaingindihargai


(7)

vi

SeiringrahmatTuhan Yang MahaEsa, karyainisayapersembahkanuntuk:

 Kedua orang tuasaya yang selalusabardan member dukungandalambentk material maupun spiritual

 Teman-temanseperjuangan yang telahmembantuProyekAkhirini

 Adekku Novi Permatasari yang

telahmemberikandukungandalammenyelesaikanTugasAkhirSkripsiini  AlmamaterUniversitasNegeri Yogyakarta


(8)

vii Oleh : AdiIrawan NIM.08504244022

ABSTRAK

Penelitianinibertujuanuntukmengetahuipenerapan model

pembelajarankooperatiftipe TAI (Team Accelerated Instruction) untukmeningkatkanhasilbelajarsiswakelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Muhammadiyah 1 Patuktahunajaran 2014/2015.

Penelitianinimerupakanpenelitiantindakankelas.Subjekdalampenelitianiniadalahsisw a SMK Muhammadiyah 1 Patuk Tahun Ajaran 2014/2015 kelas XI A TeknikSepeda

Motor sebanyak 21siswamelaluiteknikpurposive,

dimanapenentuansubjekdidasarkanatasadanyakarakteristik yang menunjukkanhasilbelajarsistempengisianbelummencapaikriteriaketuntasan minimal (KKM).Prosedurpenelitanmeliputiperencanaan, pelaksanaantindakan, observasidanrefleksisetiapsiklusnya.Metodepengumpulan data menggunakanteskognitif.Teknikanalisis data menggunakan analisisdeskriptif.

Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa: penerapan model pembelajarankooperatiftipe TAI (Team Accelerated Instruction) dapatmeningkatkanhasilbelajarsiswakelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Muhammadiyah 1 Patuktahunajaran 2014/2015. Hal inidapatdibuktikandenganpeningkatanpencapaiankriteriaketuntasan minimal yang ditetapkan 75,00mengalamipeningkatansetiapsiklusnya. Padaprasiklushanya19% siswa yang mencapaikriteriaketuntasan minimal.Padasiklus I menggunakan model pembelajarankooperatiftipe TAI pencapaiankompetensisiswameningkatmenjadi71,4%

yang mencapaikriteriaketuntasan minimal. Padasiklus II

pencapaiankompetensisiswameningkatlagimenjadi90,5% yang

telahmencapaikriteriaketuntasan minimal. Selainitu, nilai rata-rata hasilbelajarsiswapadakompetensisistempengisiansepeda motor jugamengalamipeningkatansetiapsiklusnya. Padaprasiklusnilai rata-rata sebesar67,46, padasiklus I denganmenggunakan model pembelajarankooperatiftipe TAI

menjadi77,94 danpadasiklus II menjadi83,49.

Pencapaiankompetensisiswatersebuttelahsesuaiharapantelahdianggapberhasil.


(9)

viii

Allhamdulillahirabbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kemudahan atas segala hal, sehingga skripsi yang berjudul“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ACCELERATED INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISTEM PENGISIAN KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 1 PATUK TAHUN AJARAN 2014/2015”telahdapatpenulisselesaikandenganbaik.

Penulismenyadaribahwakeberhasilandalampenyusunanskripsiinitidakterlepasdar ibimbingandanbantuandariberbagaipihakbaiksecaralangsungmaupuntidaklangsung, baikdukunganmorilmaupunmateriil.Untukitupadakesempataninipenulismenyampaikanp enghargaandanterimakasih yang setulus-tulusnyakepada:

1. DosenpembimbingMoch. Solikin, M. Kes yang telahmemberikanbimbingan, arahansertamotivasisejakawalhinggaakhirpenyusunanskripsiini.

2. Bapakdosen program studiPendidikanTeknikMesin yang

telahmemberikanwawasan, ilmu, danpengalamannya.

3. KetuaJurusanPendidikanTeknikMesin, Martubi, M. Pd.,M.Tyang telahmemberikandorongandanpengarahandalampenyusunanskripsiini.

4. DekanFakultasTeknik UNY, Dr. MochBruriTriyono, M. Pd yang telahmemberikankesediandanpengarahandalampenyusunanskripsiini.

5. RektorUniversitasNegeri Yogyakarta, Prof. Dr. RochmatWahab yang telahmemberikankesempatanuntukmelakukanpenelitianini.

6. SMK Muhammadiyah 1 PatukGunungKidul yang

telahmemberiijinuntukmelakukanpenelitian.

7. Teman-teman yang telahmemberisemangatdandoadalampenulisanskripsiini.

8. Semuapihak yang

tidakdapatdisebutkansatupersatubaiksecaralangsungmaupuntidaklangsungikutme mberikanbantuantenagadanpikiransehinggaterselesainyaskripsiini.

Terimakasihatasbantuan yang diberikansemogaamaldankebaikan yang


(10)

ix

Yogyakarta, Juli2015 Penyusun

AdiIrawan


(11)

x

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II.LANDASAN TEORI... 10

A. KajianTeori 1. HasilBelajar ... 10

2. PembelajaranKooperatif ... 18

3. MetodePembelajaranKooperatifTipe Team Accelerated Instruction (TAI) ... 23

4. MateriSistemPengisian... 28

B.KajianPenelitianyang Relevan... 37

C. KerangkaPikir ... 38

E. Hipotesis... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. JenisdanDesainPenelitian... 41

B. TempatdanWaktuPenelitian ... 44

C. SubjekPenelitian ... 44

D. ProsedurPenelitian... 44

E. KriteriaKeberhasilan ... 49

F.MetodePengumpulan Data ... 47

G.InstrumenPenelitian... 50

I.UjiCobaPenelitian... 51

J. TeknikAnalisis Data ... 56


(12)

xi

c. Siklus II... 72

B. Pembahasan ... 79

1. PraSiklus ... 79

2. Siklus I ... 80

3. Siklus II ... 82

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(13)

xii

Halaman Gambar 1. RangkaianSistemPengisian……….. 30

Gambar 2. Reaksipadabaterai……… 31

Gambar 3. Rangkaian system pengisiandengantipe generator DC…… 32

Gambar 4. Altenator AC………..………. 33

Gambar 5. Rangkaian system pengisiandenganaltenator AC yang dilengkapi rectifier dan voltage regulator……… Gambar 6.

Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10.

Skemakerangkaberpikir……….………. AlurPenelitianTindakanKelas Model Kemmis & Taggart…… PerbandinganNilai Rata-Rata PraSiklusdanSiklus I ……… PerbandinganNilai Rata-Rata PraSiklus, Siklus I dan II…… PerbandinganNilaiSiswaTiapSiklus……….

40 33

42 81 83 84


(14)

xiii

PelajaranSistemPengisianSepeda Motor SiswaKelas XI TeknikOtomotif SMK Muhammadiyah 1

Patuk………..………. 5

Tabel 2. KriteriaDayaPembeda………..……… 53

Tabel 3. HasilDaya Beda Instrumen……… 54

Tabel 4. Hasil Tingkat KesukaranTes……… 55

Tabel 5. PenilaianHasilBelajarPraSiklus ……….…… 61

Tabel 6. PerbandinganHasilBelajarPraSiklusdanSiklus I …… 69

Tabel 7. PenilaianHasilBelajarSiklus I ……….. 70

Tabel 8. PerbandinganHasilBelajarSiklus I danSiklus II ……… 77


(15)

xiv

Halaman

Lampiran 1. RPP... 91

Lampiran 2.InstrumenPenelitian ... 94

Lampiran 3. Data Uji&HasilCobaInstrumen ... 102

Lampiran 4.HasilOlah Data Penelitian ... 110

Lampiran 5.SuratIjinPenelitian ... 111

Lampiran 6.Dokumentasi ... 116

Lampiran 7.KartuBimbingan ... 118

Lampiran 8.Nilai UAS Mata PelajaranSistempengisian ... 119


(16)

1

Era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas SDM merupakan persyaratan mutlak untuk tujuan pembangunan. Pendidikan adalah bagian yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dalam proses penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Hal ini sebagaimana dalam Undang-undang Tahun 2003 No. 20 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan generasipenerusbangsa yang unggul dan kompeten dalam setiap bidang kehidupan.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu institusi atau lembaga pendidikan formal di Indonesia yang bertanggung jawab untuk menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan, dan keahlian. Lulusan dari SMK juga diharapkan dapat mengembangkan kinerja peserta didik apabila diterjunkan dalam dunia kerja. Teknik otomotif merupakan salah satu progam keahlian yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan kelompok Teknik yang membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten sesuai


(17)

bidang keahlian masing-masing. Keberhasilan dalam menempuh setiap jalur pendidikan dapat diketahui melalui evaluasi proses pembelajaran yang ditempuh oleh siswa yang diukur dengan hasil belajar.

Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan Nana Sudjana (2002: 30) bahwa, salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar di sekolah yaitu metode atau model pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Peranan guru dalam menentukan pola kegiatan belajar mengajar di kelas bukan ditentukan oleh didaktik metodik “apa yang akan dipelajari” saja, melainkan juga pada bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan sumber lain. Setiap guru dituntut untuk memahami berbagai model pembelajaran dengan baik, sehingga dapat memilih model yang tepat dari setiap materi pelajaran yang disajikan. Dengan pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang tepat untuk setiap unit materi pelajaran maka proses interaksi belajar mengajar yang terjadi dapat meningkat. Siswa juga akan memperoleh hasil belajar yang optimal dan mendapatkan kesempatan belajar yang seluas-luasnya (Roestiyah, 2000: 72).

Namun kenyataannya banyak ditemukan guru di berbagai sekolah yang dalam melakukan kegiatan belajar mengajar masih berpusat pada guru (teacher centered) dan belum mampu membangkitkan siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Hal ini tentunya menjadikan siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran dan siswa kurang


(18)

pembelajaran seperti memainkan ponsel, menggambar kartun, tidur dan asik mengobrol dengan temannya yang tidak berkaitan dengan materi pelajaran. Berdasarkan paparan tersebut menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran diperlukan pembelajaran yang menarik, mudah dipahami, membuat aktif peserta didik dan tidak membosankan. Penyampaian materi dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran yang dianggap sesuai, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keikutsertaan siswa secara aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar yaitu model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama, Made Wena (2008: 188-189). Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam arti penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Dengan adanya kelompok belajar yang masing-masing anggota kelompok memiliki kemampuan yang berbeda, maka siswa bisa saling bertukar pikiran dan mengemukakan pendapat. Pada pembelajaran kooperatif terdapat berbagai tipe, diantaranya tipe TAI (Team Accelerated Instruction).

Slavin (2009: 195-197) menyatakan bahwa, TAI terdiri dari beberapa tahapan yaitu tes penempatan, tes kemampuan, tes formatif dan tes unit.


(19)

Teman satu tim saling memeriksa jawaban satu sama lain dan saling menjelaskan ketika melakukan tes kamampuan dan formatif. Karena siswa bertanggung jawab untuk saling mengecek satu sama lain dan mengelola materi yang disampaikan, guru dapat menghabiskan waktu di dalam kelas untuk mengajarkan materi pada kelompok-kelompok kecil yang terbentuk individualisasi. Dengan adanya keterlibatan siswa secara aktif, maka siswa akan lebih mudah dalam memahami materi yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Slavin (2009: 122), ada dua alasan pentingnya penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI dalam proses pembelajaran di kelas. Pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa model TAI memiliki keunggulan yaitu siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang kurang pandai akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.

SMK Muhammadiyah 1 Patuk merupakan salah satu SMK yang memiliki program keahlian teknik sepeda motor. Namun, hasil belajar siswa kelas XI khususnya pada program keahlian teknik sepeda motor khususnya mata pelajaran sistem pengisian belum optimal. Hal ini dapat terlihat dari


(20)

ketuntasan minimal (KKM). Berikut data nilai UAS siswa kelas XI teknik sepeda motor pada mata pelajaran sistem pengisian di SMK Muhammadiyah 1 Patuk.

Tabel 1. Hasil Nilai UAS Mata Pelajaran Sistem Pengisian Sepeda Motor pada Siswa Kelas XI Teknik Otomotif

SMK Muhammadiyah 1 Patuk

No. Nama Siswa Nilai UAS

1 A R 64

2 ATH 63

3 A D T 60

4 AW 63

5 D D I 71

6 D K 75

7 D A F 80

8 F M 71

9 F I 69

10 H 73

11 HW 74

12 HP 73

13 M W A 72

14 N H 65

15 R P 73

16 W P 60

17 W S 64

18 Y U 72

Nilai Rata-Rata Kelas 69 (Sumber: Arsip SMK Muhammadiyah 1 Patuk, 2015)

Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas XI pada mata pelajaran sistem pengisian sepeda motor sebesar 69. Hal ini berarti nilai rara-rata siswa masih dibawah standar kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dengan demikian hasil belajar siswa pada kelas XI pada pelajaran sistem pengisian sepeda motor belum optimal.

Dalam suatu pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran yang akan membantu siswa menguasai


(21)

materi yang disampaikan guru yang pada akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI sangat sesuai untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru, sehingga hasil belajar dapat meningkat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi masalah, banyak guru yang dalam proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) dan belum mampu membangkitkan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, kemudian siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dengan melakukan kegiatan diluar pembelajaran seperti bermain handphone, mengobrol dengan teman yang lain, menggambar, atau tidur. Hasil belajar siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Patuk pada program keahlian teknik sepeda motor pada mata pelajaran sistem pengisian belum optimal ditunjukkan adanya siswa dengan nilai dibawah KKM.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan diatas, Perlu adanya batasan masalah agar peneliti lebih focus dalam menggali dan mengatasi permasalahan yang ada. Maka batasan masalah pada penelitian ini difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Patuk semester genap tahun ajaran 2014/2015 pada kompetensi dasar sistem pengisian pada sepeda motor melalui


(22)

Instruction).

Hasil belajar siswa mencakup hasil belajar pada ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Dalam penelitian ini hasil belajar sistem pengisisan hanya mencakup pada ranah kognitif. Hasil belajar system pengisian pada sepeda motor siswa ranah kognitif diukur dari aspek pengetahuan dan pemahaman.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka dalam penelitian ini dapat ditentukan rumusan masalah yaitu apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Accelerated Instruction) dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Muhammadiyah 1 Patuk Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif sistem pengisian sepeda motor pada siswa kelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Muhammadiyah 1 Patuk Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Accelerated Instruction).


(23)

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat diantaranya: 1. Manfaat teoritis

a. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk meningkatkan hasil belajar pada umumnya dan pengajaran teknik otomotif khususnya pada mata pelajaran sistem pengisian pada sepeda motor. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi

penelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktis

a. Bagi Peneliti, penelitian ini dilakukan agar menambah wawasan dan pengalaman peneliti sebagai bekal jika menjadi guru kelak. b. Bagi Sekolah, penelitian ini dapat memberi kontribusi yang

berarti dalam meningkatkan kualitas pembelajaran system pengisian pada sepeda motor dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI.

c. Bagi Guru

1).Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi guru khususnya guru mata pelajaran system pengisian pada sepeda motor dalam melakukan perbaikan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

2).Wawasan tambahan dalam menggunakan model pembelajaran khususnya model kooperatif tipe TAI.


(24)

aktif dan kreatif dalam melaksanakan pembelajaran dan membangkitkan motivasi diri siswa dalam belajar sehingga hasil belajar dapat meningkat.


(25)

10

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

Landasan teori ini didalamnya akan diuraikan teori-teori maupun konsep-konsep yang relevan atau berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian teori ini didalamnya akan dibahas berturut-turut mengenai hasil belajar, pembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif tipe TAI, dan pelajaran sistem pengisian.

1.Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan dasar untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajarnya. Oemar Hamalik (2003: 22) mengartikan hasil belajar sebagai pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian dan sikap-sikap, serta apersepsi dan abilitas. SementaraJihad dan Haris (2008: 14)mengemukakanbahwa hasil belajar, pada hakikatnya adalah perubahan perilaku individu yang sifatnya relatif permanen sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan. Hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu.

PendapatlainnyadikemukakanolehWinaSanjaya (2009: 1)bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh, dikuasai, atau dimiliki oleh setelah melalui sebuah proses belajar. Belajar bukanlah


(26)

sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas mental ini terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari

Proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan, dalam bidang keterampilan, dalam bidang nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak dalam hasil belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan atau persoalan tugas yang diberikan oleh guru. Hasil ini berbeda sifatnya, tergantung di dalamnya siswa memberikan prestasi.

Berdasarkanuraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perolehan dari hasil belajar siswa melalui proses belajar yang dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran yang dinilai dari ranah kognitif, afektif dan psikomotoris yang selanjutnyaakan memunculkan perubahan perilaku siswa.

b. Klasifikasi Hasil Belajar

Benyamin S. Bloom (Purwanto, 2009: 50) membagi hasil belajar siswa menjadi tiga kawasan perilaku, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiganya merupakan sebuah kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Proses belajar harusnya melibatkan ketiga ranah tersebut. Klasifikasi tersebut antara lain:


(27)

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan dalam menyelesaikan masalah (Purwanto, 2009: 50). Kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku dalam domain kognitif meliputi beberapa tingkat atau jenjang. Anderson danKrathwohl (2001: 66-88) membuat kategori dan proses kognitif kemampuan manusia, yang merupakan revisi dari taksonomi yang disusun oleh Bloom, dkk yaitu, Remember (mengingat), Understand (memahami), Apply (menerapkan), Analyze (menganalisis), Synthesis (Sintesis), dan Evaluasi (Evaluation).

2) Hasil Belajar Afektif

Hasil belajar afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli menyatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih banyak menilai ranah kognitif semata-mata. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, teman kelas, kebiasaan belajar dan hubungan


(28)

sosial. dalam ranah afektif terdapat beberapa kategori, yaitu penerimaanrangsangan (receiving/attending), reaksi (responding), penilaian terhadap stimulus (valueing), pengembangan nilai kedalam sistem organisasi (organizing), keterpaduan yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku (characterizing).

3) Hasil Belajar Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan yaitu:

a) Gerakan refleks

b) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar

c) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris.

d) Kemampuan bidang fisik e) Gerakan-gerakan skill

f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursiveseperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

c. Cara Mengukur Hasil Belajar

Pengetahuan yang terdapat pada diri siswa merupakan suatu prestasi utama dan penting. Pembelajaran dalam perencanaanya perlu memasukkan cara mengukur hasil belajar. Guru harus dapat mengetahui tingkat pengetahuan siswa, maka guru harus menguji hasil belajar siswa tersebut dengan menggunakan tes yaitu tes hasil


(29)

belajar. Siswa dikatakan tuntas dalam belajarnya apabila nilai siswa telah mencapai taraf penguasaan minimal yang diterapkan bagi setiap unit bahan yang dipelajarinya.

Menurut Sri Rumini (2006: 120) prinsip dasar tes hasil belajar adalah:

1) Tes hasil belajar hendaknya mengukur tujuan belajar yang telah ditentukan selaras dengan tujuan pengajaran.

2) Tes hasil belajar hendaknya mengukur sampel yang representatif.

3) Tes hasil belajar hendaknya memuat butir-butir yang paling cocok.

4) Tes hasil belajar hendaknya sesuai dengan maksud penggunaanya.

5) Tes hasil belajar hendaknya reliabel dan ditafsirkan secara cermat.

6) Tes hasil belajar hendaknya memperbaiki dan meningkatkan belajar.

Tes hasil belajar dibedakan menjadi 3 yaitu: ulangan harian, tes mid semester dan tes akhir semester.

1) Ulangan harian

Diadakan sebelum atau selama pembelajaran berlangsung. Ulangan ini biasanya dilaksanakan setelah selesai dalam satu sub pokok bahasan atau satu pokok bahasan.

2) Tes mid semester

Tes ini didakan pada pertengahan semester dan dilaksanakan setelah beberapa pokok bahasan selesei atau telah menyelesaikan setengah dari seluruh materi yang harus disampaikan selama satu semester.


(30)

Tes akhir semester diselenggarakan pada akhir semester yaitu akhir semester 1 dan 2. Adapun tujuan tes akhir semester adalah untuk mengetahui seberapa jauh daya serap yang dicapai siswa dalam belajar selama satu semester.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto dalam Munawar (2009: 1) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar itu dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor Internal

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang berasal dari individu meliputi faktor psikis dan faktor biolois.

a) Faktor biologis (jasmaniah)

Keadaan jasmani yang perlu diperhatikan, pertama kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak dalam kandungan sampai sesudah lahir. Kondisi fisik normal ini terutama harus meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Kedua, kondisi kesehatan fisik. Kondisi fisik yang sehat dan segar sangat mempengaruhi keberhasilan belajar. Di dalam menjaga kesehatan fisik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain makan dan minum yang teratur, olahraga serta cukup tidur.


(31)

Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Faktor psikologis ini meliputi hal-hal berikut. Pertama, intelegensi. Intelegensi atau tingkat kecerdasan dasar seseorang memang berpengaruh besar terhadap keberhasilan belajar seseorang. Kedua, kemauan. Kemauan dapat dikatakan faktor utama penentu keberhasilan belajar seseorang. Ketiga, bakat. Bakat ini bukan menentukan mampu atau tidaknya seseorang dalam suatu bidang, melainkan lebih banyak menentukan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam suatu bidang.

2) Faktor Eksternal

Faktor dari luar individu meliputi faktor lingkungan dimana individu tersebut tumbuh dan berkembang.

a) Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya.


(32)

Lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa disekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. c) Faktor lingkungan masyarakat

Seorang siswa hendaknya dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakt merupkan faktor ekstern yang juga berpengruh terhadap belajar siswa karena keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.

Berdasarkanuraiantersebut,

makadapatdisimpulkanbahwabanyakfaktor yang mempengaruhihasilbelajarsiswadiantaranyaadalah model mengajar

yang dilakukan guru yang


(33)

2. Pembelajaran Kooperatif

a.Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suherman (2003: 260),cooperativelearning mencakup kelompok kecilsiswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Cooperative learningmenekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah timdalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah atau tugas.Pembelajaran kooperatif merupakan model belajar dengan sejumlah anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompokharus saling kerjasama dan saling membantu untuk saling memahami materi pelajaran.Pembelajaran kooperatif belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Trianto, 2011: 56).

Menurut Abdurrahman (Nurhadi, 2003: 60) secara ringkas, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah (saling mencerdaskan), silih asih (saling menyayangi), dan silih asuh (saling tenggang rasa) antar sesama siswa sebagai latihan hidup dari dalam masyarakat nyata. Salah satu ciri pembelajaran kooperatif adalah kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam


(34)

kelompok kecil yang heterogen (Suyitno, 2004: 9). Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara.

Sementara Rusman (2011: 205) menambahkan bahwa cooperative learning mewadahi bagaimana siswa dapat bekerja sama dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama, situasi kooperatif merupakan bagian dari siswa untuk mencapai tujuan kelompok, siswa harus merasakan bahwa meraka akan mencapai tujuan, maka siswa lain dalam kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya tiap anggota kelompok bersikap kooperatif dengan sesama anggota kelompoknya. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mencerdaskan sehingga sumber belajar bagi siswa tidak hanya guru dan buku ajar vsaja tetapi juga sesame siswa. Secara ringkas, pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan, saling menyayangi dan saling tenggang rasa antar sesama siswa.

b.Unsur-unsur pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Abdurrahman (Nurhadi, 2003: 60) Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya:


(35)

1) Saling ketergantungan positif

Guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: Saling ketergantungan pencapaian tujuan, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, peran, saling ketergantungan hadiah. 2) Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa.

3) Akuntabilitas individual

Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual disebut dengan akuntabilitas individual.

4) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, berani mempertahankan pikiran logis, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja di ajarkan.


(36)

c.Ciri- ciri Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mempunyai ciri-ciri yaitu: 1) pembelajaran secara tim, 2) didasarkan pada manajemen kooperatif, 3) kemauan untuk bekerja sama, 4) ketrampilan bekerja sama (Rusman, 2011: 207).Arends (1997: 110) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat ditandai oleh fitur-fitur sebagai berikut: 1) siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar, 2) tim-tim itu berdiri sendiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi, 3) bila mungkin, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya dan gender, dan 4) system reward-nya berorientasi kelompok maupun individu. Rusman (2011: 207) mengemukakan bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif antara lain: 1) pembelajaran secara tim, 2) didasarkan pada manajemen kooperatif, 3) kemauan untuk bekerja sama, 4) keterampilan bekerja sama.

Dari beberapa ciri-ciri yang disampaikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya pembelajaran kooperatif dapat dilihat dari ciri-ciri: 1) belajar bersama-sama dalam kelompok kecil, 2) saling memberikan pendapat, 3) saling mendengarkan dan menghargai pendapat, 4) adanya interaksi tatap muka antar siswa, 5) adanya tanggung jawab individu dan kelompok untuk mencapai keberhasilan, dan 6) adanya penghargaan kelompok.


(37)

d.Manfaat pembelajaran kooperatif

Manfaat diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif menurut menurut Johnson dan Johnson (Nurhadi dkk, 2003: 62) menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut.

1) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial. 2) Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati.

3) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan. 4) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois

dan egosentris.

5) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. 6) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang

dirasakan lebih baik.

7) Meningkatkan motivasi belajar instrinsik.

8) Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.

e.Jenis pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2009: 11) ada lima tipe pembelajaran kooperatif. Tiga diantaranya adalah metode pembelajaran kooperatif yang dapaat diadaptasikan pada sebagian besar mata pelajaran dan tingkat kelas, yaitu:

1). Student Team Achiement Division (STAD) (pembagian pencapaian tim siswa)


(38)

2). Teams-Games-Tournament (TGT) (turnamen game tim) 3). Jigsaw II.

4). Cooperative Integrated Reading and Compotition (CIRC) (mengarang dan membaca terintegrasi yang kooperatif) 5). Team Accelerated Instruction (TAI) (percepatan pengajaran

tim).

Kelima metode ini melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction(TAI)

a.Pengertian Model pembelajaran tipe TAI

Pembelajaran kooperatif tipe Team Accelerated Instruction (TAI) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana (Slavin, 2009: 9). Slavin (Widdiharto, 2006: 19) membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.


(39)

Model pembelajaran TAI (Team Accelerated Instruction) termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya.

b.Komponen dalam pembelajaran TAI

Model pembelajaran tipe TAI ini memiliki 8 komponen (Syarif, 2011), kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut.

1) Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa.

2) Placement Testyaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.

3) Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.

4) Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan.


(40)

5) Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

6) Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.

7) Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa. Dalam fact test ini dapat diketahui kemampuanindividu yang telah mendapat pengaruh setelah diadakannya kerja team.

8) Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

Berdasarkanuraiantersebutmenunjukkanbahwaterdapat 8 komponenpadamodel pembelajaran tipe TAI yang meliputiteams, placement test, student creative, team study, team score and team recognition, teaching group, fact test, dan whole-class units.

c.Kekurangan dan Kelebihan Pembelajaran Model TAI

1) Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari model pembelajaran TAI diantaranya:


(41)

a) Mengurangi kecemasan (reduction of anxiety).

b) Belajar melalui komunikasi (learning through communication),sepert berdiskusi (discuss), berdebat (debate), atau menyampaikan gagasan, konsep dan keahlian sampai benar-benar memahaminya.

c) Dengan pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapatbelajar bersama, saling membantu, mengintegrasikan pengetahuanbaru dengan pengetahuan yang telah ia miliki, dan menemukanpemahamannya sendiri lewat eksplorasi, diskusi, menjelaskan,mencari hubungan dan mempertanyakan gagasan-gagasan baruyang muncul dalam kelompoknya.

2) Beberapa kelemahan dari model pembelajaran TAI diantaranya:

a) Terhambatnya cara berpikir siswa yang mempunyai kemampuan lebih terhadap siswa yang kurang.

b) Bila kerjasama tidak dapat dilaksanakan dengan baik, maka yang akan bekerja hanyalah beberapa murid yang pintar dan yang aktif saja.

c) Siswa yang pintar akan merasa keberatan karena nilai yangdiperoleh ditentukan oleh prestasi atau pencapaian kelompok.


(42)

d.Langkah-langkah pembelajaran model TAI

Adapun tahap-tahap dalam model pembelajaran TAI adalahsebagai berikut (Syarif, 2011: 32).

1) Guru menyiapkan materi bahan ajar yang akan diselesaikan olehkelompok siswa.

2) Guru memberikan pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilaiharian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidangtertentu. (Mengadopsi komponen Placement Test).

3) Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponenTeaching Group).

4) Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonisberdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa.(Mengadopsi komponen Teams).

5) Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru berupa LKS yang telahdirancang sendiri sebelumnya, dan guru memberikan bantuan secaraindividual bagi yang memerlukannya. (Mengadopsi komponen TeamStudy).

6) Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya denganmempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan olehguru. (Mengadopsi komponen Student Creative). 7) Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu


(43)

kegiatan team dapat meningkatkan kemampuan individu siswa dalam mengerjakan post test.

8) Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi (Mengadopsi komponen Team Score and Team Recognition). 9) Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi

yang ditentukan.

TAI (Team Accelerated Instruction) menuntut masing-masing siswa untuk aktif mengerjakan tugas, berfikir sesuai dengan kemampuan mereka, karena hasil pekerjaan mereka akan dikoreksi dengan teman lain dalam satu kelompok, sehingga peserta didik harus memiliki bahan koreksian. Pemahaman yang benar dari hasil koreksi dan diskusi menjadi modal untuk tes individual yang hasilnya akan memberi kontribusi bagi total nilai kelompok.

4. Materi Sistem Pengisian

Merawat berkala kelistrikan sepeda motor (memperbaiki sistem pengisian)merupakan salah satu kompetensi dasar pada mata pelajaran pemeliharaan kelistirikan sepeda motor. Pemeliharaan kelistirikan sepeda motor merupakan mata pelajaran program produktif yang terdapat pada kompetensi keahlian Teknik Sepeda Motor.Materi sistem pengisianpenting dan harus dikuasai oleh siswa kelas XIkompetensi keahlian teknik sepeda motor di SMK


(44)

Muhammadiyah 1 Patuk. Materi sistem pengisian merupakan kompetensi dasar 1.1 Merawat Berkala Kelistrikan Sepeda Motor (Memperbaiki Sistem Pengisian) dengan indikator 1.1.1 Mengidentifikasi komponen sistem pengisian sesuai literature dan 1.1.2 Memperbaiki sistem pengisian sesuai SOP. Berikut materi mengenai sistem pengisian dalam materi pokok memperbaiki sistem pengisian.

a.Pengertian Sistem Pengisian

Sistem pengisian berfungsi sebagai pendukung fungsibaterai. Fungsi baterai pada sepeda motor adalah untuk mensuplai kebutuhan listrik pada komponen-komponen sistem kelistrikan seperti motor starter, lampu dan lampu ataupun sistem kelistrikan lainnya. Satu hal yang perlu diingat adalah kapasitas baterai yang sangat terbatas, sehingga tidak akan dapat mensuplai kebutuhan tenaga listrik secara terus-menerus.

Berdasarkan fungsi di atas, maka sistem pengisian yang baik

setidaknya memenuhi persyaratan berikut ini:

1) Sistem pengisian harus bisa mengisi (menyuplai) listrik

dengan baik pada berbagai tingkat/kondisi putaran mesin.

2) Sistem pengisian harus mampu mengatur tegangan listrik

yang dihasilkan agar jumkah tegangan yang diperlukan untuk

sistem kelistrikan sepeda motor tidak berlebih (overcharging).


(45)

Gambar 1 Rangkaian Sistem Pengisian (Beni Setya Nugraha, 2005:10) b.Komponen Sistem Pengisian

1) Baterai

Baterai adalah alat elektrokimia yang dibuat untuk mensuplai arus listrik ke sistem starter, sistem pengapian, assesoris kendaraan, sistem kelistrikan bodi dan peralatan lainnya. Alat ini menyimpan arus listrik dalam bentuk energi kimia yang dikeluarkan bila diperlukan dan mensuplainya ke masing-masing sistem kelistrikan atau alat yang memerlukannya.

Dalam baterai terdapat plat positif dan plat negatif sebagai terminal baterai. Plat-plat tersebut biasanya terbuat dari timbal dan timah, maka baterai ini disebut baterai timah. Ruang dalamnya dibagi menjadi beberapa sel dan dalam masing masing sel terdapat beberapa elemen yang terendam didalam larutan elektrolit. Baterai menyediakan arus listrik tegangan rendah 12 volt. Kutub negatif baterai dihubungkan


(46)

dengan masa, sedangkan kutub positif baterai dengan kunci kontak dan altenator.

Kapasitas baterai merupakan kemampuan baterai menyimpan sejumlah muatan listrik, dinyatakan dalam satuan amper hour(AH). Di dalam baterai saat terjadi pengosongan maupun pengisian terjadi reaksi kimia antara plat positif, elektrolit dan plat negatif. Reaksi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Reaksi pada baterai (Beni Setya Nugraha, 2005:12) 2) Alternator

Alternator berfungsi untuk mengubah energi mekanis yang didapatkan dari mesin menjadi tenaga listrik. Alternator mensuplai kebutuhan listrik pada mobil sewaktu mesin hidup. Tetapi apabila jumlah pemakaian listrik lebih besar daripada yang dihasilkan alternator, maka baterai ikut memikul beban kelistrikan tersebut. Altenator berfungsi untuk menghasilkan arus listrik untuk mengisi baterai. Altenator yang dipakai pada sistem pengisian sepeda motor dibedakan menjadi dua, yaitu


(47)

altenator arus searah (DC), dan altenatorarus bolak-balik

(AC).

a) Altenator DC

Prinsip kerja dari generator DC sama dengan pada

motor starter. Dalam hal ini, jikadiberikan arus listrik maka

akan berfungsi sebagai motor dan jikadiputar oleh gaya

luar maka akan berfungsi menjadi generator.Oleh karena

itu, generator tipe ini sering juga disebut dynamo starter

atau self starter dinamo.Terdapat dua jenis kumparan

dalam stator, yaitu seri field coil(terhubung dengan

terminal relay starter) dan shunt field coil(terhubung

dengan regulator sistem pengisian). Ilustrasirangkaiannya

adalah seperti terlihat pada gambar di bawahini :

Gambar 3. Rangkaian system pengisian dengan tipe generator DC (Jalius Jama, 2008:135)

Cara Kerja Sistem Pengisian Tipe Generator DC (Self


(48)

dihubungkan, arus akanmengalir dari relay starter ke seri

field coil terus ke armature coildan berakhir ke massa.

Motor akan berputar untukmemutarkan/menghidupkan

mesin. Setelah mesin hidup, kontakpada relay starter

diputuskan (starter switch tidak lagi ditekan),sehingga

tidak ada lagi arus yang mengalir ke seri field

coil.Akibatnya motor berubah fungsi menjadi generator

karenaarmature coil saat ini menghasilkan arus listrik yang

disalurkan keregulator pengisian melewati shunt field coil.

b) Altenator AC

Generator dengan flywheel magnet sering disebut

sebagaialternator sederhana yang banyak digunakan pada

scooter dansepeda motor kecil lainnya. Flywheel magnet

terdiri dari statordan flywheel rotor yang mempunyai

magnet permanen. Statordiikatkan ke salah satu sisi

crankcase (bak engkol). Dalamstator terdapat generating

coils (kumparan pembangkit listrik).

Keterangan:

1. Komponen-komponen flywheel altenator 2. Flywheel rotor

3. Komponen-komponen stator 4. Stator plate

5. Platina 6. Capasitor 7. Lighting coil 8. Ignition coil Gambar 4. Altenator AC (Jalius Jama, 2008:136)


(49)

Terdapat beberapa tipe aplikasi/penerapan pada

rangkaian sistem pengisian sepeda motor yang

menggunakan generator AC dengan flywheel magnet ini,

diantaranya;

i. Sepeda motor yang keseluruhan sistem kelistrikannya

menggunakan arus AC sehingga tidak memerlukan

rectifier untuk mengubah output pengisian menjadi arus

DC.

ii. Sepeda motor yang sebagian sistem kelistrikannya

masih menggunakan arus AC (seperti headlight

lamp/lampu kepala, tail light/lampu belakang, dan

meter lamp) dansebagian kelistrikan lainnya

menggunakan arus DC (sepertihorn/klakson, turn signal

lamp/lampu sein). Rangkaiansistem pengisiannya sudah

dilengkapi dengan rectifier danregulator. Rectifier

digunakan untuk mengubah sebagianoutput pengisian

menjadi arus DC yang akan dialirkannyake baterai.

Regulator digunakan untuk mengatur tegangandan arus

AC yang menuju ke sistem penerangan dantegangan


(50)

Gambar 5. Rangkaian system pengisian dengan altenator AC yang dilengkapi rectifier dan voltage regulator

(Jalius Jama, 2008:137)

Prinsip kerja dari altenator AV yaitu arus AC yang

dihasilkan alternator disearahkan oleh rectifier dioda.

Kemudian arus DC mengalir untuk mengisi baterai. Arus

juga mengalir menuju voltage regulator jika saklar untuk

penerangan (biasanya malam hari) dihubungkan. Pada

kondisi siang hari, arus listrik yang dihasilkan lebih sedikit

karena tidak semua kumparan (coil) pada alternator

digunakan. Pada saat tegangan dalam baterai masih belum

mencapai tegangan maksimum yang ditentukan, ZD (zener

diode) masih belum aktif (off) sehingga SCR (thyristor)

juga belum bekerja. Setelah tegangan yang dihasilkan


(51)

putaran mesin, dan telah mencapai tegangan tembus

ZD, maka ZD akan bekerja dari arah kebalikan (katoda ke

anoda) menuju gate pada SCR.

Selanjutnya SCR akan bekerja mengalirkan arus ke

massa. Saat ini proses pengisian ke baterai terhenti. Ketika

tegangan baterai kembali menurun akibat konsumsi arus

listrik oleh sistem kelistrikan (misalnya untuk penerangan)

dan telah berada di bawah tegangan tembus ZD, maka ZD

kembali bersifat sebagai dioda biasa. SCR akan menjadi off

kembali sehingga tidak ada aliran arus yang di buang ke

massa.Pengisian arus listrik ke baterai kembali seperti

biasa. Begitu

seterusnya proses tadi akan terus berulang sehingga

pengisianbaterai akan sesuai dengan yang dibutuhkan.

Inilah yangdinamakan proses pengaturan tegangan pada

sistem pengisianyang dilakukan oleh voltage regulator.

3) Rectifier regulator

Rectifier regulator atau kiprok merupakan serangkaian komponen elektronik, fungsi utama rectifieradalah sebagai penyearah arus bolak-balik yangdihasilkan alternator menjadi arus searah. Pada sistem pengisian sepeda motor, rectifierjuga berfungsi sebagai pengatur/pembatas (regulator)arus dan tegangan pengisian yang masuk ke


(52)

baterai maupun ke lampu-lampu pada saat tegangan baterai sudah penuh maupun pada putaran tinggi

Gambar 6. Skema rectifier regulator tipe 4 terminal (Beni Setya Nugraha, 2005:14)

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah:

1. Penelitian yang dilakukanolehMei Kurniawati (2012) yang menelititentang “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V MI YAPPI

Mulusan Paliyan Gunung Kidul.” Hasil

penelitiannyamenyimpulkanbahwanilai rata-rata matematika sebelum penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebesar 51,42 dengan persentase ketuntasan 57,14%. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa kelas V MI YAPPI Mulusan Paliyan Gunungkidul. Peningkatan keaktifan belajar matematika siswa dilihat dari rata-rata presentase lembar observasi dan angket keaktifan belajar. Dari lembar observasi, rata-rata presentase keaktifan pada siklus I adalah 57,81% dan pada siklus II adalah sebesar 77,51 %. Berdasarkan lembar observasi,


(53)

rata-rata keaktifan siswa meningkat sebesar 19,7%. Untuk keaktifan siswa melalui angket keaktifan siswa, rata-rata keaktifan siswa pada siklus I sebesar 74% dan pada siklus II sebesar 80%. Keaktifan siswa berdasarkan angket keaktifan siswa meningkat sebesar 6%. Prestasi belajar matematika mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dilihat dari rata-rata pada siklus I dan siklus II, pada siklus I rata-rata prestasi belajar siswa sebesar 67,61 dengan persentase ketuntasan 80,95%. Pada siklus II, rata-rata prestasi belajar adalah 82,85 dengan persentase ketuntasan 90,47%.

2. Penelitianyang dilakukanolehRetna Kusumaningrum (2007) tentang“Keefektifan Model Pembelajaran KooperatifTipe TAI Melalui Pemanfaatan Lks (Lembar Kerja Siswa) TerhadapHasil Belajar Matematika Sub Pokok BahasanJajargenjang Dan Belahketupat Pada Siswa Kelas VII SMPN 11 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007”. Hasilpenelitiannyamenyimpulkanbahwa model pembelajaran TAI melalui pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) lebih efektif daripada model pengajaran langsung terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 11 Semarang tahun pelajaran 2006/2007 pada sub pokok bahasan jajargenjang dan belah ketupat.

C. Kerangka Pikir

Keberhasilan dari suatu pembelajaran di sekolah tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal dan faktor


(54)

eksternal, serta faktor pendekatan belajar. Faktor pendekatan belajar ini meliputi metode yang digunakan oleh guru dalam suatu kegiatan pembelajaran di kelas. Salah satu metode yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan pembelajaran adalah metode pembelajaran Kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi kelompok yang dianjurkan oleh para ahli pendidikan untuk digunakan. Hal inidikarenakan penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasilbelajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam berpikir, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan. Metode pembelajaran kooperatif memiliki banyak varian tipe pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran salah satunya tipe TAI (TeamAccelerated Instruction).

Dalam suatu pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran yang akan membantu siswa menguasai materi yang disampaikan guru yang pada akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Olehkarenaitu, penerapan model pembelajarankooperatif tipe TAI sangat sesuai untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru, sehingga hasil belajar dapat meningkat.

Adapun skema kerangka berfikir yang dapat peneliti gambarkan dari penelitian ini adalh sebagai berikut :


(55)

Gambar 5. Skema kerangka berpikir

D. HipotesisPenelitian

Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permsalahan peneliti, sampai terbukti data terkumpul(Suharsimi Arikunto, 2010: 62). Suatu hipotesis akan diterima apabila data yang dikumpulkan mendukung pernyataan maka hipotesis diterima. Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajarankooperatiftipe TAI (team accelerated instruction) dapatmeningkatkanhasilbelajarsiswakelas XI Teknik Sepeda Motor SMK Muhammadiyah 1 Patuktahunajaran 2014/2015.

Penggunaan model pembelajaran TAI Hasilbelajar belum

mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)

Hasilbelajar meningkatdanme

ncapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)


(56)

41

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas.Istilah dalam bahasa Inggris Penelitian Tindakan Kelas (PTK) biasa disebut dengan Classroom Action Research (CAR). Suharsimi Arikunto (2010: 129) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas yaitu penelitian tentang hal-hal yang yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan. Selanjutnya Salah satu karakterisiktik PTK adalah bersifat kolaboratif yang artinya proses PTK selalu terjadi kerjasama antar guru, antarpeneliti atau antarpeneliti dengan pihak-pihak yang terkait dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (Trianto, 2011: 22).

Penelitian ini didesain menggunakan model Kemmis dan Taggart dengan empat tahapan dalam satu siklus yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi atau pengamatan, dan tahap refleksi. Adapun model penelitian kelas tersebut dapat digambarkan dalam bentuk gambar sebagai berikut:


(57)

Gambar 7. Alur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Taggart

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan ini dimulai sejak peneliti menemukan suatu masalah dan merumuskan cara pemecahan masalahnya melalui tindakan (Endang Mulyatiningsih, 2011:72). Setelah peneliti menetapkan tindakan yang akan dilakukan, peneliti kemudian merencanakan tindakan dan menyusun perangkat yang dipelukan selama proses penelitian berlangsung. Dalam tahapan ini dilakukan beberapa kegiatan, yaitu: a. Berkoordinasi dengan guru kelas mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan penelitian,

b. Menyusun soal-soal untuk tes kognitif yang dibutuhkan untuk mengumpulkan data,

c. Mempersiapkan materi terkait sistem pengisisan melalui model pembelajaran TAI yang akan dilaksanakan,


(58)

d. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, dan menentukan jadwal pemberian tindakan melalui model pembelajaran TAI.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksaan tindakan mengacu pada rencana yang sudah disusun pada tahap sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, peneliti akan berkolaborasi dengan guru dalam pelaksanaan tindakan dan dibantu beberapa mahasiswa sebagai observer selama tahap pelaksanaan tindakan berlangsung. Tahap pelaksanaan dibagi menjadi tiga tahapan yaitu tahap awal, tahap inti, dan tahap akhir.

3. Tahap Observasi atau Pengamatan

Observasi dilaksanakan untuk mengamati proses dan dampak dari pelaksanaan tindakan (Endang Mulyatiningsih, 2011:73). Observasi dilaksanakan saat dilaksanakan tindakan hasil belajar dengan menerapkan model pembelajaran TAI. Observasi ini meliputi bagaimana antusias siswa selama proses tindakan, tingkah laku siswa yang muncul, serta hambatan yang dialami ketika menerapkan model pembelajaran TAI dipraktekkan.

4. Tahap Refleksi

Refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam mencapau tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir. Pada tahap refleksi ini, data yang telah terkumpul dianalisis sebagai hasil refleksi dari pelaksanaan tindakan. Hasil dari data yang telah dianalisis tersebut akan diketahui apakah tindakan yang telah dilaksanakan dapat meningkatkan


(59)

hasil belajar siswa atau tidak serta untuk mengkritisi sehingga dapat dijadikan acuan penentuan perlu atau tidaknya dilaksanakan siklus selanjutnya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SMK Muhammadiyah 1 Patuk yang beralamat di Jalan Wonosari, KM 23,7 Putat, Patuk, Gunung Kidul.

2. Waktu Penelitian

Proses penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 pada semester 2 tahun ajaran 2014/2015.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa SMK Muhammadiyah 1 Patuk Tahun Ajaran 2014/2015 kelas XI A Teknik Sepeda Motor sebanyak 21 siswa melalui teknik purposive. Teknik purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Penentuan kelas XI A Teknik Sepeda Motor dengan pertimbangan yaitu hasil belajar system pengisian masih banyak yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).

D. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus, setiap siklus memiliki langkah-langkah yang berbeda, hal ini bertujuan untuk menyempurnakan langkah-langkah siklus yang lebih awal digunakan dalam


(60)

penelitian ini. Adapun penjelasan mengenai prosedur penelitiansecara lebih detail adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian tindakan yaitu mengidentifikasi permasalahan yang ada dikelas. Peneliti mengadakan diskusi dengan guru mata pelajaran sistem pengisian, dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil belajar sistem pengisian ternyata nilai rata-rata hasil belajar sistem pengisian siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti dan guru sebagai kolaborator dalam penelitian, merencanakan perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar sistem pengisianmelalui model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Hal ini dikarenakan selama pembelajaran di kelas guru belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI yang bisa menarik perhatian dan motivasi siswa, peneliti menyarankan untuk mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar sistem pengisian kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Patuk tahun ajaran 2014/1015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah kegiatan menyiapkan model pembelajaran kontekstual yangakan diterapkan dalam proses belajar mengajar. Perencanaan pada siklus I didasarkan pada permasalahan yang didapat


(61)

dari identifikasi masalah. Adapun secara rinci mengenai perencanaan pada siklus I dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Melaksanakan kegiatan pra-survei dengan melakukan wawancara dengan guru dan pengamatan terhadap kondisi siswa, kelas, dan sekolah serta melihat dokumentasi hasil belajar siswa.

2) Berkonsultasi dengan guru wali kelas dan guru yang mengajar materi sistem pengisian terkait materi dan siswa.

3) Membuat jadwal pembelajaran untuk memberikan materi tentang sistem pengisian dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. 4) Menyiapkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 5) Menyusun tes kognitif yang digunakan untuk menilai hasil pekerjaan

siswa (hasil belajar siswa).

b. Pelaksanaan/Tindakan

Tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Pendahuluan

Pada tahap awal guru memberikan apersepsi untuk mengungkap pengetahuan siswa mengenai sistem pengisian, guru memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan dari pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk mengkondisikan siswa agar siap menerima pelajaran dengan baik.

2) Kegiatan Intipenerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran materi sistem pengisian.


(62)

b) Guru menyiapkan materi bahan ajar mengenai sistem pengisian. c) Guru membagikan preteskepada siswa atau melihat rata-rata nilai

harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu. (Mengadopsi komponen Placement Test).

d) Guru memberikan materi secara singkat. (Mengadopsi komponen Teaching Group).

e) Guru membentuk kelompok kecil yang heterogen tetapi harmonis berdasarkan nilai ulangan harian siswa, setiap kelompok 4-5 siswa. (Mengadopsi komponen Teams).

f) Setiap kelompok mengerjakan tugas dari guru dan guru memberikan bantuan secara individual bagi yang memerlukannya. (Mengadopsi komponen Team Study).

g) Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya dengan mempresentasikan hasil kerjanya dan siap untuk diberi ulangan oleh guru. (Mengadopsi komponen Student Creative).

h) Guru memberikan post-test untuk dikerjakan secara individu (Mengadopsi komponen Fact Test)

i) Guru menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (jika ada) berdasarkan hasil koreksi (Mengadopsi komponen Team Score and Team Recognition).

j) Guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.


(63)

3) Penutup

Guru memberikan kesempatan pada siswa yang belum paham untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan. Kemudian pembelajaran ditutup, siswa bersama guru menyimpulkan materi pembelajaran sistem pengisian.Guru sebaiknya selalu memberikan dorongan dan motivasi pada siswa untuk terus belajar dan yang terakhir guru menutup.

c. Observasi/Pengamatan

Observasi merupakan kegiatan merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan itu berlangsung. Hasil yang diperoleh dalam pengamatan tersebut merupakan pengaruh dari tindakan yang sudah dilakukan. Hasil yang diperoleh dalam pengamatan adalah dampak tindakan terhadap proses pembelajaran (keberhasilan proses) dan dampak tindakan terhadap hasil pembelajaran (keberhasilan produk). Pengamatan dilakukan peneliti pada saat proses belajar mengajar sistem pengisiandengan menerapkan model pembelajaran TAI. Dalam hal ini peneliti mengamati segala aktivitas siswa pada saat pelaksanaan model pembelajaran TAI sesuai dengan indikator yang telah dibuat di lembar observasi

d. Refleksi

Dalam tahap ini, peneliti bersama guru sebagai kolaborator melakukan analisis dan memaknai hasil tindakan siklus I. Apabila dalam hasil refleksi tersebut terdapat aspek-apek yang belum tercapai/berhasil,


(64)

maka akan dilakukan perbaikan pada siklus II. Pelaksanaan siklus II akan dilaksanakan setelah refleksi pada siklus I.

3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Tindakan pada siklus II dan selanjutnya sama dengan prosedur yang ada pada siklus I yang terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tindakan siklus II direncanakan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Tindakan-tindakan tersebut dilakukan untuk memperbaiki aspek-aspek yang belum tercapai pada siklus I. Demikian juga dengan siklus selanjutnya, tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki aspek-aspek yang belum tercapai pada siklus sebelumnya. Siklus akan dihentikan apabila pencapaian kriteria yang telah ditentukan yaitu hasil belajar sistem pengisian meningkat.

E. Kriteria Keberhasilan

Kriteria keberhasilan merupakan suatu acuan yang digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu kegiatan. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini dilihat dari adanya peningkatan nilai hasil belajar antara sebelum dengan sesudah ada tindakan yakni minimal 75% dari total siswa telah mencapai standar KKM. Dari semua siklus yang telah dilakukan maka dapat dikatakan berhasil apabila kriteria keberhasilan sudah tercapai, sehingga siklus dapat dihentikan.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kognitif. Tes kognitif yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tulis


(65)

yaitu tes objektif dengan bentuk tes pilihan ganda. Tes ini digunakan karena lebih efisien selain itu dalam penilaian akan lebih obyektif dibanding menggunakan bentuk tes yang lain. Tes dilakukan pada saat sebelum diberi tindakan penerapan model pembelajaran TAI dan sesudah diberi tindakan penerapan model pembelajaran TAI. Tes tersebut digunakan untuk membandingkan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran TAI.

G. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam penelitian instrumen yang digunakan adalah tes kognitif.

Tes kogitif disusun berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar pada silabus siswa SMK kelas XI Teknik Sepeda Motor.Kompetensi inti yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3. Memahami dan menerapkan pengetahuan, faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah. Sementara kompetensi dasarnya yaitu 3.2 Memahami sistem pengisian. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes objektif untuk mengukur hasil belajar kognitif.


(66)

H. Uji Coba Instrumen

Pengujian instrumen dilakukan untuk memperoleh item yang benar-benar valid dan reliabel, sehingga bila digunakan dalam penelitian akan menghasilkan data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

1. Uji Validitas

Menurut Saifuddin Azwar (2001:5) validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya.Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kevalitan dan kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid, valid bearti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiono, 2003:137).

Menurut Sugiono (2003: 177-183) mengemukakan validitas instrumen terbagi menjadi tiga, antara lain:

a. Pengujian validitas konstrak (construct validity)

Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari alhi (jugment experts), jumlah tenaga ahli yang digunakakn minimal tiga orang. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tampa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total.

b. Pengujian validitas isi (content validity)

Untuk instrumen berbentuk teks, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.Validitas ini berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya.Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau valiabel yang hendak diukur.


(67)

Pengujian dengan cara membandingkan untuk mencari kesamaan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi dilapangan. Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengna fakta di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai validitas eksternal yang tinggi.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian ini menggunakan validitas konstrak (construct validity).Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat para ahli (judgment expert). Ahli terdiri dari ahli materi yang berasal dari guru SMK Muhammadiyah Patuk. Penelitian ini juga dilakukan dengan mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing tentang instrumen yang digunakan dan meminta dari para ahli (judgment expert) untuk diperiksa dan dievaluasi secara sistematis. Berdasarkan penilaian ahli materi dan konsultasi dengan dosen pembimbing instrumen dalam penelitian ini telah layak digunakan untuk penelitian.

Setelah dilakukan penilaian oleh para ahli (judgment expert) selanjutnya dilakukan pengujian instrumen tes kognitif meliputi validitas butir soal, analisis tingkat kesukaran soal dan analisis daya pembeda soal. Adapun pengujian instrumen tes kognitif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Validitas Butir Soal

Sebuah validitas item dapat dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Selanjutnya perhitungan yang dilakukan menggunakan rumus kolerasi product moment dengan bantuan program SPSS Versi 20 menggunakan menu analyze-Scale-Reliability Analyze-Scale if Item Deleted-Continue-Ok. Pengambilan keputusan pada uji validitas dilakukan dengan batasan r tabel dengan


(68)

signifikan 5%. Kriterianya yaitu butir soal dikatakan valid jika r hitung lebih besar dari r tabel, dan jika r hitung kurang dari r tabel maka dinyatakan tidak valid/gugur.

Berdasarkan hasil uji validitas menunjukkan nilai r hitung berkisar dari 0,498 sampai dengan 0,724. Hasil pengujian validitas dari 30 butir soal seluruhnya dinyatakan valid karena nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,444), sehingga seluruh aitem dapat digunakan dalam penelitian.

b. Analisis Daya Beda Soal

Menurut Suharsimi Arikunto (2012: 211), daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal tersebut untuk membedakan siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus Suherman (2003: 170) berikut ini:

Keterangan:

XA = Rata-rata skor siswa pada kelompok atas XB = Rata-rata Skor Siswa pada kelompok bawah SMI = Skor Maksimal Ideal

Adapun klasifikasi untuk menginterpretasikan daya pembeda menurut Hamzah (2014: 243) disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 2. Kriteria Daya Pembeda

Nilai Dp Interpretasi

DP < 0,00 Sangat Jelek 0,00 < DP < 0,20 Jelek 0,20 < DP < 0,40 Cukup 0,40 < DP < 0,70 Baik 0,70 < DP < 1,00 Sangat Baik


(69)

Data hasil daya pembeda tes dihitung dengan menggunakan program Ms. Excel sehingga diperoleh pada tabel berikut:

Tabel 3. Hasil Daya Beda Instrumen

c. Analisis Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran atau indeks kesukaran (difficulty indeks) merupakan bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu soal (Suharsimi Arikunto, 2012:223). Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan soal yang tidak terlalu sulit. Untuk mengukur tingkat kesukaran digunakan rumus (Arikunto, 2006: 210) sebagai berikut:

Keterangan:

P : taraf kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran:

No. Nilai Dp Interpretasi No. Nilai Dp Interpretasi

1. 0,51 Baik 16 0,43 Baik

2. 0,46 Baik 17 0,48 Baik

3. 0,67 Baik 18 0,67 Baik

4. 0,67 Baik 19 0,58 Baik

5. 0,41 Baik 20 0,46 Baik

6. 0,80 Sangat Baik 21 0,58 Baik

7 0,69 Baik 22 0,58 Baik

8 0,67 Baik 23 0,46 Baik

9 0,41 Baik 24 0,46 Baik

10 0,58 Baik 25 0,69 Baik

11 0,58 Baik 26 0,60 Baik

12 0,60 Baik 27 0,46 Baik

13 0,71 Baik 28 0,26 Cukup

14 0,60 Baik 29 0,26 Cukup


(70)

0,00 < P < 0,30 adalah soal sukar 0,31 < P < 0,70 adalah soal sedang 0,71 < P < 1,00 adalah soal mudah

Instrumen soal yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kelengkapan taraf kesukaran soal yang ditentukan, dimana ada soal dengan kategori sangat mudah, mudah, sedang, sukar, dan sangat sukar. Data hasil tingkat kesukaran soal dihitung dengan menggunakan program Ms. Excel sehingga diperoleh tabel berikut.

Tabel 4. Hasil Tingkat Kesukaran Tes No. Indeks Kesukaran Kriteria Soal

1. 0,33 Sedang

2. 0,47 Sedang

3. 0,47 Sedang

4. 0,47 Sedang

5. 0,32 Sedang

6. 0,37 Sedang

7. 0,40 Sedang

8. 0,47 Sedang

9. 0,32 Sedang

10. 0,43 Sedang

11 0,43 Sedang

12 0.37 Sedang

13 0,33 Sedang

14 0,37 Sedang

15 0,43 Sedang

16 0.31 Sedang

17 0,40 Sedang

18 0,47 Sedang

19 0,43 Sedang

20 0,47 Sedang

21 0,43 Sedang

22 0,43 Sedang

23 0,47 Sedang

24 0,47 Sedang

25 0,40 Sedang

26 0,37 Sedang

27 0,47 Sedang

28 0,47 Sedang

29 0,47 Sedang


(71)

2. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2011: 180), untuk mengetahui reliabilitas soal yang mempunyai jawaban benar dan salah dengan kriteria bila benar bernilai 1 dan salah bernilai 0 digunakan rumus Kuder dan Richardson (KR-21). Suatu instrumen dikatakan reliabel atau dapat dipercaya apabila pada taraf signifikansi 5% harga reliabilitasnya semakin mendekati 1, dan sebaliknya apabila 0 atau bahkan negatif, maka instrumen tersebut dapat dikatakan rendah tingkat kepercayaannya atau tidak reliabel. Berdasarkan uji reliabilitas menunjukkan bahwa nilai KR-20 sebesar 0,953. Berdasarkan nilai tersebut yang lebih dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tes dinyatakan reliabel dan layak digunakan untuk penelitian.

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik. Metode analisis statistik merupakan cara-cara ilmiah untuk mengumpulkan, meringkas, dan menyajikan data penelitian. Statistik merupakan cara untuk mengolah data dan menarik kesimpulan yang diteliti serta keputusan yang logis dari pengolahan data. Dengan kata lain metode analisis statistik adalah suatu teknik untuk mengumpulkan analisis data, menyajikan berupa angka-angka dan bilangan. Keseluruhan data dilakukan dengan bantuan fasilitas SPSS (Statistical Packed for Social Sciens) untuk mencari peningkatan hasil belajar kognitif sistem pengisian pada siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Patuk. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:


(72)

1. Untuk Menilai Tes

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada dikelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes dapat dirumuskan:

Y X X    Dengan:

X = nilai rata-rata X

 = jumlah semua nilai siswa N

= jumlah siswa

(Daryanto, 2011: 45) 2. Untuk Ketuntasan Belajar

Ada dua katagori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Ketuntasan belajar pada mata pelajaran sistem pengisian jika nilai siswa memperoleh nilai minimal 70. Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut :

% 100 x siswa ar untasbelaj siswayangt P    (Daryanto, 2011: 45)


(73)

58

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Muhammadiyah 1 Patuk Gunung Kidul Yogyakarta yang berlokasi di Jalan Wonosari, KM 23,7 Kelurahan Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul Provinsi D.I Yogyakarta. SMK Muhammadiyah 1 Patuk Gunung Kidul merupakan salah satu sekolah kejuruan yang memiliki 5 kompetensi keahlian antara lain: teknik sepeda motor, teknik audio video, multi media, dan akuntansi.

SMK Muhammadiyah 1 Patuk dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan satu orang wakilnya. Jumlah tenaga Guru di SMK Muhammadiyah 1 Patuk kurang lebih 80 orang yang terdiri dari 20 guru berpendidikan S2, 55 guru berpendidikan S1, 5 guru berpendidikan D3. Di samping itu SMK Muhammadiyah 1 Patuk juga didukung oleh karyawan 18 orang yang terdiri dari KTU 1 orang, administrasi 8 orang, tukang kebun 6 orang, penjaga sekolah 2 orang, dan satpam 1 orang.

2. Pelaksanaan Tindakan Kelas

Penelitian ini dilaksanakan dengan cara mengikuti alur penelitian tindakan kelas. Langkah kerja dalam penelitian ini terdiri atas empat tahap


(74)

refleksi. Tahap pelaksanaan tindakan merupakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI pada kompetensi dasar sistem pengisian pada sepeda motor

Data yang disajikan merupakan hasil pengamatan dengan

menggunakan tes kognitif, observasi (afektif), dan unjuk kerja

(psikomotorik). Adapun hal-hal yang akan diuraikan meliputi deskripsi tiap siklus dan hasil dari penelitian, yang akan diuraikan sebagai berikut:

a. Pra Siklus

Kegiatan pra tindakan dilaksanakan oleh peneliti melalui observasi data kelas, memberikan pretest pada peserta didik kelas XI A Teknik Sepeda Motor SMK Muhammadiyah 1 Patuk tentang kompetensi dasar sistem pengisian pada sepeda motor. Hasil observasi awal menunjukkan hasil belajar siswa kelas XI A Teknik Sepeda Motor SMK Muhammadiyah 1 Patuk khususnya mata pelajaran sistem pengisian belum optimal. Hal ini dapat terlihat dari nilai UAS yang masih banyak yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai rata-rata kelas XI A pada mata pelajaran sistem pengisian sepeda motor sebesar 67.46. Nilai tersebut masih dibawah standar kriteria ketuntasan minimal (KKM). Dengan demikian hasil kognitif belajar siswa pada kelas XI A pada pelajaran sistem pengisian sepeda motor belum optimal.

Berdasarkan hasil pra siklus tersebut, peneliti mendapatkan


(75)

berlangsung. Dalam mengajar guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional, yaitu model pembelajaran yang dominan menerapkan metode ceramah, mencatat dan penugasan. Hal tersebut menyebabkan peserta didik kurang termotivasi dan kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas, pekerjaan rumah banyak yang tidak mengerjakan atau terlambat pengumpulannya, bahkan ada peserta didik yang mengerjakan tugas asal jadi. Keadaan demikian menyebabkan rendahnya kualitas belajar mengajar, sehingga menyebabkan kompetensi yang diharapkan kurang tercapai dalam tujuan pembelajaran. Kondisi siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar pada umumnya masih bersikap pasif. Pada saat penyampaian materi, siswa hanya mendengarkan.

Pada awal proses belajar ada beberapa siswa yang terlambat mengikuti pelajaran sehingga menggangu konsentrasi temannya. Setelah penyampaian materi pembelajaran kemudian guru memberikan tugas atau praktek terkait dengan materi pembelajaran tersebut, namun jika tugas belum selesai dikerjakan akan dipakai sebagai pekerjaan rumah. Cukup banyak siswa yang mengalami kesulitan saat praktek sehingga dalam pengerjaan tugas tidak maksimal, dan sering bertanya kepada temannya. Hal itu disebabkan karena pada saat guru menerangkan siswa kurang termotivasi untuk memperhatikan penjelasan. Selain itu, siswa


(76)

juga terlihat jenuh dan bosan dengan penjelasan guru yang monoton. Proses belajar mengajar terkesan kurang bervariasi.

Kemudian peneliti memberikan pretes kepada siswa kelas XI A Teknik Sepeda Motor SMK Muhammadiyah 1 Patuk tentang kompetensi dasar sistem pengisian pada sepeda motor. Hal ini dilakukan sebagai perbandingan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan tindakan dalam penelitian ini. Penilaian hasil belajar pra siklus disajikan sebagai berikut:

Tabel 5. Penilaian Hasil Belajar Pra Siklus

Skor Kategori Frekuensi Persentase

≥ 75,00 Tuntas 4 19%

< 75,00 Belum Tuntas 17 81%

Jumlah 21 100,0%

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 21 siswa yang mengikuti pretes menggunakan metode konvensional yang digunakan oleh guru diketahui bahwa siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal dengan kategori tuntas sebanyak 4 siswa (19%) dan kategori belum tuntas sebanyak 17 siswa (81%). Hal ini berarti sebagian besar kompetensi siswa dalam sistem pengisian pada sepeda motor belum tuntas.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa permasalahan pembelajaran di atas perlu diadakan perbaikan untuk peningkatan kompetensi sisiwa didik. Pada proses pembelajaran peneliti melihat guru masih menggunakan model konvensional. Hal ini yang mungkin


(77)

mengakibatkan siswa kurang termotivasi sehingga keaktifan siswa kurang maksimal pada saat mengikuti pelajaran di kelas. Dalam pembelajaran juga masih bersifat satu arah sehingga siswa pasif. Hal ini kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu lulusan SMK harus mempunyai kompetensi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh industri. Secara umum hal ini berdampak pada kompetensi siswa itu sendiri.

Dalam proses pembelajaran diperlukan pembelajaran yang menarik, mudah dipahami, membuat aktif peserta didik dan tidak membosankan. Penyampaian materi dapat dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran yang dianggap sesuai, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Untuk mengatasinya dapat ditempuh dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang kurang pandai akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut. Dengan model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi sistem pengisian pada siswa kelas XI A SMK Muhammadiyah 1 Patuk.

b. Siklus I

Penelitian siklus pertama ini dilakukan dalam satu kali pertemuan yaitu selama 4 x 45 menit. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus pertama adalah sebagai berikut:


(1)

(2)

(3)

116

DOKUMENTASI


(4)

(5)

(6)

90


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individuallization (tai) terhadap pemahaman konsep matematika siswa kelas v sdi ummul quro bekasi

0 10 221

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) Terhadap Keterampilan Sosial Matematik Siswa Kelas 8 di SMP Negeri 3 Tangerang (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas 8 SMP Negeri 3 Tangerang)

2 9 234

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) UNTUK MENGATASI HETEROGENITAS KEMAMPUAN SISWA DI KELAS X SMAN 2 BANJARMASIN

0 4 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY MATEMATIKA SISWA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 PANOMBEIAN PANEI.

1 4 26

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ACCELERATED INSTRUCTION) UNTUK MENINGKATKAN Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Accelerated Instruction) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Negeri 01 Sepanjang Kecama

0 1 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI PEMUPUKAN DI SMK NEGERI 2 SUBANG.

0 0 40

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (Team Accelerated Instruction) DENGAN MEDIA JIGSAW PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X-1 SMA MUHAMMADIYAH I TEMANGGUNG.

0 2 61

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI AKUNTANSI 4 SMK N 1 JOGONALAN TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 10 241

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL TAI (TEAM ACCELERATED INSTRUCTION) PADA MATA DIKLAT PLC DI SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA.

0 0 102