Uji Autokorelasi Uji Asumsi Klasik

atau tidak terjadi heteroskesdatisitas. Ghozali, 2005 : 105. Hasil dari uji Heteroskedastisitas dapat ditunjukkan dalam grafik scatterplot antara ZPRED dan SRESID sebagai berikut : Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas Sumber : Hasil olah data statistik, 2009

4. Uji Autokorelasi

Masalah autokorelasi akan muncul bila data yang dipakai adalah data runtut waktu timeseries. “Autokorelasi akan muncul bila data sesudahnya merupakan fungsi dari data sebelumnya atau data sesudahnya memiliki korelasi yang tinggi dengan data sebelumnya pada data runtut waktu dan besaran data sangat tergantung pada tempat data tersebut terjadi”. Hadi, 2006 : 175. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi bisa digunakan tes Durbin Watson DW. Deteksi autokorelasi dengan cara ini dimulai dengan menghitung nilai d, setelah nilai d diketemukan maka tahapan berikutnya Universitas Sumatera Utara adalah menentukan nilai du dan dl dengan menggunakan tabel Durbin Watson. Ketentuan : d u d 4-d u Tidak ada autokorelasi d d l Terdapat autokorelasi positif d 4-d l Terdapat autokorelasi negatif d l d d u Tidak ada keputusan tentang autokorelasi 4-d u d 4-d l Tidak ada keputusan tentang autokorelasi Hadi, 2006 : 176 “Salah satu cara untuk mengatasi adanya masalah autokorelasi bila ada adalah dengan cara menambahkan satu variabel baru, yaitu variable lag - 1.” Hadi, 2006 : 176 Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.6 Uji Autokorelasi Sumber : Hasil olah data statistik, 2009 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .637 a .405 .382 .60922 2.497 a. Predictors: Constant, Trade Receivables, Trade Payables b. Dependent Variable: Current Ratio Universitas Sumatera Utara Dari tabel 4.6 di atas, diketahui nilai Durbin-Watson D-W sebesar 2.497. nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5, jumlah sampel n = 27, dan jumlah variabel independen k = 2, maka berdasarkan tabel Durbin Watson didapat nilai batas atas du sebesar 1.24 dan nilai batas bawah dl sebesar 1.56. Oleh karena itu, nilai Dw lebih besar dari 1.24 dan lebih kecil dari 4 – 1.24 atau dapat dinyatakan bahwa 1.24 2.497 4 - 1.24 du d 4 – du. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun negatif.

D. Uji Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Kas, Net Profit Margin, dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

10 140 99

Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 56 97

Pengaruh Hutang Terhadap Laba Usaha Pada Perusahaan Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

71 324 65

Pengaruh Hutang Jangka Pendek Dan Jangka Panjang Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

69 357 75

Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Likuiditas pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

16 141 75

Pengaruh Perputaran Kas dan Piutang Terhadap Likuiditas pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

90 511 71

Pengaruh perputaran piutang dan arus kas operasi terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

18 88 153

PENGARUH BIAYA PRODUKSI, HUTANG JANGKA PENDEK DAN HUTANG JANGKA PANJANG TERHADAP LABA BERSIH PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2013

0 0 15

PENGARUH HUTANG JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 5 10

PENGARUH TINGKAT KESULITAN KEUANGAN DAN TINGKAT HUTANG TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 1 14