Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Kecemasan Pada Ibu Bersalin Primigravida Kala I Di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan Tahun 2009
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI KECEMASAN
PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA KALA I
DI RUMAH SAKIT UMUM dr. PIRNGADI
MEDAN TAHUN 2009
T E S I S
Oleh
RINAWATI SEMBIRING
077033029/IKM
p
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI KECEMASAN
PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA KALA I
DI RUMAH SAKIT UMUM dr. PIRNGADI
MEDAN TAHUN 2009
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
RINAWATI SEMBIRING 077033029/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
Judul Tesis : FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI KECEMASAN PADA IBU BERSALIN
PRIMIGRAVIDA KALA I DI RUMAH SAKIT UMUM dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2009
Nama Mahasiswa : Rinawati Sembiring
Nomor Induk Mahasiswa : 077033029
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. dr. Delfi Luthan, Sp.OG) (Drs. Tukiman, M.K.M)
Ketua Program Studi
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
Dekan
(dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 14 Desember 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. dr. Delfi Luthan, Sp.OG
Anggota : 1. Drs. Tukiman, M.K.M
2. Fery Novliadi, M.Psi 3. Drs. Eddy Syahrial, M.S
(5)
SURAT PERNYATAAN
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI KECEMASAN
PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA KALA I
DI RUMAH SAKIT UMUM dr. PIRNGADI
MEDAN TAHUN 2009
TESIS
Dengan ini menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, 14 Desember 2009
Rinawati Sembiring 077033029/IKM
(6)
ABSTRAK
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan dan kekuatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas‐batas normal. Ibu yang hendak bersalin pada umumnya akan mengalami kecemasan. Kecemasan ini dapat terjadi pada semua persalinan, baik primi maupun multi.
Penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan explanatory untuk menganalisis kecemasan pada ibu bersalin primigravida kala I ditinjau dari beberapa faktor, yakni faktor nyeri, keadaan fisik, riwayat pemeriksaan kehamilan, pengetahuan, dukungan lingkungan sosial, dan pendidikan. Data diperoleh melalui kuisioner yang dibagikan kepada responden ibu bersalin primigravida kala I. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu primigravida yang bersalin normal di RSU. dr. Pirngadi Medan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2009 sejumlah 78 orang yang keseluruhannya dijadikan sampel dalam penelitian dengan kriteri inklusi ibu yang telah melahirkan dengan waktu maksimum 3 hari. Analisa data menggunakan uji regresi linear berganda pada taraf kepercayaan 95 %.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel nyeri (p=0,005), riwayat pemeriksaan kehamilan (p=0,020), pengetahuan (p=0,024) dan dukungan lingkungan sosial (p=0,005) terhadap kejadian kecemasan pada ibu bersalin primigravida kala I. Variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecemasan adalah keadaan fisik (p=0,885) dan pendidikan (p=0,170). Disarankan perlu peningkatan pelayanan kesehatan dalam hal pemberian pendidikan kesehatan pada ibu yang melahirkan di RSU. dr. Pirngadi Medan, dan perlu pemberian penyuluhan bagi ibu dan keluarga dalam hal peningkatan peran serta keluarga dalam perawatan kehamilan ibu.
Kata Kunci : Kecemasan, Bersalin Kala I, Primigravida
(7)
ABSTRACT
Getting worried is a condition which disturb our feeling shown through a deep and continuous fear and anxiety, no difficulty in valuing the reality, a steady personality behaviour can be unbalanced but still in normal boundary. In general, a mother who is about to deliver a baby feels worried. This anxiety can occur in either primi or multi childbirths.
The purpose of this survey study with explanatory approach was to analyze the level of anxiety occured in the mothers with Ist stage of primigravida delivery viewed from several factors such as pain, physical condition, history of pregnancy examination, knowledge, support from social environtment, and education. The population of this study were all of the 78 primigravida mothers with normal delivery at dr. Pirngadi General Hospital Medan, from June to August 2009 with the criteria including the mothers who had delivered their babies within the maximum of 3 (three) days. The data obtained were analyzed by multiple linear regression tests at the level of confidence 95 %.
The result of study showed that the variables of pain (p =0,005), history of pregnancy examination (p = 0,020), knowledge (p = 0,024), and support from social environtment (p = 0,005) had significant influence on the incident of anxiety in the mothers delivering their babies at Ist Stage of primigravida. The variables which had not significantly influence on the anxiety were physical condition (p = 0,885) and education (p = 0,170).
It is suggested that the health service in terms of providing education for the mothers delivering their babies in dr. Pirngadi General Hospital Medan, be improved and it is also important to provide extensions on how to improve the family participation in nursing pregnant mothers.
Key words : Anxiety, Ist stage of Delivery, Primigravida
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karuniaNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Faktor‐faktor yang Memengaruhi Kecemasan pada Ibu Bersalin Primigravida Kala I di RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2009” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi jenjang pendidikan Strata‐2 pada Fakultas Kesehatan Masyarakat, Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada Prof. dr. Delfi Luthan, Sp.OG selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Drs. Tukiman, M.K.M selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah membimbing penulis dari awal sampai selesainya penyusunan tesis ini dan semua pihak yang telah membantu memberikan perhatian dan dukungan, terutama kepada yang terhormat: 1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si., selaku Dekan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM USU.
(9)
3. Fery Novliadi, S.Psi., M.Psi., selaku dosen pembanding tesis. 4. Drs. Eddy Syahrial, M.S., selaku dosen pembanding tesis
5. Pimpinan RSU dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan izin penelitian dan informasi yang dibutuhkan untuk penyelesaian penulisan tesis ini.
6. Seluruh Staf Dosen dan Administrasi Pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran, bimbingan dan arahan selama pendidikan.
7. Orangtua tercinta beserta seluruh keluarga dan sahabat atas doa dan dukungan baik moril maupun materil dalam melanjutkan pendidikan.
8. Suami tercinta Mutia Maratur Sinaga, S.Th., beserta anak‐anakku yang manis Samuel Arya Muri Sinaga dan Gabriel Eisura Muri Sinaga yang senantiasa memberi semangat belajar dan inspirasi serta Doa selama penulis mengikuti perkuliahan hingga selesai pendidikan.
9. Seluruh rekan‐rekan Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.
(10)
Penulis menyadari bahwa penulisan Tesis ini masih jauh dari sempurna, dan berharap semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Medan, Desember 2009
Penulis,
Rinawati Sembiring
(11)
RIWAYAT HIDUP
Rinawati Sembiring, lahir di Pangururan pada tanggal 6 Nopember 1976, anak pertama dari 4 bersaudara dari pasangan Ayahanda J. Sembiring dan Ibunda C. Simbolon. Menikah dengan Mutia Maratur Sinaga, pada tanggal 25 Februari 2004 dan telah dikaruniai dua orang putra yang diberi nama Samuel Arya Muri Sinaga dan Gabriel Eisura Muri Sinaga. Saat ini menetap di Jalan Jawa Gg. Buntu II No. 106‐E Seisikambing – Medan.
Memulai pendidikan di SD Negeri I no. 040455 di Berastagi Tanah Karo (1989) – SMP Negeri 2 Berastagi (1991) – SPK (Sekolah Perawat Kesehatan) di UPT SPK Tebing Tinggi (Sekarang AKBID Pemko Tebing Tinggi) Tahun 1994 – Program Pendidikan Bidan Swadaya (1995) di Sari Mutiara Medan – Program Khusus D‐III Kebidanan Depkes RI di AKBID Depkes Medan (Sekarang Poltekes jurusan D‐III Bidan) Tahun 1998. Melanjutkan Pendidikan D–IV Bidan Pendidik di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Tahun 2001.
Pernah bekerja sebagai perawat bidan di Klinik Cempaka Sari Tanjung Morawa dari Tahun 1995 sampai dengan tahun 2000, kemudian tahun 2000 – 2001 bekerja di RSU Deli Medan ruang kebidanan, dan sejak Tahun 2002 hingga sekarang mengajar sebagai dosen tetap pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mutiara Indonesia (STIKes – MI) Medan.
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Hipotesis... 10
1.5. Manfaat Penelitian ... 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Persalinan... 11
2.2. Kecemasan ... 25
2.3. Landasan Teori ... 34
2.4. Kerangka Konsep Penelitian ... 35
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 36
3.1. Jenis Penelitian ... 36
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36
3.3. Populasi dan Sampel ... 36
3.4. Metode Pengumpulan Data... 36
3.4.1. Uji Validitas ... 37
(13)
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 38
3.5.1. Variabel Independen ... 38
3.5.2. Variabel Dependen ... 39
3.6. Metode Pengukuran ... 39
3.6.1. Variabel Independen ... 39
3.6.2. Variabel Dependen ... 42
3.7. Metode Analisis Data ... 43
3.7.1. Analisis Univariat ... 43
3.7.2. Analisis Bivariat ... 43
3.7.3. Analisis Multivariat... 43
BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 44
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44
4.2. Analisis Univariat ... 56
4.2.1. Faktor‐Faktor yang memengaruhi kecemasan ibu bersalin ... 46
4.2.2. Kejadian Kecemasan Ibu Bersalin Kala I ... 47
4.3. Analisis Bivariat ... 48
4.4. Analisis Multivariat... 51
BAB 5 PEMBAHASAN ... 53
5.1. Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala 1 di RSU Dr. Pirngadi Medan ... 53
5.2. Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala 1 di RSU. Dr. Pirngadi Medan di tinjau dari nyeri ... 55
5.3. Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala 1 di RSU Dr. Pirngadi Medan di tinjau dari Keadaan Fisik... 57
5.4. Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala 1 di RSU Dr. Pirngadi Medan di tinjau dari Riwayat Pemeriksaan Kehamilan 58 5.5. Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala 1 di RSU Dr. Pirngadi Medan di tinjau dari Pengetahuan ... 60
5.6 Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala 1 di RSU Dr. Pirngadi Madan di tinjau dari Dukungan Sosial ... 61
(14)
5.7 Kecemasan Ibu Bersalin Primigravida Kala 1 di RSU Dr.
Pirngadi Medan di tinjau dari Pendidikan... 63
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
6.1. Kesimpulan ... 65
6.2. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
LAMPIRAN ... 69
(15)
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1. Arti Penting Perubahan Fisiologis Ibu Selama Persalinan... 22
4.1. Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Faktor‐Faktor Yang
Memengaruhi Kecemasan... 47
4.2. Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Kejadian Cemas ... 48 4.3. Faktor‐faktor Yang Memengaruhi Tingkat Kecemasan
Ibu Bersalin... 51
4.4. Hasil Uji Linear Berganda... 52
(16)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman 2.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 35
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman 1. Kuesioner Penelitian ... 69
2. Pernyataaan Kesediaan Menjadi Responden ... 77
3. Hasil Uji Reliabilitas Dan Validitas Alat Ukur... 78
4. Hasil Pengolahan Data ... 87
5. Izin Penelitian ... 119
6. Surat Selesai Penelitian ... 120
(18)
ABSTRAK
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan dan kekuatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas‐batas normal. Ibu yang hendak bersalin pada umumnya akan mengalami kecemasan. Kecemasan ini dapat terjadi pada semua persalinan, baik primi maupun multi.
Penelitian ini adalah penelitian survei dengan pendekatan explanatory untuk menganalisis kecemasan pada ibu bersalin primigravida kala I ditinjau dari beberapa faktor, yakni faktor nyeri, keadaan fisik, riwayat pemeriksaan kehamilan, pengetahuan, dukungan lingkungan sosial, dan pendidikan. Data diperoleh melalui kuisioner yang dibagikan kepada responden ibu bersalin primigravida kala I. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu primigravida yang bersalin normal di RSU. dr. Pirngadi Medan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2009 sejumlah 78 orang yang keseluruhannya dijadikan sampel dalam penelitian dengan kriteri inklusi ibu yang telah melahirkan dengan waktu maksimum 3 hari. Analisa data menggunakan uji regresi linear berganda pada taraf kepercayaan 95 %.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel nyeri (p=0,005), riwayat pemeriksaan kehamilan (p=0,020), pengetahuan (p=0,024) dan dukungan lingkungan sosial (p=0,005) terhadap kejadian kecemasan pada ibu bersalin primigravida kala I. Variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecemasan adalah keadaan fisik (p=0,885) dan pendidikan (p=0,170). Disarankan perlu peningkatan pelayanan kesehatan dalam hal pemberian pendidikan kesehatan pada ibu yang melahirkan di RSU. dr. Pirngadi Medan, dan perlu pemberian penyuluhan bagi ibu dan keluarga dalam hal peningkatan peran serta keluarga dalam perawatan kehamilan ibu.
Kata Kunci : Kecemasan, Bersalin Kala I, Primigravida
(19)
ABSTRACT
Getting worried is a condition which disturb our feeling shown through a deep and continuous fear and anxiety, no difficulty in valuing the reality, a steady personality behaviour can be unbalanced but still in normal boundary. In general, a mother who is about to deliver a baby feels worried. This anxiety can occur in either primi or multi childbirths.
The purpose of this survey study with explanatory approach was to analyze the level of anxiety occured in the mothers with Ist stage of primigravida delivery viewed from several factors such as pain, physical condition, history of pregnancy examination, knowledge, support from social environtment, and education. The population of this study were all of the 78 primigravida mothers with normal delivery at dr. Pirngadi General Hospital Medan, from June to August 2009 with the criteria including the mothers who had delivered their babies within the maximum of 3 (three) days. The data obtained were analyzed by multiple linear regression tests at the level of confidence 95 %.
The result of study showed that the variables of pain (p =0,005), history of pregnancy examination (p = 0,020), knowledge (p = 0,024), and support from social environtment (p = 0,005) had significant influence on the incident of anxiety in the mothers delivering their babies at Ist Stage of primigravida. The variables which had not significantly influence on the anxiety were physical condition (p = 0,885) and education (p = 0,170).
It is suggested that the health service in terms of providing education for the mothers delivering their babies in dr. Pirngadi General Hospital Medan, be improved and it is also important to provide extensions on how to improve the family participation in nursing pregnant mothers.
Key words : Anxiety, Ist stage of Delivery, Primigravida
(20)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan emosional yang dimiliki oleh seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau kejadian dalam hidupnya. Lefrancois (1980, dalam Kartikasari, 1995) menyatakan bahwa kecemasan merupakan reaksi emosi yang tidak menyenangkan, yang ditandai dengan ketakutan, adanya hambatan terhadap keinginan pribadi dan perasaan – perasaan yang tertekan yang muncul dalam kesadaran.
Para ahli membagi bentuk kecemasan dalam dua tingkat, yaitu : 1) tingkat psikologis; kecemasan yang berwujud sebagai gejala‐gejala kejiwaan, seperti tegang, bingung, khawatir, sukar konsentrasi, perasaan tidak menentu dan sebagainya, 2) tingkat fisiologis; kecemasan yang sudah mempengaruhi atau terwujud pada gejala‐gejala fisik, terutama pada sistem syaraf, misalnya tidak dapat tidur, jantung berdebar‐debar, gemetar, perut mual, dan sebagainya.
Sue, dkk (dalam Kartikasari, 1995) menyebutkan bahwa manifestasi kecemasan terwujud dalam empat hal yaitu : 1) Manifestasi kognitif, yang terwujud dalam pikiran seseorang, seringkali memikirkan tentang malapetaka atau kejadian
(21)
buruk yang akan terjadi, 2) Perilaku motorik, kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti gemetar, 3) Perubahan somatik, muncul dalam keadaan mulut kering, tangan dan kaki kaku, diare, sering kencing, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan lain‐lain. Hampir semua penderita kecemasan menunjukkan peningkatan detak jantung, peningkatan respirasi, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan lain‐lain, 4) Afektif, diwujudkan dalam perasaan gelisah, perasaan tegang yang berlebihan.
Kecemasan menjelang persalinan umum dialami oleh ibu (Hasuki, 2005). Meskipun persalinan adalah suatu hal yang fisiologis, namun didalam menghadapi proses persalinan dimana terjadi serangkaian perubahan fisik dan psikologis yang dimulai dari terjadinya kontraksi rahim, dilatasi jalan lahir, dan pengeluaran bayi serta plasenta yang diakhiri dengan bonding awal antara ibu dan bayi (Saifuddin, 2001)
Proses persalinan yang normal berlangsung kira‐kira 18 jam pada ibu primigravida (ibu dengan kelahiran anak pertama) yang melewati empat kala (kala I – IV) dengan durasi yang berbeda pada masing‐masing kala. Kala I dimulai dari munculnya tanda – tanda persalinan seperti perut terasa mules, pinggang nyeri akibat adanya kontraksi rahim yang semakin lama semakin sering dan dengan durasi yang semakin panjang, sehingga terjadi penipisan dan pembukaan serviks lengkap (10 cm) yang berlangsung sekitar 14 jam. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap
(22)
sampai janin lahir yang berlangsung sekitar 2 jam, kala III dimulai dari segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir yang berlangsung kira – kira 30 menit, dan kala IV dimulai dari segera setelah plasenta lahir sampai 2 jam setelahnya (Wiknjosastro, 1999).
Beberapa determinan terjadinya kecemasan pada ibu bersalin, antara lain : 1) cemas sebagai akibat dari nyeri persalinan, 2) keadaan fisik ibu, 3) riwayat pemeriksaan kehamilan (riwayat ANC), 4) kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan, 5) dukungan dari lingkungan sosial (suami/keluarga dan teman) serta latar belakang psikososial lain dari wanita yang bersangkutan, seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, sosial ekonomi (Aryasatiani, 2005).
Secara epidemiologis, kecemasan dapat terjadi pada semua persalinan baik pada persalinan primigravida maupun multigravida. Felman et al (dalam Aryasatiani, 2005) dalam penelitiannya menemukan lebih dari 12 % ibu‐ibu yang pernah melahirkan mengatakan bahwa mereka mengalami cemas pada saat melahirkan dimana pengalaman tersebut merupakan saat‐saat tidak menyenangkan dalam hidupnya. Rasa takut dan sakit menimbulkan stress yang mengakibatkan pengeluaran adrenalin. Hal ini mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan mengurangi aliran darah yang membawa oksigen ke rahim sehingga terjadi penurunan kontraksi rahim yang akan menyebabkan memanjangnya waktu
(23)
persalinan. Hal ini kurang menguntungkan bagi ibu maupun janin yang berada dalam rahim ibu (Aryasetiani, 2005).
Penelitian yang berkaitan dengan kejadian persalinan lama, 65% disebabkan karena kontraksi uterus yang tidak efisien. Menurut Old et al (2000), adanya disfungsional kontraksi uterus sebagai respon terhadap kecemasan sehingga menghambat aktifitas uterus. Respon tersebut adalah bagian dari komponen psikologis, sehingga dapat dinyatakan bahwa faktor psikologis mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan proses persalinan.
Takut biasanya dialami pada hal – hal yang belum diketahui ibu sehingga ibu tidak siap untuk melahirkan atau persalinan tidak sesuai dengan jadwal, ibu akan mengalami kelelahan, tegang selama kontraksi dan nyeri yang luar biasa sehingga ibu menjadi cemas. Kecemasan juga bisa terjadi karena pengalaman buruk kerabat atau teman tentang persalinan dan kenyataan bahwa kehamilan yang beresiko juga menyebabkan ibu tidak siap menghadapi persalinan. Tenaga medis dan situasi tempat yang tidak bersahabat dapat mempengaruhi rasa nyaman ibu untuk melahirkan. Terkadang hambatan psikologis lebih besar pengaruhnya dibandingkan fisik. Sering juga terjadi baik gangguan fisik maupun psikologis berpadu menjadi lingkaran setan yang sulit diputuskan, mekanisme ini disebut incoordinate uterine action (Danuatmaja dan Meilasari, 2004).
(24)
Hardjana (1998) mengemukakan bahwa wanita secara umum tampak lelah selama kehamilan akibat membawa beban bayi yang berat khususnya pada kehamilan trismester III. Demikian juga secara fisiologis tubuh mengalami perubahan sebagai akibat dari perkembangan kehamilan seperti beban jantung yang semakin meningkat, perubahan metabolisme, ketegangan otot leher, bahu dan punggung, peningkatan respirasi, perubahan frekuensi berkemih dan lain‐lain. Perasaan takut dan keadaan menjelang persalinan yang menggelisahkan ibu sehingga keadaan ini menimbulkan ketegangan. Semua ini dapat diatasi dengan menanamkan kepercayaan pada diri sendiri dan kepada penolong yang dapat dicapai dengan perawatan yang baik selama kehamilan.
Perhatian dan perawatan yang baik yang didapatkan ibu selama kehamilan akan memampukan ibu menghadapi persoalan – persoalan yang dialami ibu. Ibu akan dengan cepat mendapatkan asuhan sesuai dengan kebutuhannya seperti penanganan penyulit atau komplikasi dalam kehamilan, Sehingga pada saat masa persalinan tiba keadaan umum ibu diharapkan sudah dalam kondisi yang optimal baik fisik maupun psikologis (Verga, 2008).
Penyakit yang menyertai ibu dalam kehamilan adalah salah satu faktor yang menyebabkan kecemasan. Seseorang yang menderita suatu penyakit akan lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan orang yang tidak sedang menderita sakit (Carpenito, 2001). Jika seorang ibu yang hamil dengan suatu
(25)
penyakit yang menyertai kehamilannya, maka ibu tersebut akan lebih cemas lagi, karena kehamilan dan persalinan meskipun dianggap fisiologis namun tetap beresiko terjadi hal – hal yang patologis.
Baik fisik maupun psikologis ibu akan mengalami perubahan pada kala I, seperti : TD, sistole akan naik rata‐rata 10‐20 mmHg, diastolik 5‐10 mmHg, antara kontraksi normal, rasa sakit dan cemas akan meningkat. Metabolisme karbohidrat akan meningkat secara berangsur‐angsur disebabkan kecemasan dan aktifitas otot skeletal. Peningkatan ini ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, kardiac output, pernapasan dan cairan yang hilang. Suhu tubuh sedikit meningkat (tidak lebih dari 0,5 ‐ 1°C karena peningkatan metabolisme terutama selama atau setelah persalinan.
Soewandi (1997) menyatakan bahwa pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah mengalami kecemasan. Ketidaktahuan tentang suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan krisis dan dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan dapat terjadi pada ibu dengan pengetahuan yang rendah tentang proses persalinan, hal‐hal yang akan dan harus dialami oleh ibu sebagai dampak dari kemajuan persalinan. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh.
(26)
Menurut Pilliteri (2002) rasa takut, lelah dan kultur akan mempengaruhi respon psikologis berupa cemas yang terjadi pada wanita menjelang persalinan. Melahirkan merupakan titik puncak penantian selama sembilan bulan. Ibu telah menghabiskan waktu berbulan‐bulan dengan bertanya‐tanya dan barangkali juga dilanda kekawatiran mengenai bagaimana akan menghadapi saat‐saat proses bersalin, terkadang sulit melihat kedepan dan membayangkan terutama pada persalinan dengan anak pertama.
Latar belakang psikososial seorang wanita juga berpengaruh terhadap terjadinya kecemasan pada ibu bersalin. Raystone (dalam Maria, 2005) mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar diri seseorang. Seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak mempunyai pendidikan. Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari dengan demikian pendidikan yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan.
Selama persalinan teruama bagi ibu yang melahirkan sendiri tanpa pendamping, ibu cenderung merasa takut dan cemas. Menurut Klaus dan Kennel (1993), ibu bersalin yang didampingi selama persalinan memberikan banyak keuntungan, antara lain menurunkan sectio caesarea (50%), waktu persalinan lebih
(27)
pendek (25%), menurunkan pemberian epidural (60%), menurunkan penggunaan oksitosin (40%), menurunkan pemberian analgesik (30%) dan menurunkan kelahiran dengan forcep (40%). Dilaporkan juga bahwa dengan kehadiran suami selama proses persalinan secara bermakna lama persalinan menjadi lebih pendek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kehadiran suami atau anggota keluarga lain yang mendampingi ibu saat bersalin banyak memberi dampak positif bagi ibu khususnya dalam mengurangi kecemasan dan ibu akan menjadi lebih nyaman sehingga mendukung kelancaran proses persalinan.
Perasaan takut dan keadaan yang menggelisahkan wanita yang sedang dalam persalinan kala I pada primigravida bisa berlangsung selama 14 jam yang secara klinis ditandai dengan pengeluaran lendir yang bersemu merah yang berasal dari kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar, sedangkan darahnya berasal dari kapiler yang pecah yang berada disekitar servikalis karena pergeseran‐pergeseran produk kehamilan. Keadaan ini menimbulkan nyeri yang luar biasa bagi ibu yang dirasakan mulai dari pinggang memancar keperut bagian depan yang disebut dengan his. Semakin lama semakin teratur, dengan jarak yang semakin pendek dan dengan intensitas yang semakin kuat.
Ketenangan yang seharusnya didapatkan ibu selama persalinan tidak tercapai, semua ini dapat diatasi dengan menanamkan kepercayaan pada diri ibu dan kepada petugas kesehatan baik dokter maupun bidan agar memberi perawatan
(28)
selama kehamilan dan memberi perhatian kepada ibu dengan penuh kesabaran. Dengan pemeriksaan kehamilan yang teratur ibu akan mendapatkan informasi/pendidikan kesehatan sehingga diharapkan ibu bisa lebih siap menghadapi persalinan dengan penuh percaya diri.
Kecemasan pada ibu bersalin kala I bisa berdampak meningkatnya sekresi adrenalin. Salah satu efek adrenalin adalah konstriksi pembuluh darah sehingga suplai oksigen ke janin menurun. Penurunan aliran darah juga menyebabkan melemahnya kontraksi rahim dan berakibat memanjangnya proses persalinan. Tidak hanya sekresi adrenalin yang meningkat tetapi sekresi ACTH (Adrenocorticotropic hormone) juga meningkat, menyebabkan peningkatan kadar kortisol serum dan gula darah.
Sebagaimana yang diungkapkan Mc. Kinney, et al (2000) bahwa kecemasan dapat timbul dari reaksi seseorang terhadap nyeri. Hal ini akan meningkatkan aktifitas saraf simpatik dan meningkatkan sekresi katekolamin. Sekresi katekolamin yang berlebihan akan menimbulkan penurunan aliran darah ke plasenta sehinga membatasi suplai oksigen serta penurunan efektifitas dari kontraksi uterus yang dapat memperlambat proses persalinan.
RSU. dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit pemerintah dengan kunjungan persalinan lebih kurang sekitar 1.371 pertahun, dengan rata‐rata 110
(29)
orang ibu yang bersalin perbulannya. Dari hasil wawancara dengan petugas di ruang bersalin yang merawat langsung ibu‐ibu yang melahirkan diruang perawatan diketahui bahwa ibu saat persalinan khususnya pada kala I sering mengalami kecemasan yang ditandai dengan tegang, bingung, sering bertanya kepada petugas tentang perkembangan kemajuan persalinan, perasaan tidak menentu, gelisah, gampang menangis, dan lain sebagainya.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penelitian tentang faktor‐ faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu bersalin primigravida kala I penting dilakukan mengingat dampaknya sangat berpengaruh terhadap kelancaran proses persalinan, terhadap kesehatan ibu dan bayi, sehingga dapat menjadi masukan dalam perencanaan pemberian asuhan kepada ibu dalam masa kehamilan dan persalinan.
1.2.Permasalahan
Bagaimana pengaruh nyeri, keadaan fisik ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan, tingkat pengetahuan dan dukungan dari lingkungan sosial serta tingkat pendidikan ibu terhadap kecemasan ibu bersalin primigravida kala I.
(30)
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor nyeri, keadaan fisik ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan, tingkat pengetahuan, dukungan dari lingkungan sosial dan tingkat pendidikan ibu terhadap kecemasan ibu bersalin primigravida kala I.
1.4.Hipotesis
Apakah terdapat pengaruh faktor nyeri, keadan fisik ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan, tingkat pengetahuan, dukungan lingkungan sosial dan tingkat pendidikan ibu terhadap kecemasan ibu bersalin primigravida kala I.
1.5.Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dan informasi/pendidikan kesehatan bagi ibu hamil dalam mempersiapkan fisik dan psikis ibu yang optimal dalam menghadapi persalinan
2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat khususnya ibu agar memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan ibu serta mendapatkan
(31)
informasi/pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan kehamilan dan persiapan persalinan mendatang sehingga dalam menghadapi persalinan, lebih tenang dan penuh percaya diri.
(32)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persalinan
Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu. Secara normal persalinan dimulai ketika janin sudah cukup mature untuk dapat mempertahankan dirinya dari kehidupan intrauterine kepada kehidupan ekstrauterine (Viable). Sejak itu maka kehidupan seorang wanita hamil yang usia kehamilannya aterm (37‐42 minggu) harus mampu melahirkan janin secara spontan dari rahim melalui jalan lahir tanpa membahayakan ibu maupun janin. Namun demikian pada masa persalinan dan kelahiran ini merupakan saat yang berisiko baik terhadap ibu maupun janinnya (Bobak, 2000; Pilliteri, 2003).
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu kala I disebut juga kala pembukaan, dimana terjadinya pematangan dan pembukaan serviks sampai lengkap 10 cm, kala II disebut juga kala pengeluaran oleh karena berkat kekuatan his dan kekuatan ibu mengedan janin didorong keluar sampai lahir, kala III atau kala uri dimana plasenta lepas dari dinding uterus dan dilahirkan, kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan lamanya 1‐2 jam (Mochtar, 1998).
(33)
Kala I persalinan berlangsung sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi serviks lengkap. Secara klinis dapat dinyatakan persalinan dimulai bila timbul his dan keluar lendir bercampur darah. Lendir bercampur darah berasal dari pembuluh‐pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis yang pecah karena pergeseran‐pergeseran ketika serviks membuka. Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida.
Pada primigravida, ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan mendatar dan menipis kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada multigravida, ostium uteri internum dan eksternum sudah sedikit terbuka. Penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama pada pembukaan. Ketuban akan pecah sendiri ataupun harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap, bila ketuban pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm disebut ketuban pecah dini. Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri lengkap, yang pada primigravida berlangsung selama kurang lebih 13 jam sedangkan pada multigravida kurang lebih 7 jam (Prawirohardjo, 2002)
Menurut Auvenshine dan Enriquez (1990), faktor‐faktor yang terlibat didalam mulainya persalinan adalah faktor hormonal dan faktor distensi uterus. Faktor hormonal yaitu hormon progesteron yang dihasilkan oleh plasenta. Oksitosin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari posterior dari ibu, juga oleh janin, estrogen, 11
(34)
kortisol dihasilkan oleh bagian korteks adrenal janin, prostaglandin yang dihasilkan dari desidua uteri dan selaput janin. Seperti halnya menurut Gorrie Mc Kinney, dan Murray (1998), faktor‐faktor yang berperan di dalam mulainya persalinan adalah meningkatnya produksi glukokortikoid dan androgen dari kelenjar adrenal janin sehingga menurunkan sekresi progesteron dan meningkatnya produksi prostaglandin yang menstimulasi kontraksi uterus, perubahan rasio estrogen dan progesteron serta peregangan atau tekanan dari uterus dan serviks.
Dua sampai tiga minggu sebelum permulaan persalinan, segmen bawah dari uterus akan merenggang dan membiarkan janin turun lebih jauh kebawah, kepala tersebut bisa saja turun dan mengunci (engaged). Fundus tidak lagi mendesak paru‐ paru, pernafasan menjadi lebih lega. Jantung dan paru dapat berfungsi lebih baik dan wanita tersebut mengalami kelegaan yang dikenal dengan sebutan peringanan. Symphisis pubis akan melebar dan dasar panggul menjadi lebih rileks dan melembut, yang memungkinkan uterus turun lebih jauh kedalam panggul. Sebelum peringanan, fundus mendesak diafragma, segmen uterus bagian bawah tidak lembek dan belum merenggang untuk menampung kepala janin yang oleh karenanya tetap tinggi. Pada wanita primigravida, otot‐otot abdominal berada dalam tonus yang baik, sehingga dapat memegang uterus dalam posisi tegak serta membantu dalam penguncian kepala janin, Pada wanita otot‐otot abdomen cenderung lebih rileks dan karena itu abdomen akan menjadi sedikit lebih berayun sehingga kepala janin
(35)
mungkin tidak akan mengunci. Berjalan menjadi sedikit sulit oleh karena symphisis pubis lebih mobile dan relaksasi dari sendi sakro‐iliaca bisa menimbulkan rasa sakit di punggung. Tekanan pada fundus akan berakibat pada peningkatan tekanan didalam panggul, yang bisa dijelaskan dengan adanya kepala janin, kongesti pembuluh vena diseluruh daerah tersebut serta relaksasi sendi‐sendi panggul. Sekresi vagina juga paling banyak pada periode ini (Bobak, 2000; Pilliteri, 2003). Kongesti pada panggul akan membatasi kapasitas bladder (kandung kemih) yang akan memerlukan agar dikosongkan lebih sering. Kelemahan otot dasar panggul bisa menimbulkan pengendalian yang buruk atas otot sphincter serta timbulnya sedikit inkontinensia stress. Banyak wanita mengalami kontraksi sebelum datangnya permulaan persalinan yang sesungguhnya, yang bisa terasa sakit dan bisa terjadi secara teratur untuk sementara dan menyebabkan wanita tersebut berpikir bahwa persalinan sudah mulai. Kedua ciri‐ciri persalinan yang sesungguhnya yang tidak terdapat adalah retraksi dan pembukaan serviks.
Cerviks (leher rahim) akan keatas dan secara perlahan menyatu dengan segmen bagian bawah uterus. Pada wanita primigravida hal ini bisa menimbulkan penipisan sepenuhnya, tetapi pada wanita multigravida suatu kanal akan tetap bisa teraba. Selama periode pra‐persalinan banyak mengalami perasaan kaku, canggung dan letih. Perubahan mood (keadaan jiwa) merupakan peristiwa biasa dan suatu gelombang energi bisa saja dialami oleh wanita tersebut. Kerisauan bisa
(36)
meningkatkan produksi adrenalin yang akan menghambat kegiatan uterus dan bisa pada gilirannya memperlama persalinan. Sikap bidan, nasihat dan bimbingan yang diberikan selama kehamilan akan mempengaruhi bukan hanya kemajuan persalinan tetapi juga hubungan antara kedua pasangan satu sama lain dan terhadap bayinya setelah ia lahir kelak.
Secara fisiologis, ketika usia kehamilan sudah cukup matur, timbul serangkaian gejala yang menandakan dimulainya persalinan. Menurut Pilliteri (2003) ada berbagai faktor yang menyebabkan persalinan dimulai. Faktor‐faktor tersebut saling bekerjasama menghasilkan kontraksi uterus yang sangat kuat, teratur, ritmik yang berakhir dengan lahirnya janin dan plasenta. Faktor‐faktor yang dimaksud adalah:
1. Peregangan otot uterus, dengan bertambahnya usia kehamilan, kapasitas uterus bertambah dan otot‐otot dinding uterus semakin tegang. Kondisi ini menyebabkan perangsangan mekanik berupa kontraksi uterus.
2. Tekanan pada serviks. Kondisi tersebut merangsang pelepasan oksitosin dan menyebabkan kontraksi uterus.
3. Stimulasi oksitosin. Pada akhir kehamilan kadar oksitosin meningkat dan otot‐ otot uterus sangat peka terhadap pengaruh oksitosin. Oksitosin bekerjasama dengan prostaglandin untuk menimbulkan kontraksi.
(37)
4. Perubahan rasio antara hormon estrogen dan progesteron berangsur‐angsur menurun pada akhir kehamilan dibandingkan dengan kadar estrogen, hal ini merangsang kontraksi uterus.
5. Usia plasenta. Dengan tuanya kehamilan maka usia plasenta menjadi tua. Proses tersebut menyebabkan vili khorialis mengalami perubahan‐perubahan sehingga kadar progesteron dan estrogen menurun. Hal ini merangsang kontraksi uterus. 6. Peningkatan kadar kortisol janin. Hal ini menyebabkan menurunnya
pembentukan progesteron dan meningkatnya prostaglandin yang merangsang timbulnya kontraksi uterus.
7. Selaput janin memproduksi prostaglandin. Kondisi tersebut merangsang kontraksi uterus.
Menurut Bobak (2004), kala I persalinan dibagi dalam 3 bagian yaitu : 1. Fase Persiapan / Laten
Fase persiapan/Laten, merupakan fase pertama yaitu terjadinya pembukaan (dilatasi) dan penipisan leher rahim dengan pembukaan leher rahim mencapai 3 cm, selain itu ibu mulai merasakan kontraksi yang jelas, berlangsung selama 30‐50 detik dengan jarak 5‐20 menit. Semakin bertambah pembukaan leher rahim, maka kontraksi akan makin sering. Beberapa ibu khususnya yang sensitif mulai merasa sakit, namun beberapa ibu lainnya tidak merasa sakit sama sekali.
(38)
Gejala‐gejala pada fase persiapan yaitu sakit punggung yang dapat menetap atau hanya saat kontraksi, kejang perut seperti haid, gangguan pencernaan, diare, perasaan hangat diperut, pengeluaran lendir dengan bercak darah dan kemungkinan membran (ketuban) pecah diikuti keluarnya cairan ketuban baik secara mengalir, merembes, maupun menyemprot. Secara emosional ibu merasa cemas, tidak pasti, takut, gembira, lega atau siap dan beberapa ibu merasa santai dan banyak bicara namun ada juga yang tegang sehingga enggan membuka mulut.
2. Fase Aktif
Biasanya fase ini berlangsung lebih pendek dari fase persiapan. Kegiatan rahim mulai lebih aktif dan banyak kemajuan yang terjadi dalam waktu singkat. Kontraksi semakin lama (berlangsung 40‐60 detik) kuat dan sering (3‐4 menit sekali) pembukaan leher rahim mencapai 7 cm.
Gejala‐gejala pada fase aktif adalah sebagai berikut, bertambahnya rasa tidak nyaman bersamaan dengan kontraksi, bertambah sakit pungung, rasa tidak nyaman pada kaki, keletihan, bertambahnya pengeluaran lendir dan darah. Jika sebelumnya membran (ketuban) belum pecah, mungkin akan pecah saat ini. Secara emosional ibu gelisah, makin sulit tenang maupun santai, makin tegang, tidak dapat berkonsentrasi, makin terpengaruh dengan kondisi yang sedang terjadi, rasa percaya diri mulai goyah sepertinya persalinan tidak akan selesai namun mungkin juga terjadi sebaliknya ibu gembira dan bersemangat karena persalinan mulai terjadi.
(39)
3. Fase Transisi
Fase ini merupakan fase yang paling melelahkan dan berat, dimana banyak ibu merasa sakit hebat. Hal ini dikarenakan kontraksi meningkat dan menjadi sangat kuat 2‐3 menit sekali selama 60‐90 detik. Puncak kontraksi yang sangat kuat dan lamanya hampir sama dengan kontraksi itu sendiri. Ibu merasa seolah‐olah kontraksi tidak pernah berhenti dan tidak ada waktu istirahatnya. Pembukaan rahim mencapai 10 cm, 3 cm terakhir sangat cepat rata‐rata 15 menit hingga 1 jam.
Gejala‐gejala pada fase transisi antara lain adalah tekanan kuat dibagian bawah pungung atau perineum, tekanan pada anus membuat ibu ingin mengejan tanpa terasa, panas dan berkeringat atau dingin dan gemetar atau bergantian, pengeluaran lendir dan darah bertambah karena banyak pembuluh darah kapiler pecah, kaki kejang, dingin dan gemetar tidak terkendali, rasa mengantuk karena oksigen berpindah dari otak kedaerah persalinan, mual, muntah, dan kehabisan tenaga.
Menurut Varney (1997), keadaan yang dianggap fisiologis pada persalinan kala I adalah sebagai berikut:
1. Durasi
Lamanya persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh paritas ibu, keadaan psikologis, bentuk dan ukuran pangul, serta karakter dari kontraksi uterus
(40)
tersebut. Sebagian besar dari seluruh tahapan persalinan adalah merupakan proses dari kala I, dan pada umumnya diharapkan bahwa fase aktif akan berakhir dalam waktu 12 jam.
2. Aksi Uterus
Setiap kontraksi uterus selalu bermula dari fundus didekat salah satu kornunya dan merembet sampai kebawah. Kontraksi tersebut berlangsung paling lama disana dan sekaligus juga paling kuat dibagian fundus tetapi mencapai puncaknya secara bersamaan diseluruh bagian secara bersamaan. Pola semacam ini memungkinkan serviks membuka dan fundus yang berkontraksi kuat tersebut mampu mengeluarkan janin.
Polaris dipakai untuk menyatakan keharmonisan neuro‐muskular yang menonjol antara kedua kutub atau segmen uterus selama persalinan. Selama setiap kontraksi uterus tersebut kedua kutub ini beraksi secara harmonis. Kutub yang diatas berkontraksi dengan kuat dan ber‐retraksi untuk mendorong keluar sijanin; sedangkan kutub yang dibawah berkontraksi sedikit dan membuka untuk membiarkan proses pengeluaran janin berjalan, jika polarisasinya tidak teratur maka kemajuan persalinan akan terganggu.
(41)
4. Kontraksi dan retraksi
Otot‐otot uterus memiliki satu sifat yang unik. Selama proses persalinan kontraksi tidak sepenuhnya berlanjut tetapi serabut otot menahan sebagian dari pemendekan kontraksi dan tidak sepenuhnya ini disebut retraksi. Aksi ini membantu pengeluaran secara progresif dari janin, segmen atas dari uterus berubah secara perlahan menjadi pendek dan lebih tebal dan rongganya mengecil.
Pada awal persalinan kontraksi uterus terjadi setiap 15‐20 menit dan bisa berlangsung kira‐kira 30 detik. Kontraksi‐kontraksi ini sedikit lemah dan bahkan bisa tidak terasa oleh ibu yang bersangkutan. Kontraksi‐kontraksi ini biasanya terjadi dengan keteraturan yang berirama dan interval (selang antar waktu) diantara kontraksi secara berlangsung menjadi lebih pendek, sementara lamanya kontraksi semakin panjang. Pada akhir kala I kontraksi bisa terjadi 2‐3 menit selang waktunya dan berlangsung selama 50‐60 detik dan sangat kuat.
5. Pembentukan segmen atas dan bawah uterus
Pada akhir kehamilan badan rahim terbagi menjadi dua segmen yang secara anatomis berbeda. Segmen uterus bagian atas terutama dikaitkan dengan kontraksi dan tebal serta berotot sedangkan segmen bagian bawah disiapkan untuk menggembungkan dan pembukaan serta lebih tipis. Segmen bagian bawah telah berkembang dari isthmus dan panjangnya kira‐kira 8‐10 cm. Pada
(42)
waktu persalinan dimulai, serat longitudinal yang ber‐retraksi di segmen bagian atas akan menarik segmen bagian bawah yang menyebabkannya melebar. Hal ini dibantu lagi oleh gaya yang dikenakan oleh kepala atau bagian sungsang yang menurun.
6. Cincin Retraksi
Sebuah garis akan terbentuk diantara segmen bagian atas dan bagian bawah yang dikenal dengan nama cincin retraksi atau cincin bandl. Biasanya kita menggunakan istilah yang pertama untuk menggambarkan cincin retraksi fisiologis dan hanya mengunakan istilah cincin bandl untuk tingkat gejala tertentu yang berlebihan yang akan terlihat diatas symphisis pubis pada persalinan yang lambat.
Cincin retraksi yang normal akan secara perlahan naik saat segmen uterus bagian atas berkontraksi dan retraksi sedangkan segmen uterus bagian bawah akan menipis untuk mengakomodasikan janin yang menurun setelah serviks sepenuhnya membuka dan janin bisa meninggalkan uterus maka cincin retraksi tidak akan naik lagi.
7. Penipisan serviks
Jika serviks belum terisi selama hari‐hari terakhir dari kehamilan maka proses ini akan terjadi pada saat persalinan. Serabut‐serabut otot yang
(43)
mengelilingi lobang dalam leher serviks akan tertarik keatas oleh segmen atas yang retraksi dan serviks menyatu kedalam segmen uterus yang bawah. Saluran serviks akan melebar dan mendatar. Pada wanita primigravida, lobang luar leher rahim akan tetap tertutup hingga serviks menjadi rata diatas bagian janin yang menyodor dan seluruhnya akan menipis, sedangkan pada wanita multigravida lobang luar serviks akan mulai membuka sebelum penipisan selesai. Pada wanita yang tinggi paritasnya, serviksnya mungkin tidak akan pernah menipis dengan sepenuhnya.
8. Pembukaan serviks
Pembukaan serviks ialah proses pembesaran lubang luar dari serviks dari keadaan yang tertutup rapat menjadi lobang yang cukup besar untuk memungkinkan lewatnya kepala janin. Pembukaan diukur dalam centimeter dan pembukaan penuh kira‐kira 10 cm. Pembukaan akan terjadi sebagai akibat dari tekanan pada uterus oleh janin. Tekanan pada rahim akan menyebabkan fundus uteri bereaksi dengan jalan berkontraksi.
9. Perdarahan
Sebagai akibat dari pembukaan serviks, maka operculum yang membentuk sumbat serviks selama kehamilan, akan menjadi lenyap. Wanita tersebut akan melihat pengeluaran lendir campur darah beberapa jam sebelum atau dalam waktu beberapa jam setelah persalinan dimulai. Darah tersebut datang dari
(44)
pembuluh‐pembuluh halus yang pecah didalam parietal decidua dimana chorion telah terlepas dan juga dari serviks yang sedang membuka. Jumlah darah ini seharusnya tidak boleh lebih dari hanya noda darah saja. Jika perdarahan aktif terjadi, hal itu dianggap tidak normal. Tabel 2.1 Arti Penting Dari Perubahan‐Perubahan Fisiologis Ibu Yang Terjadi Selama Persalinan Perubahan Fisiologis Arti Penting Tekanan Darah
Meninggi selama kontraksi dengan kenaikan sistolik rata‐rata sebesar 15 (10‐20) mmHg dan kenaikan diastolik rata‐rata sebesar 5‐10 mmHg.
Diantara kontraksi‐kontraksi, tekanan darah tersebut kembali ketingkat pra‐ persalinan
Perubahan posisi ibu dari terlentang menjadi miring kesamping akan menghilangkan perubahan dalam tekanan darah ini selama satu kontraksi Rasa nyeri, rasa takut dan kekawatiran bisa menaikkan tekanan darah ini lebih lanjut
Untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya, ukurlah dengan benar diantara dua kontraksi
Jika seorang ibu dalam keadaan sangat takut atau sangat khawatir, pertimbangkan kemungkinan bahwa rasa takutlah (dan bukan pre‐eklampsia) yang menyebabkan kenaikan tekanan tersebut.
Periksalah parameter lainnya untuk bisa mengesampingkan pre‐eklampsia. Berilah asuhan pendukung dan pengobatan yang akan bisa membuatnya santai sebelum membuat diagnosa akhir jika pre‐eklapsia benar tidak ada.
(45)
Metabolisme
Selama pengobatan, baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun anaerobik akan naik secara perlahan dan terus. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh kecemasan serta oleh kegiatan otot kerangka tubuh.
Kegiatan metabolisme yang meningkat tercermin dengan kenaikan suhu badan, denyut jantung, pernapasan, output kardiak, dan kehilangan cairan
Suhu
Akan sedikit naik selama persalinan; tertingi selama dan segera setelah kelahiran. Untuk bisa dianggap normal, kenaikan ini tidak boleh melampaui 1 sampai 2° F (0,5 sampai 1° C). Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama persalinan
Denyut Jantung
Angka denyut antara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode segera sebelum pra‐persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama persalinan.
Kenaikan output kardiak serta kehilangan cairan akan mempengaruhi fungsi renal dan akan menimbulkan kekhawatiran dan langkah‐langkah untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Suhu yang naik sedikit ini bisa dianggap normal. Akan tetapi, bila persalinan berlangsung lama, kenaikan suhu bisa berindikasi adanya dehidrasi, dan parameter lainnya harus dicek. Juga, jika selaput ketuban pecah secara premature, suhu yang naik bisa merupakan indikasi infeksi dan tidak bisa dianggap normal dalam keadaan seperti ini
Denyut yang sedikit naik bisa dianggap normal. Periksa parameter lainnya untuk bisa mengesampingkan adanya proses infeksi.
(46)
Pernafasan
Kenaikan pernafasan sedikit normal selama persalinan dan hal ini mencerminkan kenaikan metabolisme.
Hyperventilasi yang lama adalah tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis.
Sedikit sulit untuk mendapatkan penemuan angka yang akurat mengenai pernafasan oleh karena angkanya dan iramanya dipengaruhi oleh rasa tegang, rasa nyeri, kekhawatiran, serta penggunaan tehnik‐tehnik bernafas. Observasi pernafasan ibu dan bantu dalam mengendalikan pernafasan tersebut untuk menghindari hiperventilasi yang terlalu lama, yang dibuktikan dengan adanya perasaan geli pada tungkai serta perasaan pusing. Perubahan renal
Polyuria sering terjadi selama persalinan. Mungkin diakibatkan oleh output kardiak yang naik selama persalinan dan kemungkinan besar kenaikan dalam angka filtrasi glomerular serta aliran plasma renal. Polyuria tidak begitu kentara dalam posisi terlentang, yang mempunyai efek mengurangi aliran urine selama kehamilan
Sedikit proteinuria (trace, 1+) biasanya sepertiga sampai separuh jumlah wanita dalam persalinan
Proteinuria 2+ dan diatasnya sudah jelas tidak normal
Kantung kemih harus sering‐sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk melihat apakah ada penggelembungan dan harus dikosongkan untuk mencegah trauma kandung kemih serta retensi urine selama masa segera setelah pasca bersalin
Hal ini lebih sering pada wanita primipara, atau mengalami anemia, atau persalinan lama berindikasi pre eklampsi
(47)
Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat sangat berkurang, ini dikombinasikan dengan pengurangan selanjutnya dari sekresi gastrik selama persalinan akan membuat pencernaan hampir terhenti dan menghasilkan waktu pengosongan usus menjadi sangat lambat .
Makanan yang masuk kedalam lambung selama atau segera sebelum persalinan atau selama fase laten dari persalinan kemungkinan besar akan berada didalam lambung selama persalinan.
Rasa mual dan muntah‐muntah bukanlah hal yang jarang selama fase transisi yang menandai berakhirnya kala satu persalinan
Lambung yang penuh bisa menimbulkan ketidaknyamanan, oleh karena itu para wanita diinstruksikan jangan makan terlalu banyak atau minum berlebihan tetapi makan dan minumlah secukupnya untuk mempertahankan energi dan hidrasi.
Medikasi oral dianggap kurang efektif selama persalinan. Perubahan gastro‐ intestinal mungkin adalah merupakan reaksi terhadap salah satu atau kombinasi dari faktor‐faktor berikut: kontraki uterus, rasa nyeri, rasa takut, cemas, medikasi atau komplikasi.
2.2. Kecemasan
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan dan kekuatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas‐batas normal (Hawari, 2001).
(48)
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, cemas adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan interpersonal secara langsung. Kecemasan dapat diekspresikan melalui respon fisiologis dan psikologis (Suliswati, dkk, 2003).
Secara fisiologis respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan mengaktifkan system saraf otonom (simpatis dan parasimpatis). System saraf simpatis akan mengaktivasi proses tubuh, sedangkan system saraf parasimpatis akan menimbulkan respon tubuh. Bila korteks otak menerima rangsang, akan dikirim melalui saraf simpatis ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan adrenal/epineprin sehingga efeknya antara lain: nafas menjadi lebih dalam, nadi meningkat dan tekanan darah meningkat. Darah akan tercurahkan terutama ke jantung, susunan saraf pusat dan otak, dengan peningkatan glikogenolisis maka gula darah akan meningkat. Secara psikologis kecemasan akan mempengaruhi aspek interpersonal maupun kecemasan yang meningkat akan mempengaruhi koordinasi atau gerak reflek. Kesulitan mendengar, atau mengganggu hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan dengan orang lain (Suliswati, dkk, 2003).
Secara umum kecemasan dipengaruhi oleh beberapa gejala yang mirip dengan orang yang mengalami stress. Bedanya, bila stress didominasi oleh gejala fisik, sedangkan kecemasan didominasi oleh gejala psikis. Adapun gejala‐gejala yang
(49)
dialami oleh orang yang mengalami kecemasan adalah ; 1). Ketegangan motorik/alat gerak, seperti gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai, gelisah, tidak dapat diam, kening berkerut, mudah kaget. 2). Hiperaktifitas saraf otonom (simpatis dan parasimpatis), seperti keringat berlebihan, jantung berdebar‐debar, rasa dingin di telapak tangan dan kaki, mulut kering, pusing, rasa mual, sering buang air kecil, diare, muka merah/pucat, denyut nadi dan nafas cepat. 3). Rasa khawatir yang berlebihan tentang hal‐hal yang akan datang, seperti cemas, takut, khawatir, membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya. 4). Kewaspadaan yang berlebihan, seperti perhatian mudah beralih, sukar konsentrasi, sukar tidur, mudah tersinggung, tidak sabar (Hawari, 2004).
2.2.1. Faktor‐Faktor Kecemasan 1. Nyeri
Hampir semua wanita mengalami/merasakan nyeri selama persalinan, tetapi respon setiap wanita terhadap nyeri persalinan berbeda‐beda. Nyeri adalah pengalaman yang berbeda yang dirasakan seseorang (Reeder dan Martin, 1997). Nyeri pada persalinan kala I adalah perasaan sakit dan tidak nyaman yang dialami ibu sejak awal mulainya persalinan sampai servik berdilatasi maksimal (10 cm). Nyeri ini disebabkan oleh proses dari dilatasi serviks, hipoksia otot uterus, ischemia korpus uteri, peregangan segmen bawah uterus dan kompresi saraf di serviks (ganglionik
(50)
servikalis). Subjektif nyeri ini dipengaruhi oleh paritas, ukuran dan posisi janin, tindakan medis, kecemasan, kelelahan, budaya dan mekanisme koping dan lingkungan (Reeder dan Martin, 1997). Nyeri mengakibatkan ketegangan (stress) karena stress dapat melepaskan katekolamin yang mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke uterus sehingga uterus kekurangan oksigen (Iswani, 2002).
Rasa tidak nyaman selama persalinan disebabkan oleh dua hal, yaitu pada tahap pertama persalinan, kontraksi rahim yang menyebabkan ; 1). Dilatasi dan penipisan serviks. 2). Iskhemia rahim penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit akibat konstriksi arteri miometrium. Impuls rasa nyeri pada tahap pertama persalinan transmisi melalui segmen saraf spinalis T11‐T12 saraf sensori torakal bawah serta saraf simpatik lumbal atas. Saraf ini berasal dari korpus uterus dan serviks (Bobak, 2004).
Nyeri persalinan terbagi atas dua jenis yaitu : 1) Nyeri visceral, bersifat lambat, dalam dan tidak terlokalisir. Nyeri ini mendominasi selama kala I persalinan yang disebabkan oleh rasa tidak nyaman akibat kontraksi uterus dan pembukaan serviks. 2). Nyeri somatik, bersifat lebih cepat, tajam atau menusuk dan lokasinya jelas. Nyeri ini pada akhir kala I dan selama kala II merupakan akibat dari penurunan kepala janin yang menekan jaringan‐jaringan maternal (Bobak, 2004).
(51)
Nyeri melibatkan dua komponen yaitu fisiologis dan psikologis. Secara fisiologis, seorang wanita yang bereaksi terhadap nyeri disertai rasa takut dan cemas akan meningkatkan aktifitas saraf simpatis dan meningkatkan sekresi katekolamin atau epineprin dan norepineprin yang mengakibatkan perangsangan reseptor alpa dan beta. Kombinasi efek perangsang dari reseptor alpa dan beta akibat sekresi katekolamin yang berlebihan akan menimbulkan penurunan aliran darah dari dan ke plasenta sehingga membatasi suplai oksigen serta penurunan efektifitas dari kontraksi uterus yang memperlambat proses persalinan, hambatan fisik lainnya yang dapat menimbulkan rasa sakit atau nyeri adalah akibat dari persalinan yang berlangsung lama, ibu mempunyai penyakit atau penyulit saat bersalin dan pemeriksaan jalan lahir berulang‐ulang oleh tenaga medis (Kinney, 2002; Danuatmaja, 2004).
Secara psikologis pengurangan nyeri akan menurunkan tekanan yang luar biasa bagi ibu dan bayinya. Ibu mungkin akan menemukan kesulitan untuk bertinteraksi dengan bayinya setelah lahir karena ia mengalami kelelahan saat menghadapi nyeri persalinan. Peristiwa atau kesan yang tidak menyenangkan saat melahirkan dapat mempengaruhi responnya terhadap aktifitas seksual atau untuk melahirkan yang akan datang (Kinney et al, 2000).
(52)
2. Keadaan Fisik
Penyakit yang menyertai ibu dalam kehamilan adalah salah satu faktor yang menyebabkan kecemasan. Seseorang yang menderita suatu penyakit akan lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan orang yang tidak sedang menderita sakit (Carpenito, 2001). Seorang ibu yang hamil dengan suatu penyakit yang menyertai kehamilannya maka ibu tersebut akan lebih cemas lagi karena kehamilan dan persalinan meskipun dianggap fisiologis namun tetap beresiko terjadi hal‐hal yang patologis.
3. Riwayat Pemeriksaan Kehamilan.
Ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya pada dokter ahli kebidanan, dokter umum dan bidan. Tujuan pemeriksaan dan pengawasan ibu hamil adalah : a. Mengenali dan menangani penyulit‐penyulit yang mungkin dijumpai dalam
kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Mengenali dan mengobati penyakit‐penyakit yang mungkin diderita ibu sedini mungkin.
c. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
d. Memberikan nasehat‐nasehat tentang cara hidup sehari‐hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi (Mochtar, 1998).
(53)
Dalam setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan ke petugas kesehatan, selain pemeriksaan fisik, ibu akan mendapatkan informasi/pendidikan kesehatan tentang perawatan kehamilan yang baik, persiapan menjelang persalinan baik fisik maupun psikis, serta informasi mengenai proses persalinan yang akan dihadapi nanti. Dengan demikian ibu diharapkan dapat lebih siap dan lebih percaya diri dalam menghadapi proses persalinan. Untuk itu selama hamil hendaknya ibu memeriksakan kehamilannya secara teratur ke petugas kesehatan.
Idealnya ibu hendaknya memeriksakan kehamilannya paling tidak sekali dalam sebulan atau jika ada keluhan. Namun WHO menetapkan standar minimal kunjungan ibu hamil ke petugas kesehatan adalah 4 x selama hamil, yakni 1 x pada trismester pertama, 1 x pada trismester kedua dan 2 x pada trismester III (Saifudin, 2001).
4. Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh seseorang tentang suatu hal secara formal maupun non formal. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2005). Selanjutnya dikatakan
(54)
bahwa prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih permanen dianut seseorang dibandingkan dengan prilaku yang biasa berlaku (Suharjo, 1996).
Pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah mengalami kecemasan. Ketidaktahuan tentang suatu hal dianggap sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan krisi dan dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan dapat terjadi pada ibu dengan pengetahuan yang rendah tentang proses persalianan, hal‐hal yang akan dan harus dialami oleh ibu sebagai dampak dari kemajuan persalinan. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh (Suwandi, 1997).
5. Dukungan Lingkungan Sosial (Dukungan suami)
Dukungan suami kepada ibu saat bersalin merupakan bagian dari dukungan sosial. Dukungan sosial secara psikologis dipandang sebagai hal yang kompleks. Wortmen dan Dunkell scheffer (dalam Abraham, 1997) mengidentifikasi beberapa jenis dukungan yang meliputi ekspresi peranan positif, termasuk menunjukkan bahwa seseorang diperlakukan dengan penghargaan yang tinggi dan ekspresi persetujuan atau pemberitahuan tentang ketepatan, keyakinan dan perasaan seseorang.
Dukungan keluarga terlebih suami saat ibu melahirkan sangat dibutuhkan seperti kehadiran keluarga /suami untuk mendampingi istri menjelang saat melahirkan atau suami menyentuh tangan istri dengan penuh perasaan sehingga
(55)
istri akan merasa lebih tenang untuk menghadapi proses persalinan, selain itu kata‐ kata yang mampu memotivasi dan memberikan keyakinan pada ibu bahwa proses persalinan yang dijalani ibu akan berlangsung dengan baik sehingga ibu tidak perlu merasa cemas, tegang atau ketakutan (Musbikin, 2005).
Pada kala I persalinan, reaksi psikososial ibu yang akan melahirkan, antara lain adalah perasaan kecemasan, ketakutan dan meningkatnya sensitivitas nyeri. Reaksi tersebut direspons sebagai stressor psikologis dan secara patofisiologis terlepaslah hormon stress dan aktivasi dari system simpatis, selanjutnya menimbulkan refleks otonom, akibatnya terjadilah vasokonstriksi sistemik, yang akan menimbulkan berbagaigejala klinis seperti penurunan kontraksi otot rahim, kakunya otot skelet sehingga proses persalinan berlangsung lebih lama (LeDoux, 1998; Niven, 1992).
Dukungan suami pada kala 1 seperti : 1. Fase laten
a. Berlatih menghitung waktu kontraksi. Jarak antara kontraksi dihitung mulai awal sebuah kontraksi sampai awal kontraksi berikutnya. Hitunglah secara berkala dan buat catatan jika jarak antara kontraksi kurang dari 10 menit. b. Memberi ketenangan dan rasa santai pada ibu dengan ketenangan diri
(56)
relaksasi bersama‐sama atau pijatlah ibu dengan lembut dan tidak tergesa‐ gesa. Jangan memulai latihan pernafasan karena terlalu dini.
c. Pertahankan rasa humor, baik bagi diri ibu maupun suami.
d. Membantu ibu mengalihkan perhatian, misalnya menonton TV dan berjalan‐ jalan.
e. Memberikan kenyamanan, keyakinan dan dukungan kepada ibu f. Mempertahankan stamina. Makan dan minum secara berkala g. Bantu ibu untuk menghubungi tim medis
2. Fase aktif
a. Menjaga pintu ruang bersalin agar tetap tertutup, lampu tidak terlalu terang agar ibu dapat istrahat. Jika diijinkan pemasangan musik lembut dapat membantu. Lanjutkan teknik relaksasi diantara waktu kontraksi, selain itu tetap tenang.
b. Mengikuti perkembangan kontraksi.
c. Anjurkan ibu untuk menarik nafas jika kontraksi sulit.
d. Jika ibu menunjukkan tanda‐tanda hiperventilasi mintalah ibu menghembuskan nafas dikantong kertas atau pada tangan yang dikatubkan kemudian hirup kembali udara yang dihembuskan. Ulangi beberapa kali sampai ibu merasa baik. Jika tidak segera beritahu dokter atau perawat.
(57)
e. Terus memberikan kata‐kata yang meyakinkan ibu, pujian dan jangan mengkritik.
f. Pijat ibu dengan teknik yang sudah dipelajari untuk membuatnya nyaman . g. Jangan menganggap tidak ada sakit meskipun ibu tidak mengeluh sedikitpun. h. Ingatkan ibu untuk rileks diantara kontraksi.
i. Ingatkan ibu untuk mencoba buang air kecil.
j. Jangan tersinggung jika ibu tidak bereaksi atau malah seperti terganggu terhadap usaha yang dilakukan pendamping.
k. Jika diperbolehkan tawarkan ibu minum air melalui sedotan. l. Gunakan lap basah untuk menyegarkan tubuh dan wajahnya.
m. Teruskan usaha mengalihkan perhatiannya, beri semangat dan dukungan n. Usahakan perubahan posisi, jika mungkin berjalan‐jalanlah bersamanya. o. Sedapat mungkin wakilli ibu saat berhubungan dengan petugas medis. p. Jika ibu meminta obat pereda sakit sampaikan kepada perawat atau dokter 6. Pendidikan
Pendidikan adalah proses belajar, yang berarti didalam pendidikan terjadi proses perkembangan atau perubahan kearah yang lebih baik dari individu, kelompok dan masyarakat yang lebih luas. Pendidikan sejalan dengan pengetahuan dimana pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah penginderaan terhadap
(58)
suatu objek tertentu dan pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003)
Raystone (dalam Maria, 2005) tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Seseorang yang mempunyai pendidikan yang tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak mempunyai pendidikan. Kecemasan adalah respon yang dapat dipelajari. Dengan demikian pendidikan yang rendah menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan.
2.3. Landasan Teori
Berdasarkan pendapat para ahli (Maria, 2005; Prameswati,2004; Carpenito, 2001; dan Soewandi, 1997) dapat disimpulkan bahwa faktor‐faktor terjadinya kecemasan pada ibu bersalin primigravida kala 1 dapat disebabkan oleh nyeri persalinan, keadaan fisik ibu, riwayat pemeriksaan kehamilan, rasa takut, kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan, dukungan dari lingkungan sosial (suami/keluarga atau teman) serta latar belakang psikologi dari wanita yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, sosial ekonomi.
(59)
2.4. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan landasan teori, maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Faktor‐faktor yang memengaruhi
kecemasan ibu bersalin primigravida kala 1 :
1. Nyeri
2. Keadaan fisik
3. Riwayat pemeriksaan kehamilan
4. Pengetahuan
5. Dukungan lingkungan sosial
6. Pendidikan
Kecemasan ibu bersalin primigravida kala 1 :
1. Ringan
2. Sedang
(60)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah survey dengan pendekatan explanatory research.
Penelitian explanatory (penjelasan) adalah suatu penelitian untuk menjelaskan
hubungan kausal antara varabel‐variabel melalui pengujian hipotesis.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSU. dr. Pirngadi Medan. Waktu penelitian
dilaksanakan selama tiga bulan, terhitung dari bulan Juni sampai dengan Agustus
tahun 2009.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin primi yang dirawat di RSU.
dr. Pirngadi Medan yang ditemukan selama rentang waktu penelitian yakni sejumlah 78 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian, dengan kriteria inklusi yaitu ibu yang telah melahirkan dengan waktu maksimum 3 hari setelah melahirkan.
(61)
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden dengan
berpedoman pada kuisioner penelitian yang telah disusun dan mengacu pada
variabel yang diteliti, sedangkan data sekunder diperoleh dari RSU. dr. Pirngadi
Medan yang digunakan untuk membantu analisi terhadap data primer yang
diperoleh.
Kuisioner yang telah disiapkan terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap
30 orang ibu bersalin primigravida di RSUP. Haji Adam Malik Medan untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur.
3.4.1. Uji Validitas
Uji validitas menunjukkan kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Azwar, 2000). Uji
validitas instrument penelitian yang digunakan adalah validitas konstruk dengan
mengetahui nilai total setiap item pada analisis validitas yang tercantum pada nilai correlation corrected item. Suatu pertanyaan atau pernyataan dikatakan valid atau bermakna sebagai alat pengumpul data bila korelasi hasil hitung (r‐hitung) lebih
(1)
Pengetahuan * Kecemasan
Crosstab
0 2 19 21
3.5 6.7 10.8 21.0
.0% 9.5% 90.5% 100.0%
5 8 19 32
5.3 10.3 16.4 32.0
15.6% 25.0% 59.4% 100.0%
8 15 2 25
4.2 8.0 12.8 25.0
32.0% 60.0% 8.0% 100.0%
13 25 40 78
13.0 25.0 40.0 78.0
16.7% 32.1% 51.3% 100.0%
Count
Expected Count % within Pengetahua Count
Expected Count % within Pengetahua Count
Expected Count % within Pengetahua Count
Expected Count % within Pengetahua Pengetahuan Kuran
Pengetahuan Cuku
Pengetahuan Baik Pengetahuan
Total
Kecemasan Ringan
Kecemasan Sedang
Kecemasan Berat Kecemasan
Total
Chi-Square Tests
32.794a 4 .000
39.483 4 .000
26.813 1 .000
78 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
2 cells (22.2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.50.
(2)
Dukungan Sosial * Kecemasan
(3)
Pendidikan * Kecemasan
Crosstab
1 5 25 31
5.2 9.9 15.9 31.0
3.2% 16.1% 80.6% 100.0%
9 15 12 36
6.0 11.5 18.5 36.0
25.0% 41.7% 33.3% 100.0%
3 5 3 11
1.8 3.5 5.6 11.0
27.3% 45.5% 27.3% 100.0%
13 25 40 78
13.0 25.0 40.0 78.0
16.7% 32.1% 51.3% 100.0%
Count
Expected Count % within Pendidika Count
Expected Count % within Pendidika Count
Expected Count % within Pendidika Count
Expected Count % within Pendidika Rendah ( SD, SMP)
Menengah (SMA / SM
Tinggi ( D3 / PT) Pendidikan
Total
Kecemasan Ringan
Kecemasan Sedang
Kecemasan Berat Kecemasan
Total
Chi-Square Tests
18.420a 4 .001
19.975 4 .001
13.951 1 .000
78 Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
2 cells (22.2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.83.
(4)
Descriptives
NPar Tests
Descriptive Statistics
78 9 0 9 4.73 .321 2.836 8.043 -.091 .272
78 4 0 4 .31 .113 .997 .995 3.049 .272
78 1 1 2 1.24 .049 .432 .187 1.218 .272
78 21 9 30 20.88 .714 6.304 39.740 -.652 .272
78 19 10 29 19.65 .656 5.795 33.580 .063 .272
78 2 1 3 1.74 .078 .692 .479 .389 .272
78 52 68 120 95.97 1.407 12.423 154.337 -.890 .272 78
nyeri
Keadaan Fisik Riwayat Pemeriksa Kehamilan
pengetahuan dukungan Pendidikan kecemasan Valid N (listwise)
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic Statistic Std. Error N Range MinimumMaximum Mean Std. Variance Skewness
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
78 78 78 78 78 78
4.73 .31 1.24 20.88 19.65 95.97
2.836 .997 .432 6.304 5.795 12.423
.160 .531 .470 .237 .196 .225
.127 .531 .470 .151 .172 .162
-.160 -.379 -.286 -.237 -.196 -.225 N
Mean
Std. Deviation Normal Parametersa,b
Absolute Positive Negative Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
nyeri
Keadaan Fisik
Riwayat Pemeriksaan
(5)
MULTIVARIAT
Regression
Variables Entered/Removedb
Pendidika n, Keadaan Fisik, Riwayat Pemeriksa an Kehamila n, nyeri, pengetahu an, dukungana
. Enter Model
1
Variables Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered. a.
Dependent Variable: kecemasan b.
Model Summaryb
.703a .494 .451 9.204 1.810
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Pendidikan, Keadaan Fisik, Riwayat Pemeriksaan Kehamilan, nyeri, pengetahuan, dukungan a.
Dependent Variable: kecemasan b.
(6)
ANOVAb
5869.609 6 978.268 11.549 .000a
6014.340 71 84.709
11883.949 77
Regression Residual Total Model 1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Pendidikan, Keadaan Fisik, Riwayat Pemeriksaan Kehamilan, nyeri, pengetahuan, dukungan
a.
Dependent Variable: kecemasan b.
Coefficientsa
118.693 6.254 18.978 .000
1.203 .414 .275 2.902 .005 .796 1.256
-.349 1.118 -.028 -.313 .755 .885 1.130 -7.126 2.992 -.248 -2.381 .020 .658 1.519 -.482 .209 -.245 -2.304 .024 .632 1.583 -.752 .261 -.351 -2.881 .005 .481 2.079 3.104 2.241 .173 1.385 .170 .457 2.186 (Constant)
nyeri
Keadaan Fisik Riwayat Pemeriksa Kehamilan
pengetahuan dukungan Pendidikan Model
1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: kecemasan a.