e PT Siemens Indonesia sebagai Terlapor V
f PT Surya Bali Makmur sebagai Terlapor VI
g DV Medika sebagai terlapor VII
h Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng, Singaraja, Bali
sebagai terlapor VIII Adapun tahap-tahap pemeriksaan yang dilakukan KPPU terhadap kasus
persekongkolan dalam tender pengadaan barang dan jasa APBN RSUD Kabupaten Buleleng Tahun Anggaran 2007 tersebut mengacu pada Peraturan
KPPU No. 1 Tahun 2006 dan dimuat dalam Putusan KPPU No. 15KPPU-L2008 adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dan Klarifikasi
Menurut Peraturan KPPU No. 1 Tahun 2006, penelitian dan klarifikasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Sekretariat Komisi untuk mendapatkan
kelengkapan dan kejelasan laporan dari pelapor. Laporan yang disampaikan oleh pelapor kepada KPPU baik oleh masyarakat yang dirugikan atau atas dasar
laporan dari pelaku usaha yang dirugikan mengenai telah terjadi atau dugaan terjadinya pelanggaran terhadap Undag-Undang Anti monopoli.
Pada 27 Agustus 2007 Sekretariat Komisi menerima laporan tentang Dugaan
Pelanggaran Undang-Undang Anti Monopoli yang berkaitan dengan pelaksanaan lelang pengadaan akalt kedokteran, kesehatan dan KB RSUD Kabupaten
Buleleng, Singaraja, Bali, khususnya pengadaan alat Linier Array Tranducer For G50. Diduga telah terjadi pelanggaran pasal 19 huruf d dan pasal 22 Undang-
Undang Anti Monopoli berupa :
a Panitia lelang tidak memberi peluang kepada peserta lelang, tidak memuat
usulan dan penolakan dalam BeritavAcara menjelasanaanwijzing, dan memberitahukan pengumuman pemenang lelang satu hari sebelum masa
sanggah berakhir b
PD Sadha Agung, UD Azka Graha Mandiri dan CV. Surya Chandra Nata melakukan kerja sama dalam menyusun Lembaran Rencana Kegiatan Time
schedule c
PT. Surya Bali Makmur tidak memberikan surat dukungan kepada seluruh peserta lelang
d DV Medika – Diponegoro dijadikan Kop surat PT. Surya Bali Makmur;
e PT. Siemens Indonesia tidak melakukan pemantauan.
Majelis komisi melakukan penelitian dan klarifikasi laporan guna mendapatkan
kejelasan dan kelengkapan tentang dugaan pelanggaran tersebut. Untuk mendapatkan kejelasan dan kelengkapan dugaan pelanggaran Majelis Komisi
menugaskan Sekretariat Komisi untuk melakukan penelitian terhadap laporan dan meminta klarifikasi kepada para terlapor dan pihak lain yang terkait. Setelah
Sekretariat Komisi menilai bahwa laporan tersebut telah jelas dan lengkap, kemudian dibuat dalam bentuk resume laporan diantaranya memuat uraian dan
menjelaskan tentang identitas pelaku usaha, perjanjian dan atau kegiatan usaha yang diduga dilanggar, cara perjanjian dan atau kegiatan usaha dilakukan atau
dampak perjanjian dan atau kegiatan terhadap pesaing, kepentingan umum, konsumen dan atau kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat dari terjadinya
pelanggaran tersebut serta ketentuan Undang-Undang yang diduga dilanggar.
Penelitian dan klarifikasi laporan dilakukan selambat-lambatnya 60 enam puluh hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 tiga puluh hari kerja. Setelah resume
laporan telah lengkap dan jelas maka ketua Komisi menugaskan Sekretariat Komisi untuk melakukan monitoring kepada pelaku usaha yang diduga
melakukan pelanggaran. Berdasarkan peraturan KPPU No. 1 Tahun 2006, monitoring pelaku usaha adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Sekretariat Komisi untuk mendapatkan kelengkapan dan kejelasan mengenai pelanggaran yang diduga atau patut diduga
dilakukan oleh pelaku usaha berdasarkan data dan informasi yang berkembang di masyarakat. Kegiatan tersebut dilakukan Sekretariat Komisi untuk mendapatkan
kejelasan identitas maupun atas dugaan ada atau tidaknya pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha atau para terlapor. Kemudian Sekretariat Komisi
menyimpulkan hasil penelitian serta klarifikasi tersebut dalam bentuk resume monitoring. Namun dalam putusan KPPU No. 15KPPU-L2008 tersebut tidak
dimuat kapan sekretariat komisi melakukan penelitian dan klarifikasi.
2. Pemberkasan