Konversi ransum Performa Broiler

23 Menurut Rasyaf 2011, IOFC adalah hasil perhitungan dengan cara membandingkan jumlah penerimaan rata-rata dari hasil penjualan ayam dan jumlah biaya pengeluaran untuk ransum. Total biaya yang dikeluarkan untuk ransum adalah berkisar 40--70. Hal inilah yang menjadi tolak ukur IOFC dengan biaya ransum. Nilai IOFC yang dihasilkan akan memperlihatkan keterpaduan antara segi teknis dan ekonomis. Hasil perhitungan IOFC berkaitan dengan pegangan produksi dari segi teknis, sehingga dapat diduga tingkat efisiensi ayam mengubah makanan menjadi daging Nova dkk., 2002. Dijelaskan lebih lanjut oleh Nova dkk. 2002 bahwa nilai IOFC dipengaruhi oleh bibit ayam, ransum, dan harga. Biaya ransum memegang peran penting karena merupakan biaya terbesar dari total biaya yang dikeluarkan selama pemeliharaan ayam. Menurut Soewardi 1974, pada prinsipnya pemberian ransum pada ternak harus memperhatikan efisiensi biologis maupun efisiensi ekonomis. Penggunaan ransum yang berkualitas baik dan harga yang relatif murah merupakan tuntutan ekonomis untuk mencapai tingkat efisiensi ransum Yahya, 2003. Hasil penelitian Andriani 2012 menunjukkan bahwa nilai IOFC broiler berkisar 1,91--2,18, artinya setiap pengeluaran Rp 1,00 akan mendapat penerimaan sebesar Rp 1,91--2,18. Menurut Rasyaf 2011, besarnya nilai IOFC yang baik untuk usaha peternakan adalah lebih besar dari satu. 24 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada 10 Juni--8 Juli 2014 di kandang ayam Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Analisis bahan pakan dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Proses ekstraksi dilakukan di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

B. Bahan Penelitian

1. Ayam

Ayam yang digunakan pada penelitian ini adalah broiler strain MB 202 sebanyak 100 ekor, berasal dari PT. Multi Breeder Adirama Indonesia, Tbk yang dipelihara selama 28 hari. Rata-rata bobot tubuh DOC adalah 49,00±2,24 g dengan koefisien keragaman 4,56. Rata-rata bobot ayam yang digunakan pada saat perlakuan adalah 295,99±11,03 g dengan koefisien keragaman 3,73.

Dokumen yang terkait

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK n-HEKSANA, ETIL ASETAT dan ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PERTUMBUHAN Pseudomonas aeruginosa SECARA IN VITRO

0 21 19

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK n-HEKSANA, ETIL ASETAT dan ETANOL 70% DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PERTUMBUHAN Pseudomonas aeruginosa SECARA IN VITRO

7 327 19

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK n-HEKSANA DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP PENYEMBUHANMIKROSKOPIS LUKA TIKUS DIABETES YANG DIINDUKSI ALOKSAN

3 24 92

PERBANDINGAN TINGKAT KESEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II ANTARA PEMBERIAN TOPIKAL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TUMBUK DAN HIDROGEL PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR Sprague Dawley

3 24 41

UJI EFEKTIVITAS ANTIINFLAMASI EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TIKUS PUTIH JANTAN GALUR Sprague Dawley YANG DIINDUKSI KARAGENIN

13 75 55

UJI EFEKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) TERHADAP LARVA Aedes aegypti INSTAR III

5 23 63

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM TERHADAP PERFORMA BROILER

4 65 58

EFEK PROTEKTIF EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HATI TIKUS PUTIH YANG DIINDUKSI OLEH ETANOL

6 42 69

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) DALAM AIR MINUM TERHADAP BOBOT HIDUP, BOBOT KARKAS DAN GIBLET BROILER

6 44 45

UJI AKTIVITAS ANTIKOLESTEROL EKSTRAK ETANOL DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) SECARA IN VITRO

2 4 6