Pengaruh Hutang Jangka Pendek dan Piutang Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

(1)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH HUTANG JANGKA PENDEK DAN PIUTANG TERHADAP TINGKAT LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA

OLEH :

NAMA : ANDRY SUTRISMAN

NIM : 060503238

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul”Pengaruh Hutang Jangka Pendek dan Piutang Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ” adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program S1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Yang Membuat Pernyataan

Andry Sutrisman NIM.060503238


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kelimpahan berkat dan anugerahnya dalam membimbing dan membantu peneliti dengan segala hikmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: ”Pengaruh Hutang Jangka Pendek dan Piutang Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ”

Dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan banyak bantuan selama proses penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,

3. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan, dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi ini,

4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, dan Ibu Dra.Nurzaimah,Ak, selaku dosen penguji dan pembanding yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini,

5. Seluruh staf pengajar Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna


(4)

kepada peneliti serta seluruh staf pegawai dan administrasi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara,

6. Kedua Orang tua saya Halim Sutrisman dan Rita, atas segala doa, arahan dan bimbingan baik materi dan imateri yang diberikan kepada saya selama ini.Sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Saudara - Saudara saya drg.Cristian Andry Syahputra, Nicholas Sutrisman ,S.H, dan drg.Henny Sutrisman atas semua dukungan.

8. Serta semua teman-teman, Teresia, Silvana, Hendra Saputra, Lenny Kielsan, Anna Safitrie, Yurico, Lina Surya Kie, Ardiansyah dan teman-teman yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, yang selalu memberikan doa, dukungan dan cinta kasihnya buat peneliti.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan peneliti dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya.

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini menjadi bahan yang bermanfaat bagi pembaca.

Terima Kasih.

Medan, Peneliti,

Andry Sutrisman NIM: 060503238


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hutang jangka pendek dan piutang baik secara parsial maupun simultan, terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif, yang menguji pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel lainnya.

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode yang diteliti, periode 2006-2007, yaitu berjumlah 32 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 27 perusahaan, penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling (judgement sampling). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linear berganda dan analisis regresi linear sederhana. Uji statistik juga dilakukan dengan uji t dan uji f (ANOVA), dimana sebelum uji ini dilakukannya terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial, sementara uji f (ANOVA) digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel trade payable dan trade receivable berpengaruh relative kecil terhadap Current Ratio (CR) perusahaan, kemudian secara parsial variabel trade payable tidak berpengaruh signifikan terhadap current ratio (cr) perusahaan, akan tetapi variabel trade receivable secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Current Ratio (CR) perusahaan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci: likuiditas, hutang dagang jangka pendek, piutang, perusahaan konsumsi


(6)

ABSTRACT

The objective of this research is to know the influence of trade payable and trade receivable both partially and simultantly to the Current Ratio of consumer companies that were listing in Indonesian Stock Exchange. This research is a associative research, which tested the influence of one variable to another.

The population are consumer companies which registered in Indonesian Stock Exchange among the period of 2006 until 2007, which there are 32 companies. The research sample are 27 companie, it was done by using purposive sampling method (judgement sampling). The data were analized with multiple regressions analysis and simple regressions analysis. The statistic test was done by t-test and f-test (ANOVA), where firstly did the classic assumption f-test before did the statistic test. T-test is used to know the influence of independent variable to the dependent variable partially, while the f-test is used to know the influence of independent variable to the dependent variable simultantly.

The result of this research showed that simultaneously, independent variable trade payable and trade receivaible have significant enough influence on current ratio of consumer companies, than partially variable trade payable have no significant enough influence on current ratio, but trade receivable have significant influence partially on current ratio of consumer companies that were listing on Indonesian Stock Exchange.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN……….. i

KATA PENGANTAR……… ii

ABSTRAK………... iv

ABSTRACT……… v

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR TABEL……….. ix

DAFTAR GAMBAR………. x

DAFTAR LAMPIRAN………. xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………….……… 1

B. Perumusan Masalah……… 6

C. Batasan Penelitian……….. 7

D. Tujuan Penelitian……… 7

E. Manfaat Penelitian……….. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hutang Dagang 1. Pengertian Hutang Dagang...……… 9


(8)

B. Piutang

1. Pengertian Piutang……….. 16

2. Klasifikasi Piutang……….. 18

C. Likuiditas 1. Pengertian Likuiditas………... 20

2. Rasio Likuiditas…. ………. 20

D. Tinjauan Peneliti Terdahulu……….. 26

E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual……… 28

2. Hipotesis Penelitian……….. 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian……….. 31

B. Populasi dan Sampel Penelitian………. 31

C. Jenis dan Sumber Data……….. 34

D. Teknik Pengumpulan Data………... 35 E. Variabel Penelitian


(9)

1. Klasifikasi Variabel……… 35

2. Definisi Operasional Variabel……… 36

F. Metode Analisis Data……… 37

G. Jadwal Penelitian……… 43

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian………. 44

B. Statistik Deskriptif……….. 44

C. Uji Asumsi Klasik……… 45

1. Uji Normalitas Data……….. 46

2. Uji Multikolinearitas……….…. 49

3. Uji Heteroskedastisitas………. 50

4. Uji Autokorelasi……… 51

D. Uji Hipotesis 1. Uji Regresi……….. 53

2. Uji F (ANOVA)……… 54

3. Uji t (Individu)……… 54


(10)

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……… 60

B. Keterbatasan Saran……….... 61

DAFTAR PUSTAKA………. 62


(11)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu………... 26

Tabel 3.1 Daftar Populasi dan Sampel Periode 2006-2007….. 32

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian……… 43

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif……… 44

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data ………. 48

Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas ….……….. 49

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi……….. 52

Tabel 4.5 Uji Regresi……… 53

Tabel 4.6 Uji F (ANOVA)………. 54


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ……….. 28

Halaman

Gambar 4.1 Uji Normalitas dengan Histogram …..……. 46

Gambar 4.2 Uji Normalitas dengan Plot………... 47


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran 1 Data Penelitian... 64

Halaman

Lampiran 2 Statistik Deskriptif... 67 Lampiran 3 Uji Asumsi Klasik... 68 Lampiran 4 Uji F dan Uji t... 72


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hutang jangka pendek dan piutang baik secara parsial maupun simultan, terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif, yang menguji pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel lainnya.

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode yang diteliti, periode 2006-2007, yaitu berjumlah 32 perusahaan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 27 perusahaan, penarikan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling (judgement sampling). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linear berganda dan analisis regresi linear sederhana. Uji statistik juga dilakukan dengan uji t dan uji f (ANOVA), dimana sebelum uji ini dilakukannya terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik. Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial, sementara uji f (ANOVA) digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel trade payable dan trade receivable berpengaruh relative kecil terhadap Current Ratio (CR) perusahaan, kemudian secara parsial variabel trade payable tidak berpengaruh signifikan terhadap current ratio (cr) perusahaan, akan tetapi variabel trade receivable secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Current Ratio (CR) perusahaan konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata Kunci: likuiditas, hutang dagang jangka pendek, piutang, perusahaan konsumsi


(15)

ABSTRACT

The objective of this research is to know the influence of trade payable and trade receivable both partially and simultantly to the Current Ratio of consumer companies that were listing in Indonesian Stock Exchange. This research is a associative research, which tested the influence of one variable to another.

The population are consumer companies which registered in Indonesian Stock Exchange among the period of 2006 until 2007, which there are 32 companies. The research sample are 27 companie, it was done by using purposive sampling method (judgement sampling). The data were analized with multiple regressions analysis and simple regressions analysis. The statistic test was done by t-test and f-test (ANOVA), where firstly did the classic assumption f-test before did the statistic test. T-test is used to know the influence of independent variable to the dependent variable partially, while the f-test is used to know the influence of independent variable to the dependent variable simultantly.

The result of this research showed that simultaneously, independent variable trade payable and trade receivaible have significant enough influence on current ratio of consumer companies, than partially variable trade payable have no significant enough influence on current ratio, but trade receivable have significant influence partially on current ratio of consumer companies that were listing on Indonesian Stock Exchange.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan perekonomian dunia menyebabkan peningkatan perkembangan dunia usaha di Indonesia. Perusahaan yang ingin bertahan dan sukses, haruslah berusaha agar dapat berkembang. Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus berusaha untuk dapat mempertahankan kinerja yang telah dicapainya. Agar mencapai kinerja yang tinggi, perusahaan harus menjalankan aktivitas-aktivitasnya dengan efesien dan efektif. Hal ini dikarenakan perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat dan banyaknya persaingan dalam dunia usaha. Manajemen yang baik tidak saja diperlukan untuk dapat berhasil dalam menghadapi persaingan dalam dunia usaha, tetapi juga agar perusahaan dapat melakukan pembelanjaan secara ekonomis, hal ini berkaitan erat dengan tujuan dari setiap perusahaan, yaitu untuk menghasilkan laba atau keuntungan.

Salah satu fungsi manajemen adalah untuk dapat memperkirakan dan menjamin ketersediaan dana atau likuiditas perusahaan agar perusahaan dapat melaksanakan kegiatan operasionalnya seefektif dan seefisien mungkin. Pada dasarnya ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama hutang jangka pendek disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, bisa dikarenakan memang


(17)

perusahaan tidak memiliki dana sama sekali atau kedua, karena perusahaan memiliki dana, namun pada saat jatuh tempo perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup) secara tunai sehingga harus menunggu dalam waktu tertentu , untuk mencairkan aktiva lainnya seperti menagih piutang. Namun dalam praktiknya, tidak jarang pula perusahaan mengalami hal sebaliknya, yaitu kelebihan dana. Artinya jumlah dana tunai dan dana yang segera dapat dicairkan melimpah. Kejadian ini bagi perusahaan juga kurang baik karena ada aktivitas yang tidak dilakukan secara optimal. Manajemen kurang mampu menjalankan kegiatan operasional perusahaan, terutama dalam meggunakan dana yang dimiliki. Sehingga pada akhirnya akan berpengaruh dalam kegiatan operasional perusahaan dalam upaya pencapaian laba.

Penyebab utama kejadian kekurangan dan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya tersebut sebenarnya adalah akibat kelalaian manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya. Sedangkan penyebab lainnya adalah pihak manajemen perusahaan tidak memperhitungkan rasio keuangan yang diberikan sehingga tidak mengetahui bahwa sebenarnya kondisi perusahaan sudah dalam keadaan tidak baik yang dikarenakan nilai utangnya lebih tinggi dari harta lancarnya (dalam hal ini piutang ). Apabila perusahaan mengetahui kondisi dan posisi keuangan perusahaan sebenarnya, maka perusahaan dapat berusaha untuk mencarikan jalan keluarnya. Dalam hal likuiditas perusahaan variabel– variabel yang sering menjadi acuan manajemen dalam pengambilan keputusan adalah masalah hutang lancar dan piutang.


(18)

Hutang lancar dan piutang berada di dalam laporan keuangan yakni berada di dalam neraca. Di dalam elemen neraca diklasifikasikan menjadi tiga yaitu aktiva (asset), kewajiban (liabilities), dan ekuitas pemilik (owner equity). Setiap klasifikasi kemudian dikelompokkan menjadi subkelompok untuk memberikan data keuangan yang lebih informatif kepada para pemakai laporan keuangan. Klasifikasi demikian dimaksudkan untuk membantu para pemakai laporan keuangan untuk mengetahui beberapa hal, misalnya untuk mengetahui ketersediaan aktiva untuk memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo ataupun untuk klaim kreditor jangka pendek maupun jangka panjang terhadap aktiva perusahaan.

Tolak ukur yang paling banyak digunakan untuk menganalisis laporan keuangan adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan satu data dengan data yang lainnya yang berbeda. Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajibannya disebut analisis ratio likuiditas. Rasio Likuiditas menurut Kasmir (2008:129) adalah “Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban(utang) jangka pendek”. Jika perusahaan mampu melakukan pembayaran berarti keadaan perusahaan dalam keadaan likuid, tetapi jika tidak mampu, maka perusahaan dikatakan dalam keadaan ”ilikuid”. Terkait dengan hal ini, dalam menyediakan informasi mengenai aktiva termasuk didalamnya piutang, kewajiban dan ekuitas pemegang saham, neraca dapat digunakan untuk menghitung tingkat pengembalian (rate of return) dan mengevaluasi struktur modal perusahaan. Dalam hal ini dapat


(19)

digunakan unutk menganalisis likuiditas perusahaan. Karena neraca dapat digunakan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan tersebut berjalan, salah satunya aspek likuiditas, yaitu aspek kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya (solvency).

Pada dasarnya semakin tinggi likuiditas semakin rendah resiko kegagalan perusahaan. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas. Ini berarti bahwa informasi likuiditas berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam pemenuhan komitmen keuangannya pada saat jatuh tempo. Jadi semakin besar aktiva lancar yang bisa dikonversikan (dalam hal ini piutang) menjadi kas maka semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan. Hal ini nantinya akan memberikan pengaruh positip terhadap image dan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan, karena didasarkan pada fungsi dasar laporan keuangan yang memberikan informasi keuangan perusahaan. Dimana pada akhirnya banyak investor dan calon investor maupun kreditur yang tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.

Penelitian ini adalah penelitian replikasi dari penelitian terdahulu. Adapun penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu hutang jangka pendek dan piutang, serta dalam hal ini penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kuantitatif dimana data keuangan perusahaan diambil dari data perusahaan komsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(20)

Perusahaan konsumsi merupakan perusahaan yang menghasilkan produk berupa barang atau jasa, namun dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan populasi berupa perusahaan-perusahaan konsumsi yang terdaftar di BEI diantarannya perusahaan food and beverages, pharmaceuticals, tobacco, consumer goods. Perusahaan konsumsi pada umumnya memiliki aktivitas yang lebih berfluktuatif dibandingkan dengan perusahaan lainnya, sehingga dalam hal ini tingkat likuiditas perusahaan berperan signifikan agar kelangsungan operasi perusahaan dapat berjalan dengan lancar. Dalam mencapai kinerja yang tinggi, perusahaan harus menjalankan aktivitas-aktivitasnya dengan efesien dan efektif. Hal ini dikarenakan perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat dan banyaknya persaingan dalam dunia usaha. Untuk itu perlu dilakukan proses analisa yang baik dalam hal likuiditas perusahaan dalam mengatur hutang dan piutang perusahaan sehingga berada dalam kondisi yang seimbang.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian pada perusahaan agar dapat lebih memahami mengenai hubungan antara piutang dan kewajiban jangka pendek dengan tingkat likuiditas suatu perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul ”Pengaruh Hutang Jangka Pendek dan Piutang Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ”.


(21)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. apakah hutang jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI ?

2. apakah piutang berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI ?

3. apakah hutang jangka pendek dan piutang secara bersama berpengaruh signifikan terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI?

C. Batasan Penelitian

Peneliti memberi batasan penelitian agar penelitian ini dapat tercapai, antara lain :

1. objek penelitian ini adalah perusahaan barang konsumsi yang secara konsisten terdaftar di BEI tahun 2006-2007 dan memberikan laporan keuangannya selama periode tersebut,


(22)

3. penelitian dilakukan hanya melihat faktor hutang jangka pendek, piutang dan tingkat likuiditas perusahaan.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini, yaitu :

1. untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara hutang jangka pendek dengan tingkat likuiditas perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI,

2. untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara piutang dengan tingkat likuiditas perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI,

3. untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara hutang jangka pendek dan piutang secara bersama terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan barang komsumsi yang terdaftar di BEI.

E. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, tidak hanya bagi peneliti, tapi juga bagi perusahaan dan peneliti selanjutnya.

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengetahuan bagi perusahaan tentang pengaruh hutang jangka pendek dan piutang dengan tingkat likuiditas.


(23)

2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai bisnis, dan mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah.

3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan pengetahuan untuk memperluas wawasan dan pembendaharaan pengetahuan di bidang akuntansi khususnya dan juga sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hutang Dagang

Hutang dagang merupakan salah satu variabel bebas yang akan dibahas dalam penelitian ini. Pada hakikatnya hutang dagang berperan signifikan dalam perputaran modal dan mempengaruhi likuiditas perusahaan. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional terkadang harus memerlukan dana masukan lain diluar kepemilikan modal yang dimilikinya, dalam hal ini hutang dagang berperan untuk mendukung likuiditas perusahaan.

1. Pengertian Hutang Dagang

Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban yang dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan kepada pihak lain. Hutang digunakan perusahaan untuk membiayai berbagai macam kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan, misalnya untuk membeli aktiva, bahan baku, dan lain-lain. Barang dan jasa yang diperoleh perusahaan merupakan transaksi yang dapat menimbulkan kewajiban untuk membayar kepada pihak lain. Untuk menentukan suatu transaksi sebagai hutang atau bukan sangat tergantung pada kemampuan untuk menafsirkan transaksi atau kejadian yang menimbulkannya seperti


(25)

yang dikemukakan oleh FASB berikut ini dalam Statement of Financial Accounting Concept No.6 (Chariri dan Ghozali 2005 ; 157), yaitu : “Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa yang mendatang yang mungkin timbul dari kewajiban sekarang dari suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan ke entitas lain dimasa mendatang sebagai akibat transaksi di masa lalu”.

Lebih lanjut Chariri dan Ghozali (2005;157) mengemukakan dari definisi yang dikemukakan FASB di atas, pengertian hutang memiliki dua komponen utama, seperti berikut ini.

1) Adanya kewajiban sekarang dalam bentuk pengorbanan manfaat ekonomi di masa mendatang dari penyerahan barang atau jasa. 2) Berasal dari transaksi atau peristiwa masa yang lalu (telah

terjadi).

Dua karakteristik yang penting dari hutang adalah kewajiban tersebut sudah ada pada saat itu dan harus merupakan hasil transaksi masa lalu, serta timbulnya hutang tergantung pada terjadinya suatu transaksi atau kejadian yang bersifat eksternal. Transaksi tersebut dapat berupa transaksi keuangan atau kejadian non keuangan, seperti timbulnya kecelakaan yang menimbulkan kewajiban untuk mengganti suatu kerusakan.

Munawir (2004 : 18) berpendapat bahwa “Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor”. Dalam hal ini Hongren et. al (2006 : 505) menyatakan bahwa : “Hutang merupakan suatu kewajiban untuk memindahkan harta atau memberikan jasa di masa yang akan datang”. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hutang adalah kewajiban keuangan perusahaan


(26)

kepada pihak lain yang harus dibayar dengan uang, barang, atau jasa pada saat jatuh tempo.

Chariri dan Ghozali (2005 : 160) menyatakan bahwa : Hutang adalah suatu jumlah yang harus dibayar dalam bentuk uang, barang, atau jasa khususnya hutang yang memiliki kriteria sebagai berikut :

1) terjadi atau telah terjadi (current liability),

2) terjadi pada suatu saat tertentu di masa mendatang, misalnya hutang untuk pembiayaan (funded debt) dan hutang yang masih harus dibayar (accrued liability),

3) terjadi karena tidak dilaksanakannya suatu tindakan di masa yang akan datang, misalnya pendapatan yang ditangguhkan dan hutang bersyarat (contingent liability).

Berdasarkan hal di atas, Chariri dan Ghozali (2005 : 160) merumuskan bahwa hutang dapat terjadi karena beberapa faktor berikut ini.

1) Kewajiban Legal/Kontrak (Contractual Liabilities)

Kewajiban legal adalah hutang yang timbul karena adanya ketentuan formal berupa peraturan hukum untuk membayar kas atau menyerahkan barang atau jasa kepada entitas tertentu, misalnya hutang dagang dan hutang bank.

2) Kewajiban Konstrukif (Constructive Liabilities)

Kewajiban konstruktif timbul karena kewajiban tersebut sengaja diciptakan untuk tujuan atau kondisi tertentu, meskipun secara formal tidak dilakukan melalui perjanjian tertulis untuk mebayar sejumlah tertentu di masa yang akan datang, contoh jenis kewajiban ini adalah bonus yang akan diberikan kepada karyawan.

3) Kewajiban Ekuitabel

Kewajiban ekuitabel adalah kewajiban yang timbul karena adanya kebijakan yang diambil oleh perusahaan karena alasan moral atau etika dan perlakuannya diterima oleh praktik secara umum, contohnya hutang garansi yang muncul karena alasan moral dimana perusahaan diharapkan tidak merugikan konsumen, sehingga perlu memberikan garansi atas setiap produk yang terjual.

Hutang atau kewajiban yang dicatat dalam laporan keuangan tidak harus berasal dari hutang atau kewajiban yang sah menurut aturan hukum


(27)

saja, tetapi hutang atau kewajiban yang timbul karena tujuan tertentu atau untuk alasan moral atau etika juga harus dicatat ke dalam laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan jangka waktu pelunasan atau penyelesaian hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu hutang jangka pendek (lancar) dan hutang jangka panjang (tidak lancar). Hutang dianggap selesai atau lunas apabila suatu perusahaan telah melakukan kewajiban untuk menyerahkan aktiva atau jasa kepada pihak lain.

IAI (2004 : 62) menyebutkan bahwa penyelesaian kewajiban masa kini bisanya melibatkan perusahaan untuk mengorbankan sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi memenuhi tuntutan pihak lain. Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan:

1) pembayaran kas, 2) penyerahan aktiva, 3) pemberian jasa,

4) penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban yang lain atau,

5) konversi kewajiban ekuitas.

2. Hutang Jangka Pendek

Kadang kala perusahaan meminjam uang dalam jangka pendek untuk kegiatan operasi perusahaan yang biasa disebut dengan hutang (kewajiban) jangka pendek atau lancar.

Di dalam IAI (2004 : 44) dikatakan bahwa suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek, jika :


(28)

1) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan, atau

2) jatuh tempo dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca. Yusuf (2005 : 230) mendefinisikannya sebagai berikut : “Kewajiban lancar adalah hutang yang diharapkan akan dibayar dalam jangka waktu satu tahun atau siklus akuntansi operasi normal perusahaan, dengan menggunakan aktiva lancar atau hasil pembentukan kewajiban lancar yang lain”.

Lebih jelas lagi Niswongeret.al (2000 : 441) berpendapat bahwa kewajiban lancar adalah kewajiban yang harus dibayar dengan aktiva lancar serta jatuh tempo dalam jangka pendek, biasanya satu tahun. Pada Umumnya besar kewajiban lancar berasal dari dua transaksi dasar berikut ini :

1) barang atau jasa yang telah diterima tetapi belum dibayarkan, 2) pembayaran yang telah diterima tetapi barang atau jasa tersebut

belum dikirimkan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hutang jangka pendek adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau siklus operasi normal perusahaan dan harus dilunasi dengan menggunakan aktiva lancar, serta kewajiban tersebut berdasarkan transaksi yang telah terjadi.

Sementara itu Husnan (1998 : 499) mengelompokkan dana jangka pendek menjadi dua tipe, yaitu :

1) Pendanaan Spontan

Sumber dana yang ikut berubah apabila aktivitas perusahaan berubah, contohnya adalah hutang dagang.

2) Pendanaan Tidak Spontan atau Pendanaan yang Memerlukan Negosiasi

Pendanaan yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan negosiasi agar dapat menambah atau mengurangi dana yang


(29)

dipergunakan oleh perusahaan. Sumber pendanaan ini biasanya berasal dari bank dalam bentuk kredit jangka pendek.

Hongren (2006 : 506) mengelompokkan hutang jangka pendek atau kewajiban lancar menjadi dua bagian, yaitu :

1) Kewajiban Lancar dengan Jumlah yang Diketahui a) Hutang Usaha

Hutang usaha adalah jumlah yang dipinjam untuk pembelian produk atau pemakaian jasa atas akun (utang) yang terbuka.

b) Wesel Bayar Jangka Pendek

Wesel bayar jangka pendek merupakan bentuk umum dalam pembiayaan yang memiliki jatuh tempo satu tahun.

c) Hutang Pajak Penjualan

Hampir semua negara membebankan pajak untuk penjualan eceran. Para pengecer mengumpulkan pajak penjualan sebagai tambahan pada harga beli barang yang dijual, maka pengecer akan berutang pada negara atas pajak penjualan tersebut.

d) Bagian Lancar dari Hutang Jangka Panjang

Beberapa wesel bayar jangka panjang dan utang obligasi dibayar secara angsuran. Bagian lancar dari utang jangka panjang merupakan jumlah pokok utang dengan jangka waktu kurang dari satu tahun kewajiban lancar. Bagian sisi dari pinjaman jangka panjang itu adalah kewajiban jangka panjang.

e) Beban yang Terutang (Kewajiban Terutang)

Semua beban yang harus dibayar dalam waktu kurang dari satu tahun.

f) Pendapatan Diterima Dimuka

Pendapatan diterima dimuka disebut juga pendapatan tangguhan, dimana perusahaan sudah menerima kas dari pelanggan sebelum mengakui pendapatannya, karenanya perusahaan memiliki kewajiban untuk menyediakan produk atau jasa kepada pelanggan.

2) Kewajiban Lancar yang Harus Diestimasi

Perusahaan sering mengetahui bahwa mereka mempunyai kewajiban, tetapi mereka tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah kewajiban tersebut. Kewajiban ini tidak bisa diabaikan begitu saja, karena itu kewajiban ini harus diperkirakan jumlahnya dan dilaporkan dalam neraca. Hutang Garansi adalah salah satu contoh dari kewajiban lancar yang harus diestimasikan. Banyak perusahaan yang mengeluarkan garansi


(30)

terhadap barang yang dijualnya. Periode garansi biasanya bermacam-macam, tetapi biasanya berkisar antara 90 hari sampai 1 tahun..

3) Kewajiban Kontijensi (contingent liabilities):

Merupakan kewajiban potentiaal yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidaknya satu peristiwa atau lebih pada masa akan datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali perusahaan

B. Piutang

Piutang merupakan variabel bebas yang berasal dari kegiatan operasional dan juga dari kegiatan non operasional perusahaan. Piutang perusahaan berpengaruh dalam likuiditas perusahaan, dalam hal ini perusahaan harus memperkirakan apakah piutang perusahaan dapat diterima perusahaan dalam waktu yang tepat sehingga pada akhirnya tidak akan mengganngu kinerja dan kebutuhan dana perusahaan. Selanjutnya dibutuhkan manajemen yang baik oleh perusahaan untuk dapat mengelola piutang perusahaan.

1. Pengertian Piutang Dagang

Piutang menurut kamus ekonomi yang ditulis oleh Sumadji dan Rosita (2006:547) adalah :“Tagihan-tagihan yang ditahan pelanggan dan pihak-pihak lain untuk uang, barang-barang atau jasa-jasa “. Suhardi (2006:201) menambahkan bahwa :“Piutang mencakup semua tagihan dalam bentuk uang kepada perseorangan, badan usaha, atau pihak tertagih lainnya”. Sedangkan pengertian Piutang menurut IAI (2007:64) adalah :“Hak atau klaim terhadap pelanggan atau pihak lain atas uang, barang dan jasa”. Pengertian piutang


(31)

menurut Stice,et.al (2004:479) adalah : “Semua klaim atas uang, barang, dan jasa. Akan tetapi, untuk tujuan akuntansi, istilah tersebut secara umum digunakan dalam lingkup yang lebih sempit untuk menggambarkan klaim yang diharapkan akan selesai dengan diterimanya uang tunai (cash)”.

Pengakuan piutang pada umumnya berhubungan dengan pengakuan piutang usaha. Oleh karena itu pendapatan umumnya dicatat ketika proses menghasilkan selesai dan janji pembayaran yang valid (atau pembayaran itu sendiri) diterima, maka selanjutnya piutang usaha yang timbul dari penjualan barang secara umum diakui ketika kepemilikan barang dialihkan ke pembeli yang terpercaya. Saat perpindahan kepemilikan berbeda – beda, tergantung pada saat penjualannya, oleh sebab itu, merupakan hal yang normal untuk mengakui piutang usaha ketika barang dikirim ke pelanggan. Pada titik inilah kriteria pengakuan pendapatan umumnya dipenuhi.

2. Klasifikasi Piutang

Diperlukan adanya pengklasifikasikan piutang untuk membedakan antara hasil perdagangan dan yang bukan dari perdagangan.

Menurut Stice et.al (2004:479) piutang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, seperti berikut ini.

1. Piutang dagang (trade receivable); umumnya adalah kategori yang paling signifikan dari piutang, dan merupakan hasil dari aktivits normal bisnis, yaitu penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pelanggan.

2. Piutang Wesel (notes receivable); piutang yang diperkuat dengan janji pembayaran tertulis secara formal.


(32)

3. Piutang Lainnya (other receivable); meliputi piutang yang bukan dari pelanggan , contohnya piutang bunga, piutang karyawan, piutang deviden, dan lain-lain.

Menurut IAI (2007:65-67) piutang dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, diantaranya.

a) Piutang Dagang dan Non Dagang (Trade and Non Trade Receivable)

Piutang dagang adalah “piutang terbuka“ tanpa jaminan, dan sering disebut piutang usaha (accounts receivable). Piutang usaha mewakili pembelian kredit jangka pendek ke pelanggan. Pembayaran umumnya jatuh tempo dalam 30 hingga 90 hari. Persyaratan kredit biasanya merupakan perjanjian informal antara penjual dan pembeli yang didukung oleh dokumen bisnis seperti faktur penjualan, order penjualan, dan kontrak pengiriman. Biasanya, piutang dagang tidak melibatkan bunga, walaupun biaya bunga atau pelayanan mungkin saja ditambahkan apabila pembayaran tidak dilakukan dalam periode tertentu. Piutang dagang adalah jenis piutang yang paling umum dan biasanya merupakan yang paling signifikan dari segi total nilai uangnya.

Piutang non dagang (nontrade receivable) meliputi semua jenis piutang lainnya .Mereka muncul dari berbagai transaksi seperti:

1 penjualan surat beharga atau properti lainnya selain persediaan

2. deposit atau simpanan untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau pembayaran atas beban kepada krditor, perusahaan umum (perum), dan instalasi-instalasi lainnya 3. klaim untuk pengurangan harga atau pengembalian pajak 4. piutang deviden dan bunga

5. pembayaran dimuka atas pembelian

6. panjar untuk menjamin pelaksanaan kontrak 7. harga Saham yang masih harus ditagih

Piutang non dagang harus diiktisarkan dalam akun-akun dengan nama yang sesuai dan dilaporkan secara terpisah dalam laporan keuangan .

b) Piutang Lancar (Jangka Pendek) dengan Piutang Tidak Lancar (Jangka Panjang)

Piutang lancar mencakup semua piutang yang diidentifikasikan dapat tertagih dalam jangka waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal.


(33)

Sedangkan piutang tak lancar (jangka panjang) merupakan piutang yang diidentifikasikan dapat tertagih dalam jangka waktu lebih dari satu tahun.

C. Likuiditas

Likuiditas yang baik menggambarkan kinerja perusahaan dalam mengelola kemampuan keuangan perusahaan. Perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang baik harus mampu memenuhi segala kewajiban yang dimilikinya dengan tepat waktu, sehingga tidak akan mengganggu jalannya kegiatan operasionalnya. Begitu pula dengan kondisi keuangan yang berlebihan juga tidak baik bagi perusahaan.

1. Pengertian Likuiditas

Definisi likuiditas menurut Riyanto (2002:25) adalah : “Masalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial yang segera harus dipenuhi”. Menurut Rangkuti (2006:108) : “Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya (solvency)”.

Dari beberapa pengertian diatas, jelas bahwa pengertian likuiditas adalah menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang segera harus dipenuhi atau yang telah jatuh tempo.

Suatu perusahaan dikatakan “likuid” apabila perusahaan tersebut mampu memenuhi segala kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi, dan


(34)

sebaliknya suatu perusahaan dikatakan “ilikuid” apabila perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi kewajiban financial yang segera harus dipenuhi.

2. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka pendek seperti aktiva lancar dan hutang lancar. Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang paling berkepentingan adalah pemilik perusahaan guna menilai kemampuan mereka sendiri. Kemudian, pihak luar perusahaan juga memiliki kepentingan, seperti pihak kreditor atau penyedia dana bagi perusahaan, misalnya perbankan. Atau juga pihak distributor atau suplier yang menyalurkan atau menjual barang yang pembayaran secara angsuran kepada perusahaan.

Lebih lanjut menurut Kasmir (2008:132), ada beberapa tujuan dan manfaat dari rasio likuiditas, yaitu :

1. mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan(tanggal dan bulan tertentu),

2. mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban

jangka pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban yang berumur dibawah satu tahun atau sama dengan satu tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar,

3. mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan


(35)

sediaan. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi persediaan dan utang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah,

4. mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan,

5. mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang,

6. alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan kas dan utang,

7. melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode, 8. melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari

masing-masing komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar, 9. melihat alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki

kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

Bagi pihak luar perusahaan, seperti pihak penyandang dana (kreditor), investor, distributor dan masyarakat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga. Hal ini tergambar dari rasio yang dimilikinya. Kemampuan membayar tersebut akan memberikan jaminan bagi pihak kreditor untuk memberikan pinjaman selanjutnya. Kemudian, bagi pihak distirbutor adanya kemampuan membayar mempermudah dalam memberikan keputusan untuk menyetujui penjualan barang dagangan secara angsuran. Artinya, ada jaminan bahwa pinjaman yang diberikan akan mampu dibayar secara tepat waktu. Namun, rasio likuiditas bukanlah satu-satunya cara atau syarat untuk menyetujui pinjaman atau penjualan barang secara kredit. Rasio-rasio likuiditas memiliki banyak jenis, karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa.

Menurut Kasmir (2008;35), rasio-rasio likuiditas yang sering digunakan antara lain rasio lancar (current ratio), rasio cepat (acid test ratio), rasio kas


(36)

(cash ratio) dan working capital to total assets ratio yang akan dijelaskan berikut ini.

1. Rasio Lancar (Current ratio)

Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.

Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Dalam praktiknya sering kali dipakai rasio lancar dengan standar 200 % (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi suatu perusahaan. Artinya dengan hasil rasio seperti itu, perusahaan sudah merasa berada di titik aman dalam jangka pendek. Namun, sekali lagi untuk mengukur kinerja manajemen, ukuran yang terpenting adalah rata-rata industri untuk perusahaan sejenis. Berikut rumus yang digunakan untuk mencari current ratio.

2. Quick Ratio (Acid Test Ratio)

Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory). Artinya nilai persediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena persediaan


(37)

dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Demikian pula sebaliknya, jika rasio perusahaan dibawah rata-rata industri, keadaan perusahan lebih buruk dari perusahaan lain. Hal ini menyebabkan perusahaan harus menjual persediaannya untuk melunasi pembayaran utang lancar. Padahal menjual dibawah yang normal relative lebih sulit, kecuali perusahaan menjual dibawah harga pasar, yang tentunya bagi perusahaan jelas menambah kerugian. Berikut rumus yang sering digunakan dalam mencari quick ratio .

3. Cash Ratio

Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk menbayar utang-utang jangka pendeknya. Bila rasio kas dibawah rata-rata industri, kondisi kurang baik ditinjau dari rasio kas karena untuk membayar kewajiban masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancar lainnya. Berikut rumus yang digunakan dalam mencari cash ratio.


(38)

4. Working Capital to total assets ratio

Ratio ini mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja. Berikut rumus yang digunakan dalam mencari working capital to total asset ratio.

D. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Hasil

Ida Agustina,2008 Melda D.Simamora,2007 Sumarni,2008 Hubungan Aktiva Lancar dan Kewajiban Jangka Pendek Pada Neraca Dengan Tingkat Lilkuiditas

Perusahaan Pada PT Agronesia Divisi Industri Teknik Karet Bandung. Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Perusahaan pada PT.Pertani (Persero) Wilayah Sumatera Utara Pengaruh Simpanan Deposito dan Kredit Jangka Pendek Terhadap Likuiditas pada BPR ARTA DAYA Cabang Palur Karanganyer

Variabel Dependen : Tingkat Likuiditas Variabel Independen : X1 :Aktiva Lancar X2: Kewajiban Jangka Pendek

Variabel Dependen : Rasio Lancar Likuiditas

Variabel Independen : Perputaran Piutang Variabel Dependen: Likuiditas Variabel Independen: X1: Simpanan Deposito

X2 : Kredit Jangka Pendek

Terdapat hubungan yang signifikan antara aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek terhadap tingkat likuiditas.

Perputaran piutang berpengaruh positip dan kuat terhadap likuiditas perusahaan.

Membuktikan bahwa deposito dan kredit jangka pendek secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap tingkat likuiditas.


(39)

Tingkat Likuiditas

Y E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antar variabel- variabel dalam suatu penelitian. Dimana hubungan yang coba dijelaskan yakni hubungan antara variabel independen dan varaiabel dependen, dalam hal ini variabel independen yaitu hutang jangka pendek dan piutang dengan variabel dependen yaitu tingkat likuiditas suatu perusahaan. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Kerangka Konseptual

H1

H2

H3

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber : Peneliti, 2009

Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo. Likuiditas perusahaan

Hutang Jangka Pendek X1

Piutang X2


(40)

ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat beharga, piutang, persediaan. Piutang termasuk aktiva lancar yang paling likuid setelah kas karena memerlukan waktu yang lebih pendek untuk mengubah menjadi kas.

Piutang merupakan pos yang penting karena merupakan bagian aktiva lancar perusahaan yang besar bagi sebagian besar perusahaan. Biasanya jumlah piutang mencapai 50 % samapai 70 % dari total aktiva lancar. Likuiditas merupakan ketersediaan kas dimasa depan setelah

memperhitungkan hutang jangka pendek yang ada. Rasio ini

mengidentifikasikan apakah perusahaan memiliki sumber daya untuk melunasi kewajiban lancarnya atau kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka pendek seperti aktiva lancar dan utang lancar. Semakin tinggi ratio ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Jadi rasio likuiditas ini dapat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya jumlah piutang dan kewajiban jangka pendek (hutang lancar) perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi likuiditas berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam pemenuhan komitmen keuangan pada saat jatuh tempo.

Berdasarkan uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa piutang sebagai aktiva lancar yang paling likuid setelah kas dan kewajiban jangka


(41)

pendek mempunyai hubungan dalam penentuan likuid atau tidaknya suatu perusahaan. Jadi semakin besar aktiva lancar yang bisa dikonversikan menjadi kas dan semakin rendah jumlah kewajiban jangka pendek (hutang lancar) perusahaan, maka semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan dan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, begitu juga sebaliknya.

2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Hipotesis dalam penelitian ini, antara lain .

H1 : Hutang Jangka Pendek berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Likuiditas.

H2 : Piutang berpengaruh signifikan terhadap Tingkat likuiditas.

H3 : Hutang Jangka Pendek dan Piutang secara bersama berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Likuiditas


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Peneliti menggunakan desain kausal. “Desain kausal berguna untuk mengukur hubungan hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana satu variabel mempengaruhi variabel lain”. (Umar, 2003 : 30)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2006 : 55) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2007 yaitu, sebanyak 32 perusahaan.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006 : 56). Penelitian ini menggunakan sampel yang ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Jogiyanto, 2004 : 79).


(43)

Kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. perusahaan tersebut terdaftar di BEI pada tahun 2006-2007,

2. perusahaan memiliki laba usaha pada tahun 2006-2007,

3. perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan yang telah diaudit pada tahun 2006-2007.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 27 perusahaan.

Tabel 3.1

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian Periode 2006 - 2007

NO KODE NAMA PERUSAHAAN

KRITERIA

SAMPEL 1 2 3

1 ADES PT Ades Waters Indonesia Tbk. √ x √ -

2 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ √ Sampel 1

3 AQUA PT Aqua Golden Missisipi Tbk √ √ √ Sampel 2

4 BATI PT Bat Indonesia Tbk √ x √ -

5 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ Sampel 3

6 DAVO PT Davomas Abadi Tbk √ √ √ Sampel 4

7 DLTA PT Delta Djakarta Tbk √ √ √ Sampel 5

8 DVLA PT Darya-Varia Laboratoria Tbk √ √ √ Sampel 6

9 FAST PT Fast Food Indonesia Tbk. √ √ √ Sampel 7

10 GGRM PT Gudang Garam Tbk √ √ √ Sampel 8

11 HMSP PT HM Sampoerna √ √ √ Sampel 9


(44)

NO KODE NAMA PERUSAHAAN

KRITERIA

SAMPEL 1 2 3

13 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ Sampel 11

14 KAEF PT Kimia Farma Tbk √ √ √ Sampel 12

15 KLBF PT KalbeFarma Tbk √ √ √ Sampel 13

16 MERK PT Merck Tbk √ √ √ Sampel 14

17 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 15

18 MRAT PT Mustika Ratu Tbk √ √ √ Sampel 16

19 MYOR PT Mayora Tbk √ √ √ Sampel 17

20 PROD PT Sara Lee Body Care Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 18

21 PSDN PT Prashida Aneka Niaga Tbk √ x √ -

22 PTSP PT Pioneerindo Gourmet International Tbk √ x √ -

23 RMBA PT Bentoel International Inv. Tbk √ √ √ Sampel 19

24 SIPD PT Sierad Produce Tbk √ √ √ Sampel 20

25 SKBM PT Sekar Bumi Tbk √ x √ -

26 SKLT PT Sekar Laut Tbk √ √ √ Sampel 21

27 SMAR PT Smart Tbk √ √ √ Sampel 22

28 STTP PT Siantar Top Tbk √ √ √ Sampel 23

29 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk √ √ √ Sampel 24

30 TCID PT Mandom IndonesiaTbk √ √ √ Sampel 25

31 ULTJ PT Ultra Jaya Milk √ √ √ Sampel 26

32 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 27


(45)

C. Jenis dan Sumber Data

Menurut jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Umar (2003 : 60) “data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain”. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu :

1. informasi mengenai hutang jangka pendek, 2. informasi mengenai piutang,

3. informasi mengenai tingkat likuiditas.

Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk data time series yaitu, sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu, misalnya mingguan, bulanan atau tahunan, dan data cross-section yaitu sekumpulan data suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu saja (Umar, 2003 : 61). Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari 32 perusahaan (section) selama 2 tahun (series) yaitu tahun 2006-2007.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan peneliti adalah studi dokumentasi yaitu, dengan mengumpulkan data sekunder berupa catatan-catatan laporan keuangan maupun


(46)

informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Data penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006 : 31). Variabel penelitian merupakan garis besar dari penelitian yang akan diteliti. Adapun klasifikasi variabel penelitian ini sebagai berikut.

1. Klasifikasi Variabel

Variabel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini terdiri dari. a. Variabel Independen

Variabel independen yaitu variabel bebas yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel – variabel lain bahkan variabel ini merupakan faktor penyebab yang akan mempengaruhi variabel lainnya

Variabel independen dalam penelitian ini adalah besarnya Hutang Jangka Pendek dan besarnya Piutang.

b. Variabel Dependen

Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel Dependen dari penelitian ini adalah tingkat likuiditas perusahaan.


(47)

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan penjelasan - penjelasan variabel yang telah dipilih. Definisi operasional variabel pada penelitian ini akan dijelaskan dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2

Definisi operasional Variabel

Sumber : Peneliti, 2009

Berdasarkan tabel diatas terdapat beberapa penjelasan. 1. Hutang Jangka Pendek (Variabel X1)

Hutang jangka pendek adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun atau siklus operasi normal perusahaan dan harus dilunasi dengan menggunakan aktiva lancar, serta kewajiban tersebut berdasarkan transaksi yang telah terjadi.Hutang jangka pendek dalam Jenis Variabel Nama Variabel Indikator Kritria

/Ukukran

Dependen Tingkat

Likuiditas (Y) Laporan Keuangan Tahun 2006-2007 Current Ratio periode 2006-2007

Independen Hutang Jangka Pendek (X1) Laporan Keuangan Tahun 2006-2007 TradesPayables periode 2006-2007

Independen Piutang (X2) Laporan

Keuangan Tahun 2006-2007

Trades Receivable periode 2006-2007


(48)

penelitian ini diambil dari trade payable perusahaan-perusahaan konsumsi pada periode 2006-2007.

2. Piutang (Variabel X2)

Piutang adalah semua hak atau klaim terhadap pelanggan atau pihak lain atas uang ,barang dan jasa sebagai akibat transaksi dimasa lalu. Adapun piutang dalam penelitian ini diambil dari trade receivable pada periode 2006 – 2007.

3. Likuiditas (Variabel Y)

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kemampuan perusahaan untuk mengkonversikan aktiva menjadi uang tunai atau kas. Dalam penelitian ini, likuiditas diukur dengan menggunakan Current Ratio (CR).

Current Ratio = Total Current Asset

Current Liabilities

X 100 %

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan SPSS 16. Peneliti melakukan terlebih dahulu statistik deskriptif, uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.


(49)

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah metode statistika yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan menjadi sebuah informasi. Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap data-data variabel penelitian yang akan kita gunakan dalam penelitian (Nugroho, 2005:1).

2. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik mencakup uji normalitas, uji multikolinearitas, Uji heteroskedastissitas, uji autokorelasi,

Pengujian asumsi klasik yang diabahas sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2005 : 110), “uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil”.

Pengujian normalitas dilakukan dengan uji non-parametrik Kolmogorov-Smirnov, dimana data yang berdistribusi normal akan memiliki nilai yang lebih besar dari 0,05. Selain itu, uji normalitas dapat juga dilihat melaui grafik histogram dan grafik normal plot.


(50)

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2005 : 91). Mendeteksi ada atau tidaknya multikolineritas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF= 1/Tolerance). Batasan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolineritas adalah nilai Tolerance <0.10 atau sama dengan nilai VIF >10.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokesdatisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskesdatisitas. (Ghozali, 2005 : 105).

Menurut Ghozali (2005 : 105), ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskesdatisitas :

melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskesdatisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya


(51)

pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskesdatisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskesdatisitas.

d. Uji Autokorelasi

Masalah autokorelasi akan muncul bila data yang dipakai adalah data runtut waktu (timeseries). “Autokorelasi akan muncul bila data sesudahnya merupakan fungsi dari data sebelumnya atau data sesudahnya memiliki korelasi yang tinggi dengan data sebelumnya pada data runtut waktu dan besaran data sangat tergantung pada tempat data tersebut terjadi”. (Hadi, 2006 : 175)

Dalam mendeteksi adanya autokorelasi bisa digunakan tes Durbin Watson (DW). Deteksi autokorelasi dengan cara ini dimulai dengan menghitung nilai d, setelah nilai d diketemukan maka tahapan berikutnya adalah menentukan nilai du dan dl dengan menggunakan tabel Durbin Watson. Menurut Hadi Salah satu cara untuk mengatasi adanya masalah autokorelasi (bila ada) adalah dengan cara menambahkan satu variabel baru,


(52)

yaitu variable lag -1. (2006;176), berikut ini merupakan ketentuan yang digunakan dalam uji Durbin Watson (DW).

du < d < 4-du Tidak ada autokorelasi d < dl Terdapat autokorelasi positif d > 4-dl Terdapat autokorelasi negatif

dl < d < du Tidak ada keputusan tentang autokorelasi 4-du < d < 4-dl Tidak ada keputusan tentang autokorelasi

3. Pengujian Hipotesis

Dalam mengetahui bagaimana pengaruh hutang jangka pendek dan piutang secara parsial terhadap tingkat likuiditas digunakan analisis regresi linier sederhana dengan uji t. Cara yang digunakan adalah dengan cara membandingkan nilai probabilitas masing-masing variabel dengan besarnya nilai α = 5 %. Aturan yang digunakan adalah jika probabilitas variabel > probabilitas 5% maka H0 diterima, dan jika probabilitas variabel < probabilitas 5% maka H0 ditolak dan terima Ha.

Mengetahui bagaimana pengaruh hutang jangka pendek dan piutang secara bersama terhadap tingkat likuiditas digunakan analisis regresi linier berganda dengan uji F.


(53)

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan :

Y = Tingkat Likuiditas

a = konstanta

b1, b2 = koefisien regresi

X1 = Hutang Jangka Pendek

X2 = Piutang

e = Tingkat kesalahan pengganggu

G. Jadwal Penelitian

Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

Tahapan Penelitian Sept. Okt. Nov. Des- Mei.

Juni. Pengajuan Judul


(54)

Pengumpulan Data

Seminar Proposal

Penulisan Skripsi

Ujian Skripsi

Sumber : Peneliti, 2009

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN


(55)

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari laporan keuangan perusahaan yang menjadi sampel, yaitu sejak tahun 2006 hingga tahun 2007. Adapun informasi yang dibutuhkan dari laporan keuangan perusahaan adalah informasi yang berhubungan dengan variabel penelitian. Data penelitian ini disajikan dalam lampiran 1.

B. Statistik Deskriptif

Pada dasarnya statistik deskriptif digunakan untuk mempelajari metode pengringkasan, penggambaran dan penampilan data (summarizing, describing, displaying). Dengan adanya statitistik deskriptif dapat membantu peneliti dalam memaparkan dan mengenal lebih dalam mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Dibawah ini akan dijelaskan variabel statistik deskriptif sebagai berikut.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Statistics

Trade Payables

Trade


(56)

N Valid 54 54 54

Missing 0 0 0

Mean 2.05E8 3.78E8 3.4126

Std. Deviation 3.289E8 5.811E8 3.05537

Variance 1.081E17 3.377E17 9.335

Minimum 2984000 3522000 .53

Maximum 1821644000 2775736000 17.61

Sumber : Hasil olah data statistik, 2009 tabel 4.1 menjelaskan bahwa:

1. variabel trades payable memiliki nilai minimum 2.984.000 dan niai maximum 1.821.644.000 Rata-rata trades payable 2.05E8 dengan standar deviasi 3.289E8,

2. variabel trades receivable memiliki nilai minimum 3.522.000 dan nilai maximum 2.775.736.000. Rata rata trades receivable 3,78E8 dengan standar deviasi 5.811E8,

3. variabel current ratio memiliki nilai minimum 0.53 dan nilai maximum 17.61. Rata- rata current ratio 3.4126 dengan standar deviasi 3.05537

C. Uji Asumsi Klasik

Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan


(57)

perbaikan terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas Data

Menurut Chariri dan Ghozali (2005 : 110), “uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.” Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji f mengasumsikan bahwa residual mengikuti distribusi normal.

Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji apakah residual berdistribusi normal adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:

H0 : Data residual berdistribusi normal

H1 : Data residual tidak berdistribusi normal

Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima dan sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak atau H1 diterima.

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


(58)

Trade Payables

Trade Receivables

Current Ratio

N 54 54 54

Normal Parametersa Mean 2.05E8 3.78E8 3.4126

Std. Deviation 3.289E8 5.811E8 3.05537

Most Extreme Differences Absolute .269 .278 .195

Positive .246 .278 .195

Negative -.269 -.260 -.173

Kolmogorov-Smirnov Z 1.979 2.039 1.435

Asymp. Sig. (2-tailed) .001 .000 .033

.

Sumber: Data yang diolah penulis, 2009

Dari hasil pengolahan data tersebut, diperoleh bahwa data dalam penelitian ini tidak terdistribusi secara normal, dimana kedua variabel memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 yaitu variabel Trade Payables sebesar 0.001, variabel Trade Receivables sebesar 0.000 sedangkan variabel Current Ratio 0,33. Ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal menurut Erlina (2007:106) yaitu:

a.lakukan transformasi data ke bentuk lainnya, b.lakukan trimming, yaitu membuang data outlier,

c.lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu nilai tertentu.


(59)

Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, peneliti melakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln) Setelah itu, data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Berikut ini adalah hasil pengujian dengan Kolmogorov-Smirnov:

Tabel 4.3

Uji Normalitas Data

Setelah Transformasi Dengan Logaritma Natural One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Trade Payables

Trade

Receivables Current Ratio

N 54 54 54

Normal Parametersa Mean 18.1875 18.9934 .9213

Std. Deviation 1.43681 1.28067 .77490

Most Extreme Differences

Absolute .069 .098 .115

Positive .069 .091 .115

Negative -.051 -.098 -.083

Kolmogorov-Smirnov Z .505 .718 .843

Asymp. Sig. (2-tailed) .960 .681 .476

a. Test distribution is Normal.

Sumber: Data yang diolah peneliti, 2009

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa data dalam model regresi telah terdistribusi secara normal karena kedua variabel mempunyai nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 yaitu Trade Payables 0.960, Trade Receivables 0.681 dan Current Ratio sebesar 0.476 yang berarti bahwa H0 diterima. Setelah data terdistribusi secara normal, maka dilajutkanlah uji


(60)

asumsi klasik lainnya. Untuk lebih jelas berikut ini dilampirkan grafik histogram dan grafik p-plot data yang telah berdistribusi normal:

Gambar 4.1

Uji Normalitas dengan Histogram Sumber : Hasil Olah Statistik, 2009

Hasil uji grafik dalam penelitian ini menunjukkan distribusi residual yang normal, hal ini ditunjukkan grafik histogram yang tidak melenceng baik ke kanan maupun ke kiri. Normal probablility plot juga menunjukkan hal yang sama dimana titik-titik dalam plot terlihat menyebar di sekitar garis diagonal baik di atas maupun di bawah garis diagonal.


(61)

Gambar 4.2

Uji Normalitas dengan Plot Sumber : Hasil Olah Statistik, 2009

Uji normalitas data juga dapat dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov test, seperti yang terlihat dalam tabel 4.4 berikut :


(62)

Tabel 4.4

Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Setelah Transformasi Dengan Logaritma Natural

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Trade Payables

Trade

Receivables Current Ratio

N 54 54 54

Normal Parametersa Mean 18.1875 18.9934 .9213

Std. Deviation 1.43681 1.28067 .77490

Most Extreme Differences

Absolute .069 .098 .115

Positive .069 .091 .115

Negative -.051 -.098 -.083

Kolmogorov-Smirnov Z .505 .718 .843

Asymp. Sig. (2-tailed) .960 .681 .476

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Hasil Olah Statistik, 2009

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa data bersifat normal dengan kriteria :

n = 54 berarti jumlah sampel yang diamati ada 54 sampel data,dimana nilai Kolmogorov-Smirnov = 0.505 ;0 .718 ; 0.843 dengan probabilitas atau p> 0,05 pada uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Oleh karena nilai p untuk setiap variabel yang diuji > 0,05 , hal ini berarti Ho diterima yang berarti data residual terdistribusi secara normal, dengan data variabel pada 54 sampel atau memenuhi syarat uji normalitas, Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan distribusi residual sudah


(63)

normal dengan demikian syarat pertama dalam melakukan uji t dan uji f sudah terpenuhi.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemuka n adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2005 : 91). Dalam mendeteksi ada atau tidaknya multikolineritas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF= 1/Tolerance). Batasan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolineritas adalah nilai Tolerance <0.10 atau sama dengan nilai VIF >10.Hasil uji multikolinearitas disajikan dalam tabel 4.5


(64)

Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant)

Trade Payables

2.874

-.413

1.319

.070 -.765

2.178

-5.873

0.34

.000 .687 1.456 Trade

Receivables .292 .079 .483 3.708 .001 .687 1.456

a. Dependent Variable: Current Ratio

Sumber : Hasil olah data statistik, 2009

Hasil perhitungan nilai Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,1 yakni sebesar 0.687. Sedangkan hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai VIF tidak lebih dari 10 yakni sebesar 1.456. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdatisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas


(65)

atau tidak terjadi heteroskesdatisitas. (Ghozali, 2005 : 105). Hasil dari uji Heteroskedastisitas dapat ditunjukkan dalam grafik scatterplot antara ZPRED dan SRESID sebagai berikut :

Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas Sumber : Hasil olah data statistik, 2009

4. Uji Autokorelasi

Masalah autokorelasi akan muncul bila data yang dipakai adalah data runtut waktu (timeseries). “Autokorelasi akan muncul bila data sesudahnya merupakan fungsi dari data sebelumnya atau data sesudahnya memiliki korelasi yang tinggi dengan data sebelumnya pada data runtut waktu dan besaran data sangat tergantung pada tempat data tersebut terjadi”. (Hadi, 2006 : 175). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi bisa digunakan tes Durbin Watson (DW). Deteksi autokorelasi dengan cara ini dimulai dengan menghitung nilai d, setelah nilai d diketemukan maka tahapan berikutnya


(66)

adalah menentukan nilai du dan dl dengan menggunakan tabel Durbin Watson.

Ketentuan :

du < d < 4-du Tidak ada autokorelasi d < dl Terdapat autokorelasi positif d > 4-dl Terdapat autokorelasi negatif

dl < d < du Tidak ada keputusan tentang autokorelasi 4-du < d < 4-dl Tidak ada keputusan tentang autokorelasi (Hadi, 2006 : 176)

“Salah satu cara untuk mengatasi adanya masalah autokorelasi (bila ada) adalah dengan cara menambahkan satu variabel baru, yaitu variable lag -1.” (Hadi, 2006 : 176)

Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4.6 Uji Autokorelasi

Sumber : Hasil olah data statistik, 2009

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .637a

.405 .382 .60922 2.497

a. Predictors: (Constant), Trade Receivables, Trade Payables b. Dependent Variable: Current Ratio


(67)

Dari tabel 4.6 di atas, diketahui nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar 2.497. nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%, jumlah sampel (n) = 27, dan jumlah variabel independen (k) = 2, maka berdasarkan tabel Durbin Watson didapat nilai batas atas (du) sebesar 1.24 dan nilai batas bawah (dl) sebesar 1.56. Oleh karena itu, nilai (Dw) lebih besar dari 1.24 dan lebih kecil dari 4 – 1.24 atau dapat dinyatakan bahwa 1.24 < 2.497 < 4 - 1.24 (du < d < 4 – du). Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun negatif.

D. Uji Hipotesis 1. Uji Regresi

Dalam pengujian apakah variabel independen mempengaruhi variabel dependen dapat diketahui dari analisis regresi. Analisis regresi dalam penelitian ini, dapat dilihat dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.7 Uji Regresi

Sumber : Hasil olah data statistik, 2009

Dari hasil pengolahan regresi berganda diatas dapat diketahui bahwa nilai R adalah sebesar 0,637 atau 63,7 %. Nilai R pada intinya mengukur

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .637a .405 .382 .60922 2.497

a. Predictors: (Constant), Trade Receivables, Trade Payables b. Dependent Variable: Current Ratio


(68)

seberapa besar hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Sedangkan nilai R Square (koefisien determinasi) mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam menerangkan variabel dependen. Nilai R Square diantara 0 dan 1. Nilai R Square yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.

Nilai R Square dari output diatas adalah sebesar 0,405. Ini berarti bahwa variasi dari variabel independen yang terdiri dari Trades Payable dan Trades Receivable menjelaskan variasi variabel dependen sebesar 40.5%. 2. Uji-F (ANOVA)

Tabel 4.8 Uji ANOVA

Sumber : Hasil olah data statistik, 2009

Dari uji ANOVA diketahui F hitung adalah sebesar 17,373 dengan tingkat signifikansi (Sig. F.stat < 0,05), yang berarti Ha diterima, dengan kata lain hasil ini menunjukkan bahwa seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan), mempengaruhi variabel dependen.

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 12.896 2 6.448 17.373 .000a

Residual 18.929 51 .371

Total 31.825 53

a. Predictors: (Constant), Trade Receivables, Trade Payables b. Dependent Variable: Current Ratio


(69)

3. Uji t (Uji Individu)

Uji t dengan melihat signifikansi untuk masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9 Uji t

Sumber : Hasil olah data statistik 2009

Berdasarkan keterangan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :

a. nilai variabel trade payable yang diberikan mempunyai nilai t hitung sebesar -5,873 lebih kecil dari nilai t tabel dengan nilai signifikansi sebesar 0,00 yaitu lebih kecil dari 0,05, dengan kata lain variabel trade payable yang diberikan secara parsial tidak berpengaruh terhadap besarnya CR;

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleranc

e VIF

1 (Constant) 2.874 1.319 2.178 .034

Trade Payables -.413 .070 -.765 -5.873 .000 .687 1.456

Trade

Receivables .292 .079 .483 3.708 .1 .687 1.456

a. Dependent Variable: Current Ratio


(70)

b. nilai variabel trade receivable mempunyai nilai t hitung sebesar 3.708 lebih besar dari nilai t tabel dengan nilai signifkansi sebesar 0,1 yaitu lebih besar dari 0,05, dengan kata lain variabel trade receivable secara parsial berpengaruh terhadap besarnya CR.

Persamaan regresi berganda dapat digambarkan sebagai berikut :

Y = 2,874- 0.413X1 + 0.292X2+e

Keterangan :

Y = variabel dependen yaitu berupa current ratio

a = konstanta sebesar 2,874

X1 = variabel trade payable

X2 = variabel trade receivable

e = tingkat kesalahan pengganggu (error)

dimana nilai tersebut dapat diartikan sebagai berikut :

Y = 2,874 - 0.413 X1 + 0.292 X2


(71)

merupakan konstanta dimana jika besarnya X1 dan X2 adalah nol, maka besarnya variabel dependen yaitu current ratio adalah sebesar 2,874;

2) koefisien X1, besarnya = -0.413

merupakan koefisien variabel X1 dimana jika variabel X1 bertambah 1 satuan maka besarnya variabel dependen akan berkurang sebesar 0.413

3) koefisien X2, besarnya = 0.292

merupakan koefisien variabel X2 dimana jika variabel X2 bertambah 1 satuan maka besarnya variabel dependen akan bertambah sebesar 0.292

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil pengolahan regresi berganda diatas menunjukkan nilai R sebesar 63.7 %, nilai R pada dasarnya menggambarkan seberapa besar hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Ini berarti kedua variabel independen dalam penelitian ini, LN_Trade Payable dan LN_Trade Receivable secara bersama-sama memiliki hubungan dengan variabel dependen yaitu LN_Current Ratio (CR) sebesar 63.7 %.

Pengolahan regresi berganda diatas juga menunjukkan nilai R Square sebesar 0,405 atau sebesar 40,5 %. Berbeda dari nilai R, nilai R Square menunjukkan seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai R Square berada diantara 0 sampai 1. Nilai R


(72)

Square yang mendekati 1 menunjukkan bahwa dalam suatu model regresi, kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen semakin baik. Dalam model regresi diatas nilai R Square sebesar 0,405 atau 40,5 % , hal ini berarti kemampuan variabel independen yaitu, Trade Payable dan Trade Receivable secara bersama-sama dalam menjelaskan variasi variabel dependen Current Ratio relatif besar, sedangkan sisanya sebesar 59,5 % (100%-40,5%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam model regresi ini.

Peneliti berpendapat bahwa faktor-faktor lain yang mungkin lebih besar pengaruhnya terhadap Current Ratio (CR) adalah jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tingkat kewajiban lancar lancar yang harus segera dipenuhi oleh perusahaan, sehingga dapat dihasilkan tingkat likuiditas yang memadai dalam hal ini tidak terlalu rendah dan tidak tidak terlalu tinggi, dimana tingkat likuiditas tentunya merupakan indikator bagi perusahaan untuk dapat melaksanakan kegiatan operasionalnya secara efektif dan efisien.

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji ANOVA dalam melihat apakah kedua variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai Sig.F Stat.sebesar 0,05. Nilai F hitung yang didapat dari hasil uji diatas adalah sebesar 17,373 dengan nilai signifikansi 0,000 dimana artinya (Sig. F.stat < 0,05), yang berarti Ha diterima, dengan kata lain hasil ini menunjukkan bahwa variabel independen yaitu Trade Payable dan Trade Receivable secara bersama-sama


(73)

(simultan), mempengaruhi variabel dependen secara signifikan terhadap variabel dependen Current Ratio (CR). Adapun koefisien regresi dari masing-masing variabel independen adalah - 0.413 untuk variabel trade payable dan 0.292 untuk variabel trade receivable.

Uji parsial (t test) digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji menunjukkan bahwa varibel independen trade payable, yang dimasukkan ke dalam model regresi tidak signifikan pada 0,05 dimana hal ini menandakan bahwa variabel trade payable tidak berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu CR, sedangkan variabel independen trade receivable yang dimasukkan ke dalam model regresi signifikan pada 0,05 dimana hal ini menandakan bahwa variabel Trade Recevaible berpengaruh terhadap variabel dependen CR. Dengan kata lain, tingkat CR dari setiap perusahaan konsumsi, lebih disebabkan oleh trade receivable yang diberikan serta faktor-faktor lain yang tidak tercermin dalam penelitian ini.


(1)

(2)

2. Uji Multikolinearitas

Coefficient Correlations(a)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.874 1.319 2.178 .034

Trade Payables -.413 .070 -.765 -5.873 .000 .687 1.456

Trade

Receivables .292 .079 .483 3.708 .001 .687 1.456


(3)

3. Uji Heteroskedastisitas

4. Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .637a .405 .382 .60922 2.497

a. Predictors: (Constant), Trade Receivables, Trade Payables b. Dependent Variable: Current Ratio


(4)

Lampiran 4

Output II : Uji F dan Uji t

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .637a .405 .382 .60922 2.497

a. Predictors: (Constant), Trade Receivables, Trade Payables b. Dependent Variable: Current Ratio


(5)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 12.896 2 6.448 17.373 .000a

Residual 18.929 51 .371

Total 31.825 53

a. Predictors: (Constant), Trade Receivables, Trade Payables b. Dependent Variable: Current Ratio


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.874 1.319 2.178 .034

Trade Payables -.413 .070 -.765 -5.873 .000 .687 1.456

Trade

Receivables .292 .079 .483 3.708 .1 .687 1.456


Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Kas, Net Profit Margin, dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

10 140 99

Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 56 97

Pengaruh Hutang Terhadap Laba Usaha Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

71 324 65

Pengaruh Hutang Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

69 357 75

Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

16 141 75

Pengaruh Perputaran Kas dan Piutang Terhadap Likuiditas pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

90 511 71

Pengaruh perputaran piutang dan arus kas operasi terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

18 88 153

PENGARUH BIAYA PRODUKSI, HUTANG JANGKA PENDEK DAN HUTANG JANGKA PANJANG TERHADAP LABA BERSIH PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2013

0 0 15

PENGARUH HUTANG JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 5 10

PENGARUH TINGKAT KESULITAN KEUANGAN DAN TINGKAT HUTANG TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 1 14