Prevalensi Skabies Tabel 4.2 Prevalensi Skabies Higiene Perorang

4.2. Data Subjek Sampel

4.2.1. Prevalensi Skabies Tabel 4.2 Prevalensi Skabies

Gambar 4. Diagram Prevalensi Skabies Pemeriksaan fisik kulit terhadap 76 orang santri Ponpes Darul Mujahadah Kabupaten Tegal menunjukkan bahwa prevalensi penyakit skabies adalah 47 santri 61,8. Prevalensi ini lebih rendah jika dibandingkan dengan prevalensi penyakit skabies di sebuah Ponpes di Jakarta yang mencapai 78,70 atau di Ponpes Kabupaten Pasuruan Jawa Timur sebesar 66,70 Kuspriyanto, 2002. Dengan demikian tampak bahwa penyakit skabies merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang perlu diperhatikan pada santri Ponpes. Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang tinggi serta dapat mengganggu Diagnosis Frekuensi Persentase Skabies Bukan Skabies 47 29 61,8 38,2 Jumlah 76 100 ketenangan pada waktu istirahat, terutama pada waktu tidur di malam hari. Handoko, 2007

4.2.2. Higiene Perorang

Penilaian higiene perorang dalam penelitian ini meliputi antara lain frekuensi mandi, memakai sabun, pakaian, handuk secara bergantian. Tabel 4.3 Prosentase Higienitas Perorang Responden Keterangan :  Dikatakan seseorang mempunyai personal hygiene yang baik apabila memenuhi 4 kriteria pada definisi operasional di atas yaitu mencakup frekuensi mandi 2 kali atau lebih dalam sehari serta sama sekali tidak menggunakan sabun, pakaian maupun handuk secara bersama-sama atau bergantian.  Dikatakan buruk apabila tidak memenuhi syarat yang disebutkan dalam kriteria personal hygiene yang baik. Pada penelitian ini, keempat variabel ditransformasikan menjadi variable personal hygiene, kemudian diperoleh nilai mean 12,36 dan median 13. hasil data responden yang angkanya di bawah 12 dimasukkan ke dalam kategori higinitas perorang buruk, sedangkan hasil data responden yang mempunyai nilai di atas 13 dimasukkan ke dalam kategori higinitas perorang yang baik. Dari tabel diatas didapatkan bahwa sekitar 46,1 responden mempunyai personal hygiene yang baik. Sedangkan, sekitar 53,9 responden mempunyai personal hygiene yang buruk. Higienitas perorang Frekuensi Persentase Mean Median Baik Buruk 35 41 46,1 53,9 12,36 13 Jumlah 76 100 Tabel 4.4 Prevalensi skabies dihubungkan dengan higienitas perorang Higinitas perorang Total Buruk Baik Diagnosis skabies Bukan skabies Skabies 11 37,9 24 51,1 18 62,1 23 48,9 29 100 47 100 Total 35 46 41 53,9 76 100 Gambar 5. Hubungan Higienitas Perorang dengan Kejadian Skabies Dari hasil data di atas, penderita skabies dengan tingkat higiene perorang buruk didapatkan 24 responden 51,1, sedangkan penderita skabies dengan tingkat higiene perorang baik didapatkan 23 responden 48,9. Dari kelompok responden yang tergolong higiene perorangnya baik terkena skabies sebanyak 2341 56,10 dibandingkan yang tidak terkena skabies sebanyak 1841 43,90. Hal tersebut dapat terjadi karena seseorang yang sudah memiliki higienitas baik tetapi tidak ditunjang dengan perilaku yang baik juga guna menghindari risiko penularan skabies, seperti sering kontak dengan penderita skabies, tidur bersama dan berhimpitan dengan penderita skabies. Pada kelompok responden yang higienitas perorangnya buruk, 2435 68,57 lebih banyak terkena skabies dibandingkan dengan yang bukan skebies 1135 31,43 Higienitas perorang sangat berperan sebagai faktor risiko gejala serta penularan skabies. Hal ini dinyatakan oleh Handoko bahwa salah satu faktor yang mendukung perkembangan penyakit kulit skabies adalah higienitas perorang yang buruk.Handoko, 2007. Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa responden yang memiliki higienitas perorang yang buruk lebih besar terkena gejala-gejala penyakit skabies dibandingkan dengan responden yang memiliki higienitas perorang yang baik.

4.2.3. Sanitasi Lingkungan Ponpes