Kurangnya perawatan diri masa pascasalin berhubungan erat dengan kejadian infeksi nifas. Infeksi nifas merupakan salah satu komplikasi pascasalin
yang menyebabkan masih tingginya AKI di Indonesia Wiludjeng, 2005. Penelitian sebelumnya memaparkan tentang masyarakat suku Karo di kota yang
masih mempercayai perawatan tradisional sebagai media untuk menjaga kesehatan ibu nifas Sari, 2004. Dalam hal ini peneliti sebelumnya hanya
menekankan pada faktor budaya. Namun belum ada literatur yang menjelaskan faktor yang paling dominan mempengaruhi perawatan diri ibu pascasalin.
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti merasa tertarik dan menganggap penting untuk melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi ibu
pascasalin dalam melakukan perawatan diri.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan diri ibu pascasalin di RSU Pirngadi Medan serta faktor apa yang paling dominan ?
1.3 Tujuan Penelitian
- Mengidentifikasi faktor keadaan masa lalu Ibu pascasalin.
- Mengidentifikasi faktor lingkungan Ibu pascasalin.
- Mengidentifikasi faktor internal Ibu pascasalin.
- Mengidentifikasi faktor petugas kesehatan.
- Mengidentifikasi faktor pendidikan kesehatan.
- Mengidentifikasi faktor yang paling dominan dalam perawatan diri Ibu
pascasalin.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat untuk Praktik Keperawatan
Memberikan informasi tentang asuhan keperawatan pada Ibu pascasalin, dan membantu meningkatkan derajat praktik keperawatan untuk memotivasi Ibu
pascasalin agar melakukan perawatan diri.
1.4.2 Manfaat untuk Pendidikan Keperawatan
Mengembangkan pendidikan keperawatan khususnya pada Ibu pascasalin, dan membantu memberikan informasi tentang apa saja yang termasuk perawatan
diri pascasalin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
1.4.3 Manfaat untuk Peneliti
Sebagai sarana untuk pengembangan diri dan penerapan pengetahuan yang diperoleh di fakultas, serta mendapat pengalaman dalam melakukan penelitian.
BAB 2
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pascasalin
2.1.1 Pengertian
Pascasalin atau puerperium adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Pascasalin
berakhir selama kira-kira 6 minggu Bari, 2002 dalam Harnawatiaj, 2008 . Menurut WHO pascasalin atau puerperium adalah masa setelah 1 jam
plasenta lahir sampai berakhirnya minggu keenam atau berlangsung selama 42 hari Manuaba, 2001.
2.1.2 Periode Pascasalin
Pascasalin puerperium di bagi dalam 3 periode yaitu puerperium dini, saat ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih
dan boleh berjalan setelah 40 hari. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6-8 minggu. Puerperium remote,
yaitu waktu yang diperlukan untuk kepulihan dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi Harnawatiaj, 2008.
Masa setelah melahirkan ini mendapatkan istilah khusus karena seorang ibu memerlukan perawatan, bantuan, dan pengawasan demi pulihnya kesehatan
seperti sebelum melahirkan. Dalam perumusan pascasalin, dikatakan bahwa waktu pascasalin itu tertentu, jadi bukan berarti bahwa setelah ibu melahirkan
akan selalu disebut dalam masa pascasalin dengan tidak terbatas, atau terbatas sampai kelahiran anak yang berikutnya. Maksud dari waktu tertentu adalah waktu
untuk memulihkan kesehatan umum dan mengembalikan keadaan organ yang 5
Universitas Sumatera Utara
mengalami perubahan. Waktu ini umumnya dibatasi antara 6 sampai 12 minggu apabila dalam keadaan normal, dan waktu ini di anggap cukup untuk
mengembalikan keadaan organ seperti pada saat ketika belum hamil. Tentu saja bila tidak terjadi komplikasi.
Tetapi ada pula yang menentukan bahwa masa nifas itu hanya selama 7-10 hari saja, yaitu sampai ibu selesai di rawat di rumah sakit dan dianggap cukup
sehat dan kuat untuk pulang ke rumah. Batas waktu ini mungkin dapat diterima bila pulihnya keadaan tersebut hanya bagi kesehatan umum saja, yang dalam
kenyataannya waktu 10 hari sesudah melahirkan bila keadaan normal ibu sudah tampak sehat. Jadi, di sini tidak memperhitungkan kembalinya uterus dan organ-
organ lain ke keadaan normal. Karena uterus dan organ-organ reproduksi yang lain tidak dapat kembali seperti semula dalam waktu 10 hari Ibrahim, 1996.
2.1.3 Perubahan Fisiologis Pada Masa Pascasalin
Perubahan fisiologis pada masa pascasalin terjadi pada sistem reproduksi, servik, perineum, vulva dan vagina, payudara, sistem perkemihan, sistem
gastrointestinal, sistem kardiovaskuler, sistem endokrin, sistem muskuloskeletal, dan sistem integumen Harnawatiaj, 2008.
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil involusi sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Pada saat bayi lahir fundus uteri setinggi pusat
dengan berat uterus 1000 gram, pada akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari di bawah pusat dengan berat uterus 750 gram. Ketika satu minggu
pascasalin tinggi fundus uteri teraba pertengahan pusat simpisis pubis dengan berat 500 gram. Dua minggu pascasalin tinggi fundus uteri tidak teraba di atas
Universitas Sumatera Utara
simpisis pubis dengan berat uterus 350 gram, dan enam minggu pascasalin bertambah kecil dengan berat 50 gram. Servik mengalami involusi bersama-sama
uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua jari tangan, setelah 6 minggu persalinan servik menutup Harnawatiaj, 2008.
Lokhea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina. Dalam masa postpartum, ada macam-macam lokhea yaitu; lokhea rubra kruenta
berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium selama dua hari pascasalin; lokhea sangunolenta berwarna
kuning, berisi darah dan lendir, pada hari ketiga sampai ketujuh postpartum; lokhea serosa yang berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi pada hari ketujuh
sampai keempat belas pascasalin; lokhea alba berupa cairan putih setelah dua minggu; lokhea purulenta cairan seperti nanah berbau busuk dan terjadi bila ada
infeksi; serta lokheastasis yaitu lokhea yang tidak lancar keluar Harnawatiaj, 2008.
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama setelah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah tiga minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol. Setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap
lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan Harnawatiaj, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan pada payudara dapat meliputi penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan. Kolostrum
sudah ada saat persalinan, produksi ASI terjadi pada hari kedua atau hari ketiga setelah persalinan dan payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya
proses laktasi Harnawatiaj, 2008. Pada sistem perkemihan buang air kecil sering sulit selama 24 jam
pertama, kemungkinan terdapat spasme sphincter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis
selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon
estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini merupakan deuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal
dalam tempo enam minggu. Pada sistem gastrointersinal kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sampai faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron
menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering
kosong jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit di daerah perineum dapat menghalangi buang air besar Harnawatiaj, 2008.
Setelah terjadi deuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan
hemoglobin kembali normal pada hari ke-5 meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap
lebih tinggi dari pada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat, pembekuan darah harus dicegah
Universitas Sumatera Utara
dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini. Pada sistem endokrin kadar estrogen menurun 10 dalam waktu sekitar 3 jam pascasalin.
Progesteron turun pada hari ketiga pascasalin sedangkan kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang Harnawatiaj, 2008.
Pada sistem muskuloskletal, ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam postpartum. Ambulasi dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan
mempercepat proses involusi. Penurunan melanin umumnya terjadi pada sistem integumen setelah persalinan, menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit
dan perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun Harnawatiaj, 2008.
2.1.4 Kebutuhan Dalam Masa pascasalin
Kebutuhan dalam masa pascasalin meliputi kebutuhan fisik, psikologis, sosial. Dalam beberapa aspek kebutuhan-kebutuhan tersebut saling berkaitan.
Kebutuhan fisik maksudnya adalah keadaan ibu selama hamil umumnya menurun walaupun tidak sakit. Waktu persalinan, keadaan umum ini lebih menurun lagi
karena kelelahan, kesakitan, perdarahan, dan adanya luka bekas plasenta melekat dan luka pada vagina atau perineum. Pada periode pascasalin inilah waktunya
berusaha memulihkan keadaan umum kembali seperti sebelum hamil. Untuk itu, menurut kebutuhan-kebutuhan fisik diperlukan istirahat cukup, makan bergizi,
udara segar, lingkungan bersih bebas dari ancaman kuman-kuman penyakit. Dalam pemenuhan kebutuhan ini, diperlukan pengawasan dan perawatan yang
sempurna serta pengertian dari keluarga setelah ibu pulang nanti Ibrahim, 1996.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan psikologis merupakan kebutuhan bagi tiap-tiap individu, bahwa manusia butuh diakui oleh manusia lain, butuh dikenal, butuh dihargai,
butuh diperhatikan, butuh hubungan yang sehat, dan sebagainya. Perlu diingat setelah melahirkan keadaan psikis ibu mengalami distress karena adanya
kelelahan dan kekecewaan, keadaan ini disebut postpartum syndrom depresi setelah melahirkan. Dalam pemenuhan kebutuhan psikologis ini perawat dan
semua petugas kesehatan yang berhubungan, serta keluarga harus bersikap dan bertindak bijaksana. Harus dapat menunjukkan rasa simpatik, mengakui,
menghargai, menghormati ibu sebagaimana adanya, memperhatikan ibu dengan memberikan ucapan selamat misalnya, akan dapat memberikan perasaan senang.
Dengan adanya a good human relationship diharapkan dapat memenuhi kebutuhan psikologis ibu setelah melahirkan Ibrahim, 1980.
2.2 Perawatan Diri 2.2.1 Pengertian
Merawat adalah suatu aktivitas atau kegiatan dengan ruang lingkup yang luas, yang dapat menyangkut diri kita sendiri, orang lain atau sesuatu yang lain
dapat juga menyangkut lingkungan kita. Jika kita merawat sesuatu, kita menginginkan agar hasil yang dicapai akan memuaskan, jadi kita akan selalu
berusaha untuk mencapai suatu keseimbangan antara keinginan kita dan hasil yang akan diperoleh. Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar
manusia biologis, psikologis, sosial, dan spiritual dalam rentang sakit sampai
dengan sehat Aziz, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Perawatan diri mempunyai arti yang lebih luas dari apa yang sering diartikan dengan cara merawat diri menurut AKS aktivitas kehidupan sehari-
hari. Dalam pengertian merawat diri individu, terdapat beberapa hal yang mendasar yaitu pertama menyangkut sejumlah nilai, norma dan pendapat
sehubungan dengan perbuatan seseorang sesuai dengan tindakannya. Kedua menyangkut juga pengertian, pandangan pribadi, dan beberapa aspek tertentu.
Seseorang menginginkan suatu perawatan tertentu berdasarkan pandangan- pandangan pribadinya. Jika seseorang tidak lagi berminat mengambil keputusan
semacam ini, maka ia akan mengalami gangguan merawat diri. Jadi dapat dikatakan bahwa kegiatan perawatan diri merupakan sikap dan kegiatan yang
dilakukan pada saat perawatan diri itu berlangsung Stevens dkk, 2000. Perawatan pascasalin adalah perawatan terhadap wanita yang telah selesai
bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira- kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genitalia baru pulih kembali seperti
sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan Hanafiah, 2004.
2.2.2 Jenis-jenis perawatan diri pascasalin
Setelah lahirnya plasenta, organ-organ reproduksi akan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses pemulihan ibu
harus melakukan perawatan diri pascasalin. Ada beberapa jenis perawatan diri yang dapat dilakukan oleh ibu pascasalin diantaranya: perawatan vulva dan
perineum, perawatan uterus dan abdomen, perawatan payudara, perawatan kaki, perawatan hemoroid, dan perawatan kulit Pritchard, dkk.1991.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Cara Melakukan Perawatan Diri Post Partum a. Perawatan Vulva dan Perineum
Vulva adalah bentuk lonjong dibatasi oleh klitoris pada bagian depan, kanan kiri oleh labia minora, dibelakang oleh perineum, terdapat orificium
eksternal Mochtar,1991. Perawatan vulva dapat dimulai dengan menyiram genitalia eksterna dan anus dengan air yang bersih kemudian cuci dengan sabun
sampai kotoran-kotoran yang keluar dari vagina bersih. Kemudian bilas dengan air bersih. Lakukan perawatan vulva ketika mandi dan setiap kali ibu merasa tidak
nyaman Pritchard,1991. Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva
dan anus. Yang perlu diperhatikan dalam perawatan perineum adalah bentuk luka perineum. Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu Ruptur
dan Episiotomi Danis, 2000 dalam Harnawatiaj, 2008. Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya
jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala dan bahu janin pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang
robek sulit dilakukan penjahitan Hamilton, 2002. Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan
tepat sebelum keluarnya kepala bayi. Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini
dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anastesi local, kecuali bila pasien
sudah diberi anastesi epidural Derek, 2002 dalam Harnawatiaj, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hamilton 1995 lingkup perawatan perineum adalah mencegah kontaminasi dari rektum, menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena
trauma. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau. Prosedur yang diajurkan kepada ibu untuk melakukan perawatan perineum yaitu
mencuci tangan, membuang pembalut yang penuh dengan gerakan kebawah mengarah ke rektum dan letakkan pembalut tersebut kedalam kantong plastik,
berkemih dan BAB ke toilet, siramkan air ke seluruh perineum, keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke belakang kemudian setelah
semua selesai cuci kembali tangan Hamilton, 1995. Perawatan perineum juga bisa dilakukan dengan cara penghangatan
kering. Penghangatan kering dari cahaya lampu kadang-kadang digunakan untuk meningkatkan penyembuhan perineal, caranya perineum dibersihkan terlebih
dahulu untuk membuang sekresi. Ibu berbaring terlentang dengan lutut fleksi dan diregangkan, dan lampu diletakkan dengan jarak 20 inci dari perineum.
Penghangatan dengan cahaya lampu biasanya dilakukan tiga kali sehari selama 20 menit Hamilton, 1995.
b. Perawatan Uterus dan Abdomen
Uterus rahim adalah struktur otot yang cukup kuat, dibagian luar ditutupi peritoneum dan rongga dalam dilapisi oleh mukosa rahim. Dalam keadaan tidak
hamil, rahim terletak dalam rongga panggul kecil antara kandung kemih dan dubur. Rahim bentuknya seperti bola lampu pijar atau buah pear dan berongga
terdiri atas 3 bagian besar yaitu badan rahim berbentuk segitiga, leher rahim berbentuk silinder, dan rongga rahim Mochtar, 1991.
Universitas Sumatera Utara
Besarnya rahim berbeda-beda tergantung pada usia, pernah melahirkan anak atau belum, ukurannya kira-kira sebesar telur ayam kampung. Pada nulipara
ukurannya 5,5-8 cm x 3,5-4 cm x 2-2,5 cm sedangkan pada multipara 9-9,5 cm x 5,5-6 cm x 3-3,5 cm. Beratnya 40-50gr pada nulipara dan 60-70gr pada multipara.
Mochtar, 1991. Segera setelah melahirkan ukuran dan konsistensi uterus kira- kira seperti buah melon kecil dan fundusnya terletak tepat dibawah umbilicus.
Setelah itu tinggi fundus berkurang 1-2 cm setiap hari sampai akhir minggu pertama, saat tinggi fundus sejajar dengan dengan tulang pubis Hamilton, 1995.
Dengan kontraksi yang baik, uterus bisa diharapkan kembali mengkerut ke ukuran normal tanpa bantuan obat-obatan. Karena kontraksi pada dasarnya tidak
hanya dibutuhkan untuk mengeluarkan janin saat persalinan. Tapi juga mengembalikan rahim ke bentuk dan ukuran semula, baik pada persalinan normal
maupun persalinan dengan tindakan seperti vakum, forcep ataupun sesar Pritchard,1991. Untuk memaksimalkan involusi uteri dan memulihkan tonus
abdomen dapat dibantu dengan penggunaan korset dan melakukan senam nifas. Latihan ini dapat dilakukan dalam waktu 5-10 kali hitungan setiap harinya dan
akan meningkat secara berlahan-lahan. Program senam nifas dimulai dari tahap yang paling sederhana hingga yang sulit. Adapun gerakan-gerakannya sebagai
berikut: Hari pertama, ambil nafas dalam-dalam, perut dikembungkan, kemudian
napas dikeluarkan melalui mulut. Ini dilakukan dalam posisi tidur terlentang. Hari kedua, tidur terlentang, kaki lurus, tangan direntangkan kemudian ditepukkan
ke muka badan dengan sikap tangan lurus, dan kembali ke samping. Hari ketiga, berbaring dengan posisi tangan di samping badan, angkat lutut dan
Universitas Sumatera Utara
pantat kemudian diturunkan kembali. Hari keempat, tidur terlentang, lutut ditekuk, kepala diangkat sambil mengangkat pantat. Hari kelima, tidur terlentang, kaki
lurus, bersama-sama dengan mengangkat kepala, tangan kanan, menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya. Hari keenam, tidur terlentang, kaki lurus,
kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90
o
secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan. Hari ketujuh, tidur terlentang kaki lurus kemudian kaki dibuka sambil
diputar ke arah luar secara bergantian. Hari 8, 9, 10, tidur terlentang kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan di tengkuk kemudian bangun untuk duduk sit
up Schemieg, 2009.
c. Perawatan Payudara