Ekstrak Daun Binahong PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM TERHADAP PERFORMA BROILER

12 oleh pompa vakum mengakibatkan pelarut menguap dari campuran kemudian terkondensasi dan masuk dalam labu penampung. Faktor-faktor yang menentukan hasil ekstraksi adalah jangka waktu sampel kontak dengan cairan pengekstraksi waktu ekstraksi, perbandingan antara jumlah sampel terhadap jumlah cairan pengekstraksi jumlah bahan pengekstraksi, ukuran bahan dan suhu ekstraksi. Lama waktu ekstraksi berpengaruh terhadap kontak dengan sampel, sehingga titik jenuh larutan akan bertambah. Perbandingan jumlah pelarut dengan jumlah bahan berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi. Jumlah pelarut yang berlebihan tidak akan mengekstrak lebih banyak, namun dalam jumlah tertentu pelarut dapat bekerja optimal. Ekstraksi akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi hal ini dapat mengakibatkan beberapa komponen mengalami kerusakan. Penggunaan suhu 50°C menghasilkan ekstrak yang optimum dibandingkan dengan suhu 40°C dan 60°C Voight, 1994.

C. Senyawa Aktif Daun Binahong

Senyawa kimia tanaman terdiri dari dua bagian, yaitu senyawa metabolit primer dan metabolit sekunder. Senyawa metabolit primer merupakan senyawa yang bermolekul besar, sedangkan senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa yang bermolekul kecil Sirait, 2007. Senyawa aktif yang terdapat pada daun binahong berupa senyawa metabolit sekunder, terdiri dari flavonoid, alkaloid, terpenoid atau steroid, dan saponin Astuti, 2012. 13

1. Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa polar yang mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, methanol, butnol, aseton, dan lainnya. Flavonoid memiliki cincin benzene dan gugus gula yang reaktif terhadap radikal bebas, serta bertindak sebagai senyawa penangkap radikal bebas Shabella, 2013. Flavonoid dalam tumbuhan berperan sebagai glikosida dan aglikogen flavonoid. Hasil penelitian Astuti 2012 menyebutkan bahwa bagian daun binahong yang diekstraksi dengan etanol mengandung flavonoid berkisar 20--70 mgl. Menurut Astuti 2012, senyawa flavonoid mempunyai aktivitas fitokimia yang berfungsi menghancurkan mikroba, terutama bakteri gram positif. Selain itu, senyawa aktif flavonoid berperan sebagai antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme. Aktivitas farmakologi dari flavonoid adalah sebagai anti inflamasi, analgesik, dan antioksidan Shabella, 2013.

2. Saponin

Berdasarkan ketidaklarutannya dalam air dan tidak beracun terhadap hewan, saponin merupakan glikosida sterol, sedangkan berdasarkan gugusnya saponin dibedakan menjadi saponin terpenoid dan saponin steroid Robinson, 1995. Saponin terperoid tersusun dari sistem cincin oleanana atau ursana. Glikosida sterol mengandung 1--6 unit monosakarida glukosa, galaktosa, dan ramnosa dan aglikonnya disebut sapogenin, yang mengandung satu atau dua gugus karboksil Poedjiadi dan Supriyanti, 2009. 14 Menurut Astuti 2012, saponin merupakan senyawa bioaktif pada pertumbuhan hewan dan saluran pencernaan. Kandungan saponin dalam daun binahong adalah 28,14 gram per gram daun. Menurut FAO 2005, pemberian maksimal senyawa saponin dalam ransum adalah 3,70 gkg ransum. Saponin memiliki sifat seperti busa sabun yang dapat membersihkan materi-materi yang menempel pada dinding usus, sehingga memudahkan penyerapan molekul-molekul besar terserap dalam tubuh dan terjadi peningkatan zat nutrisi yang dideposit dalam tubuh, sehingga berpengaruh terhadap pertambahan berat tubuh Francis dkk., 2002.

3. Terpenoid atau steroid

Terpenoid atau steroid merupakan senyawa organik yang terbentuk dari isoprena CH 3 =CCH 3 -CH=CH 2 . Terpenoid merupakan komponen dari minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan senyawa folatil yang dihasilkan oleh jaringan tertentu disuatu tanaman. Fungsi minyak atsiri adalah membantu pencernaan dengan merangsang sistem syaraf eksresi, sehingga mengeluarkan getah lambung yang mengandung enzim amilase, lipase, tripsin, dan pepsin yang diekskresikan kedalam lambung dan usus Habibah dkk., 2012. Menurut Poedjiadi dan Supriyanti 2009, enzim amilase, lipase, tripsin, dan pepsin merupakan enzim yang terdapat dalam cairan pankreas. Enzim amilase berfungsi sebagai katalis dalam proses hidrolisis amilum, dekstrin, dan glikogen menjadi maltosa. Enzim ini akan bekerja optimal pada kisaran pH 6,60. Enzim lipase, tripsin, dan pepsin berfungsi sebagai pemecah lemak, protein, dan pepton.

Dokumen yang terkait

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK n-HEKSANA, ETIL ASETAT dan ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PERTUMBUHAN Pseudomonas aeruginosa SECARA IN VITRO

0 21 19

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK n-HEKSANA, ETIL ASETAT dan ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PERTUMBUHAN Pseudomonas aeruginosa SECARA IN VITRO

7 327 19

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK n-HEKSANA DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PENYEMBUHANMIKROSKOPIS LUKA TIKUS DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN

3 24 92

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II ANTARA PEMBERIAN TOPIKAL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TUMBUK DAN HIDROGEL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague Dawley

3 24 41

UJI EFEKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TIKUS PUTIH JANTAN GALUR Sprague Dawley YANG DIINDUKSI KARAGENIN

13 75 55

UJI EFEKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP LARVA Aedes aegypti INSTAR III

5 23 63

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM TERHADAP PERFORMA BROILER

4 65 58

EFEK PROTEKTIF EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI OLEH ETANOL

6 42 69

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM TERHADAP BOBOT HIDUP, BOBOT KARKAS DAN GIBLET BROILER

6 44 45

UJI AKTIVITAS ANTIKOLESTEROL EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) SECARA IN VITRO

2 4 6