Pemberkasan Gelar laporan Tata Cara Penanganan Perkara Oleh KPPU Dalam Perkara

Penelitian dan klarifikasi laporan dilakukan selambat-lambatnya 60 enam puluh hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 tiga puluh hari kerja. Setelah resume laporan telah lengkap dan jelas maka ketua Komisi menugaskan Sekretariat Komisi untuk melakukan monitoring kepada pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran. Berdasarkan peraturan KPPU No. 1 Tahun 2006, monitoring pelaku usaha adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Sekretariat Komisi untuk mendapatkan kelengkapan dan kejelasan mengenai pelanggaran yang diduga atau patut diduga dilakukan oleh pelaku usaha berdasarkan data dan informasi yang berkembang di masyarakat. Kegiatan tersebut dilakukan Sekretariat Komisi untuk mendapatkan kejelasan identitas maupun atas dugaan ada atau tidaknya pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha atau para terlapor. Kemudian Sekretariat Komisi menyimpulkan hasil penelitian serta klarifikasi tersebut dalam bentuk resume monitoring. Namun dalam putusan KPPU No. 15KPPU-L2008 tersebut tidak dimuat kapan sekretariat komisi melakukan penelitian dan klarifikasi.

2. Pemberkasan

Menurut peraturan KPPU No. 1 Tahun 2006, Pemberkasan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Sekretariat Komisi untuk meneliti kembali Resume laporan atau Resume Monitoring guna menyusun laporan dugaan pelanggaran. Setelah sekratariat Komisi menuangkan dalam bentuk resume monitoring, maka untuk selanjutnya melakukan pemberkasan resume monitoring. Dalam Putusan KPPU No. 15KPPU-L2008 ini pemberkasan dilakukan setelah penelitian dan klarifikasi laporan dinyatakan lengkap dan jelas. Pemberkasan resume monitoring dilakukan untuk menilai layak tidaknya dilakukan gelar laporan. Untuk melakukan penelitian tersebut Sekretariat Komisi kembali melakukan penelitian terhadap kejelasan serta kelengkapan resume monitoring. Hasil penilaian atau pemberkasan tersebut berisi data dan informasi mengenai identitas pelaku usaha, perjanjian dan atau kegiatan usaha yang diduga dilanggar, cara perjanjian dan atau kegiatan usaha dilakukan atau dampak perjanjian dan atau kegiatan terhadap pesaing, kepentingan umum, konsumen dan atau kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat dari terjadinya pelanggaran tersebut serta ketentuan Undang-Undang yang diduga dilanggar. Jangka waktu pemberkasan terhadap resume monitoring dilakukan paling lama 30 tiga puluh hari. Hasil penelitian dan pemberkasan tersebut dituangkan dalam bentuk laporan dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh para terlapor yang selanjutnya oleh Sekretariat Komisi disampaikan kepada Rapat Komisi untuk dilakukan gelar laporan. Namun dalam putusan KPPU No. 15KPPU-L2008 tersebut tidak dimuat kapan sekretariat komisi melakukan pemberkasan.

3. Gelar laporan

Setelah Sekratariat Komisi menyampaikan Berkas Laporan Dugaan pelanggaran pasal 22 Undang-Undang Anti Monopoli kemudian rapat komisi melakukan Gelar Laporan. Berdasarkan Peraturan KPPU No.1 tahun 2006 Gelar Laporan adalah penjelasan mengenai laporan dugaan pelanggaran yang disampaikan oleh Sekretariat Komisi kepada Komisi dalam suatu Rapat Gelar Laporan. Rapat gelar laporan dilakukan untuk memaparkan laporan dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh terlapor dalam suatu gelar laporan dan berdasarkan pemaparan tersebut komisi menilai layak tidaknya dilakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap laporan dugaan pelanggaran. Dalam kasus Putusan KPPU No. 15KPPU-L2008 dinilai layak untuk dilakukan pemeriksaan pendahuluan karena telah memenuhi unsure pasa 19 aya 2 peraturan KPPU No. 1 Tahun 2006 yaitu : a Identitas pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran yaitu Terlapor I, Panitia Lelang, adalah para Pegawai Negeri Sipil di RSUD Buleleng yang ditugaskan sebagai pelaksana lelang pengadaan alat Kedokteran, Kesehatan dan KB RSUD Kabupaten Buleleng, Singaraja Bali, Tahun Anggaran 2007 berdasarkan Keputusan Direktur RSUD Kab. BulelengKuasa Pengguna Anggaran No. 01.ASATKERRSUDIV2007 tanggal 17 Maret 2007, Terlapor II, PT PD Sadha Agung, adalah Badan Usaha yang berbentuk badan hukum, yang didirikan berdasarkan Akte Pendirian Nomor 44 Tanggal 3 Februari 1994 yang dibuat oleh Notaris Amir Sjarifuddin di Denpasar, Bali. Perubahan Anggaran Dasarnya terakhir diubah dengan Akte Nomor 1 Tanggal 1 Maret 2006, dibuat oleh Notaris I Gede Winarno, SH., di Denpasar, Bali. Kegiatan Terlapor II diantaranya bergerak di bidang perdagangan alat-alat kesehatan, Terlapor III, UD Azka Graha Mandiri, adalah Badan Usaha Perorangan, yang didirikan berdasarkan Akte Pendirian Nomor 52 Tanggal 28 Juli 2005, dibuat oleh Notaris I Ketut Senjaya, SH, di Denpasar, Bali. Kegiatan usaha Terlapor III diantaranya adalah perdagangan alat-alat kesehatan, Terlapor IV, CV Surya Chandra Nata, Badan Usaha Perseroan Komanditer yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian Nomor 11 tanggal 1 Nopember 1991 dibuat oleh Notaris I Putu Chandra, SH. di Denpasar, Bali. Perubahan Anggaran Dasarnya terakhir diubah dengan Akta Perubahan Anggaran Dasar No. 1 Tanggal 1 Maret 1993 di buat di Denpasar oleh Notaris I Putu Chandra, SH. Kegiatan usaha Terlapor IV diantaranya adalah menjalankan usaha alat kesehatan, Terlapor V, PT Siemens Indonesia adalah Badan Usaha yang berbentuk badan hukum dengan fasilitas Penanaman Modal Asing PMA, yang didirikan dan berkedudukan di Jakarta, yang Perubahan Anggaran Dasarnya terakhir diubah berdasarkan Akte Nomor 01 tanggal 09 Juli 2007, dibuat dihadapan Leolin Jayayanti, SH., Notaris 54 di Jakarta, yang merupakan anak perusahaan dari Siemens AG Medical Solutions USA, INC. USA, Terlapor VI, PT Surya Bali Makmur, Badan usaha yang berbentuk badan hukum, didirikan berdasarkan Akte Pendirian Nomor 1 tanggal 8 Oktober 2005, dibuat oleh Andy Shindhunata, SH., Notaris di Kabupaten Daerah Tingkat II Badung, Kuta, Bali. Kegiatan usaha Terlapor VI diantaranya adalah melakukan kegiatan usaha di bidang ekspor – impor peralatan perdagangan peralatan kesehatan, supplier, grosir, distributor, agen dan perwakilan dari perusahaan lainnya, Terlapor VII, DV Medika - Diponegoro adalah merek jasa, sehingga DV Medika- DiponegoroTerlapor VII tidak tepat didudukkan sebagai Terlapor dalam perkara ini, Terlapor VIII, Direktur RSUD Kabupaten Buleleng, Singaraja Bali, adalah Pejabat Pemerintah Daerah yang dijabat oleh dr. I Nyoman Mardana, Sp.B, selaku Pegawai Negeri Sipil, berdasarkan Keputusan Bupati Buleleng No. 821016BKD, Tahun 2003 dan No. 8001431BKD, Tahun 2007. b Perjanjian dan atau kegiatan yang diduga melanggar, yaitu kegiatan antara pelaku usaha yang bersekongkol dalam proses pemasukan dokumen penawaran dan antara pelaku usaha dengan pihak panitian lelang yang bersekongkol untuk mengatur pemenang tender. c Cara perjanjian dan atau kegiatan usaha dilakukan atau dampak perjanjian dan atau kegiatan terhadap persaingan, kepentingan umum, konsumen dan atau kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat dari terjadinya pelanggaran yaitu kegiatan yang dilakukan oleh PT Surya Bali Makmur yang tidak memberikan surat dukungan kepada seluruh peserta lelang sehingga mengakibatkan peserta lelang lain tidak dapat memenuhi persyaratan yang diajukan panitia lelang dalam tender tersebut. d Ketentuan Undang-Undang yang diduga dilanggar yaitu Pasal 19 huruf d dan pasal 22 Undang-Undang Anti Monopoli. Jangka waktu gelar laporan dilakukan selambat lambatnya 14 empat belas hari sejak selesainya pemberkasan. Dengan demikian setelah dilakukan penelitian dan klarifikasi, pemberkasan serta laporan telah dinyatakan lengkap dan jelas maka ketua Komisi merekomendasikan kepada rapat Komisi untuk dilakukan pemeriksaan pendahuluan.

4. Pemeriksaan Pendahuluan

Dokumen yang terkait

Pertimbangan Hukum KPPU Dalam Memutus Perkara No.35/KPPU-I/2010 Tentang Praktek Beauty Contest Sebagai Bentuk Persekongkolan Tender

2 77 194

Persekongkolan Tender Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dalam Praktek Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Kota Pematang Siantar Ditinjau Dari UU Nomor 5 Tahun 1999 (Studi Kasus RSU Kota Pematang Siantar)

2 83 190

Disparatis putusan sanksi denda pada persekongkolan tender (studi putusan MA perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013)

1 20 0

PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PENGADAAN BARANG SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HUKUM PERSAINGAN USAHA (Studi pada Putusan KPPU No. 15/KPPU-L/2008 dan No. 01/KPPU-L/2008)

2 62 11

ANALISIS HUKUM PUTUSAN KPPU NO. 21/KPPU-L/20087DAN PUTUSAN KPPU NO. 05/KPPU-L/2008 TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA

0 3 2

ANALISIS HUKUM PUTUSAN KPPU NO. 21/KPPU-L/20087DAN PUTUSAN KPPU NO. 05/KPPU-L/2008 TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA

0 5 12

INSTANSI PEMERINTAH DAN PERSEKONGKOLAN TENDER (Tinjauan yuridis terhadap putusan komisi pengawasan persaingan usaha No. 01/KPPU-L/2005 dan putusan No.20/KPPU-L/2007 tentang pengadaan alat kesehatan).

0 3 15

Pertimbangan Hukum KPPU Dalam Memutus Perkara No.35/KPPU-I/2010 Tentang Praktek Beauty Contest Sebagai Bentuk Persekongkolan Tender

0 0 10

Pertimbangan Hukum KPPU Dalam Memutus Perkara No.35/KPPU-I/2010 Tentang Praktek Beauty Contest Sebagai Bentuk Persekongkolan Tender

0 0 12

PENEGAKAN HUKUM PERSEKONGKOLAN TENDER DALAM PERSAINGAN USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT (Studi Putusan Perkara Nomor 01/KPPU-L/2016 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 22 Undang

0 0 15