Pemilihan Deskriptor HASIL DAN PEMBAHASAN

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Catatan: Untuk mempermudah input data, nama senyawa selanjutnya akan digantikan oleh kode senyawa

4.2. Pemilihan Deskriptor

Penelitian ini menggunakan tiga buah deskriptor yang terdiri dari deskriptor hidrofobik, sterik, dan elektronik. Deskriptor hidrofobik berupa log P, dan log D, deskriptor sterik terdiri dari indeks Harary, indeks Randic, dan Indeks Wiener, serta deskriptor elektronik yaitu PPSA1 dan PNSA1 sehingga total deskriptor yang digunakan adalah 8 buah. 4.2.1. Deskriptor Hidrofobik 1. Log P Tabel 4.2 Data aktivitas, log p dan log D dari 23 senyawa turunan asam sinamat Kode Log 1IC 50 Log D Log P S1 1.636 2.32 -0.4698 S2 1.364 0.7 0.3395 S4 0.5834 2.12 0.1459 S5 0.0634 3.75 1.7694 S7 -0.3962 4.34 2.8523 S8 -0.4502 4.07 2.3185 4 ‐[2E‐3‐phenylprop‐2‐enoyl]phenyl 2E ‐3‐ phenylprop‐2‐enoate S34 4.624 -0.6649 Dimmo ck, dkk 1998 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta S9 -0.4923 3.46 1.9498 S10 -0.5010 4.67 2.6872 S13 -0.8357 4.07 2.3185 S14 -0.8970 4.67 2.6872 S15 -0.9309 4.79 2.6872 S17 -0.9395 3.3 1.4512 S18 -0.9459 3.99 2.4176 S19 -0.9836 3.89 2.5129 S20 -1.0681 4.67 2.6872 S22 -1.1185 3.4 2.1631 S23 -1.1553 3.58 1.9498 S24 -1.2214 4.23 2.4025 S25 -1.5856 2.46 1.7934 S27 -1.8633 3.76 2.0623 S28 -1.9845 3.84 0.9647 S29 -2.0985 2.52 1.5801 S31 -2.5181 -0.67 1.3291 Nilai log P dari 23 senyawa turunan asam sinamat berkisar antara - 0,469 sampai dengan 2,825. Nilai log P berkaitan dengan distribusi obat dalam tubuh. Semakin positif nilai log P senyawa akan cenderung berada pada fase non polar daripada fase polar, sedangkan semakin negatif nilai log P senyawa akan cenderung berada pada fase polar daripada fase non polar, yang berarti senyawa tersebut hanya larut dalam cairan tubuh saja dan sulit untuk menembus membran biologis sehingga tidak dapat berikatan dengan reseptor. Senyawa dengan nilai log P paling besar adalah senyawa dengan kode S7 2,825, hal ini terjadi karena pada senyawa ini terdapat 3 buah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta halogen yaitu fluor F yang bersifat nonpolar, selain itu pada senyawa ini terdapat gugus benzene yang juga bersifat nonpolar sehingga nilai dari log P senyawa ini lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa lainnya. Senyawa dengan nilai log P paling kecil adalah senyawa dengan kode S1 -0,469 kemungkinan hal ini terjadi karena adanya gugus amida. Dari nilai ini dapat dilihat bahwa senyawa dengan kode S7 merupakan senyawa yang lebih cenderung berada pada fase nonpolar sedangkan senyawa dengan kode S1 memiliki kecenderungan untuk berada pada fase polar. Gambar 4.2 senyawa dengan kode S1 dan S7 2. Log D Deskriptor hidrofobik yang digunakan dalam penelitian ini adalah log D koefisien distribusi hal ini dilakukan karena pada data set terdapat senyawa- senyawa yang bersifat terion. Pada dasarnya perhitungan koefisien partisi dibagi menjadi beberapa cara diantaranya adalah: 1. Berdasarkan atomik Perhitungan berdasarkan atomic cukup baik dan banyak digunakan karena perhitungannya didasarkan pada elemen-elemen umum yang digunakan dalam pembuatan obat oksigen, nitrogen, hydrogen, carbon, sulfur, dan halogen Cheng dkk. 2007 2. Berdasarkan fragmen Perhitungan berdasarkan fragmen mampu memberikan hasil prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan berdasarkan atomic UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan tetapi tidak dapat digunakan untuk molekul dengan gugus fungsi yang tidak umum Leo, 1995 Dalam HKSA log P mampu memberikan hasil prediksi yang baik tetapi pada lingkungan yang terion dan senyawa-senyawa yang terion penggunaan logD koefisien distribusi akan lebih akurat. 4.2.2. Deskriptor Elektronik Dalam penelitian ini deskriptor yang digunakan pada parameter elektronik adalah CPSA Charge Partial Surface Area dari 29 deskriptor CPSA yang mampu dihitung menggunakan CDK deskriptor kalkulator hanya PPSA1 dan PNSA1 saja yang digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan deskriptor ini dilakukan karena kedua deskriptor tersebut telah terbukti memiliki korelasi yang baik berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Staton, dkk. 2002. CPSA juga mampu membedakan antara agonis dan antagonis pada senyawa yang berikatan dengan reseptor estrogen. Dalam hal interaksi nonkovalen CPSA juga mampu untuk menggantikan energy LUMO Lowest Occupied Molecular Orbitals untuk menggambarkan sifat elektrofilitas local dan global suatu senyawa. Staton dkk. 2002 Secara statistik PPSA1 dan PNSA1 memiliki korelasi yang kurang baik terhadap aktivitas antikanker sehingga, akan tetapi deskriptor ini memiliki kepekaan yang lebih baik dibandingkan dengan deskriptor indeks topologi hal ini terlihat pada senyawa dengan kode S20 dan S14 dengan struktur yang tersusun oleh atom-atom yang sama PPSA1 dan PNSA1 mampu memberikan hasil yang berbeda tidak seperti hasil yang didapat pada indeks topologi khususnya indeks Randic. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.3 Struktur senyawa dengan kode S14 dan S20 4.2.3. Deskriptor Sterik Deskriptor dari parameter sterik yang digunakan adalah indeks topologi indeks Wiener, indeks Harary, dan indeks Randic. Pemelihan indeks Harary dan indeks Wiener adalah karena kesederhanaan dalam perhitungannya sehingga lebih dapat diterima selain itu ketiga deskriptor ini telah banyak digunakan dalam penelitian HKSA. Tabel 4.3 data deskriptor sterik Kode Indeks Harary Indeks Radix WPATH WPOL S1 49.24 15.07 594 21 S2 51.93 14.76 709 22 S4 39.15 13.36 446 16 S5 58.74 13.38 784 26 S7 67.25 14.59 1092 29 S8 53.76 13.38 691 23 S9 49.28 13.38 592 21 S10 59.09 13.38 772 27 S13 54.06 13.38 680 24 S14 58.58 13.38 794 26 S15 58.34 13.38 802 26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta S17 57.62 15.06 830 25 S18 56.34 15.2 874 23 S19 45.05 12.84 496 19 S20 58.37 13.38 804 26 S22 62.18 14.29 960 27 S23 49.24 13.38 594 21 S24 53.55 13.38 702 23 S25 40 10.79 428 18 S27 39.04 13.63 446 15 S28 38.57 13.63 458 15 S29 28.46 9.88 226 12 S31 25.1 8.73 174 10 Dari tabel 4.2 dapat terlihat bahwa senyawa yang memiliki struktur yang besar akan memberikan nilai indeks Harary, indeks Randic dan indeks Wiener yang besar pula hal ini terjadi karena molekul dengan keruahan yang besar akan memberikan nilai indeks topologi yang juga besar, selain itu perhitungan indeks topologi didasarkan pada perhitungan bahwa atom dipandang sebagai puncak atom dan sebagai tepian ikatan. Berdasarkan hal tersebut maka dapat diasumsikan bahwa semakin banyak atom penyusun dari suatu molekul maka nilai dari indeks topologi molekul tersebut akan semakin besar juga. Terdapat beberapa senyawa yang memiliki nilai indeks topologi yang sama, hal ini menunjukan bahwa deskriptor indeks topologi kurang peka terhadap adanya perubahan posisi ikatan dari suatu atom. Semakin banyak yang sama nilai dari deskriptor tersebut menunjukan bahwa deskriptor tersebut semakin kurang peka. Dilihat dari banyaknya kesamaan nilai deskriptor yang dihasilkan maka indeks randiks merupakan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta indeks yang paling kurang peka dibandingkan dengan indeks topologi yang lain. Tabel 4.4 korelasi setiap deskriptor terhadap aktivitas Secara statistik indeks topologi memiliki korelasi yang baik terhadap aktivitas antikanker terhadap sel p388. Korelasi antara aktivitas antikanker dengan indeks Harary 0,417, Randic 0,604 dan Wiener WPATH 0,370, dan WPOL 0,405. Dari gambar 4.3 terlihat bahwa semakin besar nilai deskriptor sterik akan meningkatkan aktivitas turunan asam sinamat Gambar 4.4 kurva hubungan indeks Harary terhadap kenaikan aktivitas turunan asam sinamat Aktivitas log1IC50 Indeks Harary UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3. Penghilangan Outlier