67 koordinasi kerja yang baik antara guru dan pelajar, T tanggung jawab murid,
dan 8 membagi aktivitas antara staf dan pelajar. Jadi yang dimaksud dengan sekolah efektif adalah sekolah yang dikelola
dengan manajemen yang fungsional oleh kepala sekolah dengan mem fimgsikan
secara bersama staf dan giant-guru dalam bekerja untuk mencapai tujuan sekolah. Adapun tujuan sekolah dirumuskan dari visi dan misi sekolah yang
dibuat bersama oleh kepala sekolah, guru-guru, pegawai, orang tua siswa, dan masyakat. Untuk mencapai mutu sekolah efektif, kepala sekolah dan guru-guru
harus menjalankan fungsi secara efektif. Kepemimpinan kepala sekolah efektif berimplikasi terhadap produktivitas sekolah dan hal itu akan berlangsung lama.
Di sini kinerja guru-guru dan pegawai menjadi indikator dari kepemimpinan efektif tersebut. Sekolah menjadi terkenal dan diminati oleh masyarakat karena
menjanjikan pendidikan anak-anak yang berkualitas. Sedangkan guru yang efektif ialah guru yang memberikan pelajar peluang-peluang maksimal untuk
belajar. Karakteristik sekolah yang efektif menurut Edmonds 1996: 55 dalam
Beare dkk, 1991 adalah sebagai berikut: 1 Guru-guni memiliki kepemimpinan yang kuat dan kepala sekolah memberikan perhatian tinggi
terhadap perbaikan mutu pengajaran. 2 Guru-guru memiliki kondisi pengharapan yang tinggi untuk mendukung pencapaian prestasi miuid. 3
Atmosfir sekolah yang tidak kaku, sejuk tanpa tekanan dan kondusif dalam seluruh proses pengajaran atau suatu tatanan iklim yang nyaman. 4 Sekolah
memiliki pengertian yang luas tentang fokus pengajaran dan mengusahakan
68 efektivitas sekolah dengan energi dan sumber daya sekolah untuk mencapai
tujuan pengajaran secara maksimal. 5 Sekolah efektif dalam menjamin kemajuan murid yang dimonitor secara priodik.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Minat pada seseorang akan suatu obyek atau hal tertentu tidak akan muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba dalam diri individu. Minat dapat timbul pada
diri seseorang melalui proses. Dengan adanya perhatian dan interaksi dengan lingkungan maka minat tersebut dapat berkembang. Banyak faktor yang
mempengaruhi minat seseorang akan hal tertentu. Bimo Walgito 1981: 114 mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik,
yaitu: a.
Faktor dari dalam yaitu sifat pembawaan b.
Faktor dari luar, diantaranya adalah keluarga, sekolah dan masyarakat atau lingkungan.
Menurut Crow and Crow yang dikutip Dimyati Mahmud, 2001: 56 yang menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat seseorang
yaitu: a.
Faktor dorongan yang berasal dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.
b. Faktor motif sosial. Timbulnya minat dari seseorang dapat didorong dari motif
sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dan lingkungan dimana mereka berada.
69 c.
Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau obyek tertentu.
Menurut Johanes yang dikutip oleh Bimo Walgito 1981: 35, menyatakan bahwa “Minat dapat digolongkan menjadi dua, yaitu minat intrinsik dan ektrinsik.
Minat intrinsik adalah minat yang timbulnya dari dalam individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat ekstrinsik adalah minat yang timbul karena pengaruh
dari luar”. Berdasarkan pendapat ini maka minat intrinsik dapat timbul karena pengaruh sikap. Persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan termasuk juga
harapan bekerja. Sedangkan minat ekstrinsik dapat timbul karena pengaruh latar belakang status sosial ekonomi orang tua, minat orang tua, informasi, lingkungan
dan sebagainya.
H. Kajian Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian dari Tatang M. Amirin, MSI., dkk pada tahun 2014 dengan judul Dampak Penerimaan Siswa Baru Berbasis Nilai Ujian Nasional Terhadap
Pembodohan Struktural Siswa Berprestasi Rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 ditingkat SLTA SMA yang pernah dijadikan RSBISBI tetap menjadi
sekolah terfavorit, demikian pula tingkat SLTP, SMP yang pernah dijadikan RSBISBI tetap menjadi sekolah terfavorit. 2 beberapa sekolah SMP dan SMA
hanya dijadikan pilihan pertama oleh calon yang memiliki NUN rendah, dan hanya menjadi pilihan kedua, bahkan ketiga oleh calon yang memiliki NUN
sedang dan tinggi. 3 Ada pola baku keberlangsungan menjadi sekolah favorit dan tidak favorit yang disebabkan oleh karena SMA favorit akan selalu
mendapatkan lulusan SMP dengan NUN tinggi, dan akhirnya SD favorit pun akan