Studi Pada Putusan KPPU No. 01KPPU-L2008 Penelitian dan Klarifikasi

Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha. e. Melarang Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III untuk mengikuti tender yang dilaksanakan RSUD Dr. Soeselo Kabupaten Tegal selama 1 satu tahun terhitung sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum tetap. Setelah membacakan putusannya, melalui Sekretariat Komisi segera memberitahukan putusannya berikut salinannya kepada para terlapor. Para terlapor dianggap telah menerima pemberitahuan petikan putusan berikut salinan putusan terhitung sejak haritanggal tersedianya salinan putusan yang dimaksud di website KPPU. Dan dalam waktu 30 tiga puluh hari sejak diterimanya pemberitahuan putusan Komisi, para terlapor wajib melaksanakan putusan tersebut dan melaporkan pelaksanaannya kepada Komisi. Berdasarkan hasil pemeriksaan dan penyelidikan, pelanggaran yang dilakukan oleh para terlapor oleh KPPU dikategorikan sebagai pelanggaran pasal 22 Undang-Undang Anti Monopoli, yaitu persekongkolan dalam tender. Sehingga pelanggaran tersebut dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Berdasarkan hasil pemeriksaan sampai dengan putusan, KPPU menemukan fakta-fakta bahwa pelaku usaha telah melanggar pasal 22 dan telah memberikan hukuman kepada para pelaku usaha yang terbukti bersalah dan memenuhi unsur- unsur persekongkilan dalam pasal 22 Undang-Undang Anti Monopoli.

2. Studi Pada Putusan KPPU No. 01KPPU-L2008

Penyelesaian perkara persekongkolan dalam tender pengadaan barang dan jasa alat kesehatan, kedokteran dan KB program upaya kesehatan perorangan Badan Pengelolaan RSUD Dokter Susilo Kabupaten Tegal Dana Tugas Pembantuan Tahun 2007 adalah proses atau tahapan yang dilakukan KPPU dalam melakukan pemeriksaan kasus persekongkolan dalam tender pengadaan barang dan jasa alat kesehatan, kedokteran dan KB program upaya kesehatan perorangan Badan Pengelolaan RSUD Dokter Susilo Kabupaten Tegal Dana Tugas Pembantuan Tahun 2007 berdasarkan Undang-Undang Anti Monopoli dan Peraturan KPPU No. 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Perkara di KPPU. Pemeriksaan perkara pelanggaran Undang-Undang Anti Monopoli dalam kasus ini dilakukan berdasarkan adanya laporan yang masuk ke KPPU. Berdasarkan laopran tersebut, maka KPPU mekalukan serangkaian pemeriksaan dugaan pelanggaran pasal 22 Undang-Undang Anti Monopoli yang dilakukan oleh para pelaku usaha sebagai berikut : a CV Guna Alkes sebagai Terlapor I b PT Agung Mulya Utama sebagai Terlapor II c PT Inti Medika Sejahtera sebagai Terlapor III d PT Setio Harto sebagai Terlapor IV e Panitia pengadaan barangjasa alat kesehatan, kedokteran dan KB program upaya kesehatan perorangan Badan Pengelolaan RSUD Dokter Susilo Kabupaten Tegal Dana Tugas Pembantuan Tahun 2007 sebagai Terlapor V. Adapun tahap-tahap pemeriksaan yang dilakukan KPPU terhadap kasus persekongkolan dalam tender pengadaan barang dan jasa alat kesehatan, kedokteran dan KB program upaya kesehatan perorangan Badan Pengelolaan RSUD Dokter Susilo Kabupaten Tegal Dana Tugas Pembantuan Tahun 2007 tersebut mengacu pada Peraturan KPPU No. 1 Tahun 2006 dan dimuat dalam Putusan KPPU No. 01KPPU-L2008 adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dan Klarifikasi

Menurut Peraturan KPPU No. 1 Tahun 2006, penelitian dan klarifikasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Sekretariat Komisi untuk mendapatkan kelengkapan dan kejelasan laporan dari pelapor. Laporan yang disampaikan oleh pelapor kepada KPPU baik oleh masyarakat yang dirugikan atau atas dasar laporan dari pelaku usaha yang dirugikan mengenai telah terjadi atau dugaan terjadinya pelanggaran terhadap Undag-Undang Anti monopoli. Pada 26 Juli 2007 Sekretariat Komisi menerima laporan tentang Dugaan Pelanggaran Undang-Undang Anti Monopoli yang berkaitan dengan pelaksanaan tender pengadaan barang dan jasa alat kesehatan, kedokteran dan KB program upaya kesehatan perorangan Badan Pengelolaan RSUD Dokter Susilo Kabupaten Tegal Dana Tugas Pembantuan Tahun 2007. Diduga telah terjadi pelanggaran pasal 19 huruf d dan pasal 22 Undang-Undang Anti Monopoli berupa : a. PT Setio Harto sebagai distributor tunggal endoscopy merk olympus telah memberi perlakuan yang berbeda kepada para peserta tender, yaitu dengan hanya memberikan brosur asli kepada CV Guna Alkes b. PT Setio Harto hanya memberikan Sertifikat legalisir kepada kelompok tender antara CV Guna Alkes, PT Inti Medika dan PT Agung Mulya Utama dan tidak memberikan sertifikat legalisir kepada peserta tender yang lain sehingga menyebabkan peserta tender yang lain kalah dalam pengumpulan nilai c. Perlakuan yang berbeda yang dilakukan oleh PT Setio Harto menyebabkan peserta tender lain tidak memiliki kesempatan untuk bersaing secara sehat yang sama dan kalah dalam pengumpulan nilai d. Kerjasama yang dilakukan CV Guna Alkes dengan pelaku usaha pesaingnya yaitu PT Inti Medika dan PT Agung Mulya Utama dalam menyiapkan dokumen penawaran e. Kerjasama yang dilakukan CV Guna Alkes dengan pelaku usaha pesaingnya yaitu PT Inti Medika dan PT Agung Mulya Utama dalam menyiapkan surat dukungan f. Kerjasama yang dilakukan CV Guna Alkes dengan pelaku usaha pesaingnya yaitu PT Inti Medika dan PT Agung Mulya Utama dengan cara membentuk group-group atau kelompok untuk untuk mengatur pemenang tender yaitu : 1. Apabila CV Guna Alkes tidak menang dalam suatu tender maka anggota group yang lain akan memenangkan tender tersebut begitupun sebaliknya 2. Mengatur harga penawaran secara berbeda guna menentukan pemenang tender g. Kerjasama yang dilakukan CV Guna Alkes dengan pelaku usaha pesaingnya yaitu PT Inti Medika dan PT Agung Mulya Utama dengan cara Pembagian keuntungan pemenang tender. Majelis komisi melakukan penelitian dan klarifikasi laporan guna mendapatkan kejelasan dan kelengkapan tentang dugaan pelanggaran tersebut. Untuk mendapatkan kejelasan dan kelengkapan dugaan pelanggaran Majelis Komisi menugaskan Sekretariat Komisi untuk melakukan penelitian terhadap laporan dan meminta klarifikasi kepada para terlapor dan pihak lain yang terkait. Setelah Sekretariat Komisi menilai bahwa laporan tersebut telah jelas dan lengkap, kemudian dibuat dalam bentuk resume laporan diantaranya memuat uraian dan menjelaskan tentang identitas pelaku usaha, perjanjian dan atau kegiatan usaha yang diduga dilanggar, cara perjanjian dan atau kegiatan usaha dilakukan atau dampak perjanjian dan atau kegiatan terhadap pesaing, kepentingan umum, konsumen dan atau kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat dari terjadinya pelanggaran tersebut serta ketentuan Undang-Undang yang diduga dilanggar. Penelitian dan klarifikasi laporan dilakukan selambat-lambatnya 60 enam puluh hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 tiga puluh hari kerja. Setelah resume laporan telah lengkap dan jelas maka ketua Komisi menugaskan Sekretariat Komisi untuk melakukan monitoring kepada pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran. Berdasarkan peraturan KPPU No. 1 Tahun 2006, monitoring pelaku usaha adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Sekretariat Komisi untuk mendapatkan kelengkapan dan kejelasan mengenai pelanggaran yang diduga atau pautu diduga dilakukan oleh pelaku usaha berdasarkan data dan informasi yang berkembang di masyarakat. Kegiatan tersebut dilakukan Sekretariat Komisi untuk mendapatkan kejelasan identitas maupun atas dugaan ada atau tidaknya pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha atau para terlapor. Kemudian Sekretariat Komisi menyimpulkan hasil penelitian serta klarifikasi tersebut dalam bentuk resume monitoring. Namun dalam putusan KPPU No. 01KPPU-L2008 tersebut tidak dimuat kapan sekretariat komisi melakukan penelitian dan klarifikasi.

2. Pemberkasan

Dokumen yang terkait

Pertimbangan Hukum KPPU Dalam Memutus Perkara No.35/KPPU-I/2010 Tentang Praktek Beauty Contest Sebagai Bentuk Persekongkolan Tender

2 77 194

Persekongkolan Tender Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dalam Praktek Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Kota Pematang Siantar Ditinjau Dari UU Nomor 5 Tahun 1999 (Studi Kasus RSU Kota Pematang Siantar)

2 83 190

Disparatis putusan sanksi denda pada persekongkolan tender (studi putusan MA perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013)

1 20 0

PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PENGADAAN BARANG SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HUKUM PERSAINGAN USAHA (Studi pada Putusan KPPU No. 15/KPPU-L/2008 dan No. 01/KPPU-L/2008)

2 62 11

ANALISIS HUKUM PUTUSAN KPPU NO. 21/KPPU-L/20087DAN PUTUSAN KPPU NO. 05/KPPU-L/2008 TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA

0 3 2

ANALISIS HUKUM PUTUSAN KPPU NO. 21/KPPU-L/20087DAN PUTUSAN KPPU NO. 05/KPPU-L/2008 TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA

0 5 12

INSTANSI PEMERINTAH DAN PERSEKONGKOLAN TENDER (Tinjauan yuridis terhadap putusan komisi pengawasan persaingan usaha No. 01/KPPU-L/2005 dan putusan No.20/KPPU-L/2007 tentang pengadaan alat kesehatan).

0 3 15

Pertimbangan Hukum KPPU Dalam Memutus Perkara No.35/KPPU-I/2010 Tentang Praktek Beauty Contest Sebagai Bentuk Persekongkolan Tender

0 0 10

Pertimbangan Hukum KPPU Dalam Memutus Perkara No.35/KPPU-I/2010 Tentang Praktek Beauty Contest Sebagai Bentuk Persekongkolan Tender

0 0 12

PENEGAKAN HUKUM PERSEKONGKOLAN TENDER DALAM PERSAINGAN USAHA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT (Studi Putusan Perkara Nomor 01/KPPU-L/2016 tentang Dugaan Pelanggaran Pasal 22 Undang

0 0 15