16
Sebuah artikel surat kabar Jepang memandang kodokushi sebagai fenomena simbolik yang menunjukkan kegagalan pemerintah untuk berkolaborasi
dengan warga guna mengembangkan komunitas yang saling peduli.
2.1.1. Pertumbuhan Penduduk Jepang
Dampak pertumbuhan penduduk disuatu negara dipengaruhi oleh tiga hal yaitu angka kelahiran birth rate, angka kematian mortality rate, serta migrasi
out migration and in migration. Birth rate mengacu pada jumlah kelahiran hidup dalam satu tahun pada seribu penduduk pada pertengahan tahun. Mortality rate
mengacu pada jumlah kematian pada seribu penduduk dalam satu tahun pada pertengahan tahun. Out migration menyangkut migrasi yang meninggalkan daerah
sedangkan in migration menyangkut migrasi yang memasuki suatu daerah Sunarto, 2000: 173.
Umumnya tingkat kelahiran dan kematian di negara berkembang sangat pesat dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi, kurangnya
sosialisasi mengenai keluarga berencana, serta sedikitnya fasilitas dan akses kesehatan. Hal ini berbanding terbalik dengan negara maju yang angka kelahiran
dan kematiannya relatif rendah. Para ahli demografi cenderung mengaitkan hal tersebut dengan kemajuan perindustrian. Atas dasar keterkaitan ini, mereka
membuat teori kependudukan yang dikenal dengan teori transisi demografi demographic transition theory. Menurut teori ini, masyarakat yang mengalami
proses industrialisasi akan melewati tiga tahap. Tahap pertama, yaitu tahap pra industri, tingkat kelahiran dan kematian tinggi dan stabil. Pada tahap kedua, tahap
transisi, terjadi peningkatan kelahiran akibat meningkatnya kualitas kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
17
Pada tahap ketiga tingkat kelahiran dan kematian rendah dan stabil Sunarto, 2000: 175
Jepang adalah salah satu negara maju yang melewati tahap tersebut dan sekarang telah sampai ditahap ketiga dimana terjadi penurunan jumlah kelahiran
yang sangat drastis. Hal tersebut dapat terlihat pada table Thang, 2001: 174 berikut ini:
Trends in Population Structure: 1920-2075
Population Composition by Major Age Dependency Ratio Year
0-14 15-64
65+ Total Children Elders
1920 36.48
58.26 5.29
71.6 62.6
9.0 1925
36.70 58.24
5.06 71.7
63.0 8.7
1930 36.59
58.66 4.75
70.5 62.4
8.1 1935
36.89 58.46
4.66 71.1
63.1 8.0
1940 36.08 59.19
4.73 69.0
61.0 8.0
1947 35.30
59.90 4.79
66.9 58.9
8.0 1950
35.41 59.64 4.94
67.7 59.4
8.3 1955
33.44 61.24
5.29 63.3
54.6 8.7
1960 30.15
64.12 5.72
55.9 47.0
8.9 1965
25.73 67.98
6.29 47.1
37.9 9.2
1970 24.03
68.90 7.06
45.1 34.9
10.3 1975
24.32 67.72
7.92 47.6
35.9 11.7
1980 23.50
67.35 9.10
48.4 34.9
13.5 1985
21.51 68.16
10.30 46.7
31.6 15.4
1990 18.24
69.69 12.08
43.5 26.2
17.3 1995
15.90 69.28
14.82 44.4
23.0 21.4
2000 15.18
67.79 17.03
47.5 22.4
25.1 2005
15.64 65.24
19.12 53.3
24.0 29.3
2010 16.37
62.35 21.28
60.4 26.3
34.1 2015
16.34 59.53
24.14 68.0
27.4 40.5
2020 15.43
59.01 25.51
69.4 26.2
43.2 2025
14.50 59.71
25.79 67.5
24.3 43.2
2030 14.17
59.81 26.02
67.2 23.7
43.5 2035
14.59 58.82
26.58 70.0
24.8 45.2
2040 15.34
56.68 27.98
76.4 27.1
49.4 2045
15.79 55.82
28.37 79.2
28.3 50.9
2050 15.74
56.09 28.17
78.3 28.1
50.2 2075
17.09 57.32
25.58 74.5
29.8 44.6
Sources: Up to 1995 Institute of Population Problems, Ministry of Health and Welfare. Latest Demographic Statistics 1995, Tokyo; Statistics Bureau, Management and
Cordination Agency. Quick Report on One-percent Sample Tabulations of the 1995 Population Census, Tokyo, 1996. From 2000 Institute of Population Problems, Ministry
of Health and Welfare, Population Projections for Japan: 1991-2090, Tokyo,1992 cited in Kono 1996, 10-11
Universitas Sumatera Utara
18
Seperti diketahui di Jepang antara tahun 1947 dan 1949 terjadi baby boom sejumlah 2,7 juta per tahun sebagai akibat kembalinya tentara Jepang yang
selamat dari medan pertempuran lalu menikah, namun hal ini diikuti dengan kurangnya perumahan yang tidak memungkinkan penyebaran penduduk menjadi
faktor utama dalam peningkatan jumlah penduduk. Penurunan jumlah tersebut baru dimulai bersama dengan terjadinya peralihan dari masa pemulihan menuju
pertumbuhan. Pada tahun 1955 rata-rata keluarga mempunyai 4,97 anggota, kira- kira sama seperti sebelum perang dan berangsur-angsur turun setiap tahunnya
Fukutake, 1988: 38. Meski begitu antara tahun 1971 dan 1974 terjadi lagi baby boom dengan skala yang lebih kecil 2,14 anak per wanita pada 1973, tapi setelah
itu terjadi penurunan kelahiran secara berkelanjutan hingga mencapai 1,43 persen per wanita pada tahun 1995 Thang, 2001: 174.
Jepang merupakan salah satu negara dengan angka harapan hidup tertinggi di dunia, dengan kata lain masyarakat yang memiliki umur panjang. Selain itu
Jepang menempati urutan teratas dengan jumlah lansia terbanyak dibandingkan dengan angka kelahiran bayi disana. Estimasi Kementrian Kesehatan Jepang
menyatakan jumlah penduduk di Jepang menurun hingga 244 ribu orang pada 2013. Jumlah tersebut lebih banyak daripada jumlah merosotnya populasi Jepang
pada 2012 yaitu sebanyak 219 ribu jiwa. Jumlah tersebut turun 0,21 dari tahun 2012, tahun 2013 pemerintah setempat menyatakan jumlah penduduk di Jepang
menurun 0,17, yakni menjadi 127,2 juta. Jumlah tersebut termasuk warga asing yang lama tinggal di Jepang. Menurut penelitian U.S. Census Bureau
Internasional Data Base dan Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan diperkirakan pada tahun 2050 jumlah kelahiran di Jepang mencapai titik terendah.
Universitas Sumatera Utara
19
Pada 2008 jumlah lansia Jepang mencapai seperlima dari populasi dan rata-rata harapan hidup orang Jepang meningkat pula, yaitu menjadi 82 tahun dibandingkan
dengan tahun 1947 yang hanya mencapai 50 tahun. Ini turut mengubah bentuk grafik masyarakat Jepang yang awalnya berbentuk pohon dengan jumlah
kelahiran bayi yang besar menjadi layang-layang dengan proporsi penduduk lansia yang makin meningkat.
http:abgnet.blogspot.com200805jumlah-penduduk-lansia-jepang- meningkat.html
Meningkatnya jumlah lansia di Jepang secara berkelanjutan merupakan masalah serius yang harus dihadapi. Ini berarti semakin meningkatnya biaya
kesejahteraan dan perawatan yang harus diberikan pemerintah kepada lansia
Universitas Sumatera Utara
20
padahal biaya kesejahteraan itu diambil dari pajak penghasilan masyarakat Jepang, namun berkurangnya tenaga muda yang bekerja menyebabkan berkurangnya
pajak penghasilan yang didapat. Selain itu menurut lembaga survei diwilayah metropolitan Tokyo saja lansia yang hidup sendiri yang awalnya sebanyak 11,1
1,87 juta pada 1990 meningkat menjadi 24,8 4,76 juta pada 2010 Thang, 2001: 177. Sedangkan angka kelahiran di Jepang saat ini adalah yang terendah
yaitu sekitar 1,3 per pasangan, sementara itu jumlah penduduk lansia mencapai 23,3 pada 2011 dan diprediksi akan mencapai 38,5 pada tahun 2050.
httpwww.anthropoetics.ucla.eduap18011801taylor.pdf. Hal tersebut menunjukkan kurangnya tenaga muda produktif yang akan
menanggung biaya hidup para lansia. Pada tahun 1990, dalam setiap enam orang tenaga kerja produktif terdapat satu lansia, angka ini terus menurun setiap
tahunnya menjadi empat orang tenaga produktif yang harus menanggung satu lansia pada tahun 2000. Tahun 2010 menjadi tiga tenaga produktif membiayai
satu lansia. pada 2025 diperkirakan tinggal dua tenaga produktif menanggung satu lansia.
2.1.2. Pelaku Kodokushi