PKI Sebagai Wujud Gerakan Komunis

Untuk mengetahui lebih jauh tentang komunis di Indonesia, dapat kita telusuri perkembangan komunis dari jaman penjajahan pemerintah kolonial Belanda yang sering kita sebut sebagai jaman pra kemerdekaan sampai dengan masa kemerdekaan. Perkembangan komunis sendiri terbagi dalam beberapa periode. Pertama yang disebut dengan periode kanak-kanak yaitu komunis pada kepemimpinan Semaun dan kawan-kawan. Kedua periode remaja yaitu komunis di bawah kepemimpinan Muso dan Amir Syarifudin. Dan yang terakhir periode dewasa yaitu komunis di bawah kepemimpinan D.N. Aidit dan kawan-kawan. Pada periode-periode ini pula Partai Komunis Indonesia telah beberapa kali berpindah kiblat dalam hal pandangan politiknya. Pada periode kanak-kanak dan remaja PKI berkiblat kepada Moskow. Tetapi pada masa dewasanya dirasakan kebijakan politik Moskow kurang menguntungkan dan haluan politik pun berkiblat ke Peking RRC.

D. PKI Sebagai Wujud Gerakan Komunis

Indonesia memiliki akar dan warisan budaya asli yang dapat dilacak jauh ke belakang mempunyai unsur-unsur komunistik. Unsur inilah yang kemudian yang memantapkannya dalam penanaman benih-benih komunis yang sesunguhnya. Syarekat Islam secara langsung telah menjadi wadah awal munculnya gerakan komunis di Indonesia. Hal ini disebabkan karena kader Syarekat Islam seperti Semaun dan Darsono yang mencoba memulai dengan ide menuju “kekiri-kirian” yaitu dengan ide-ide sosialisme. Semaun dan Darsono selalu menjadi oposisi dalam Sarekat Islam. Semaun dan Darsono pernah mendapat didikan komunis dari Sneevlet yang pada waktu itu bekerja di Semarang. Sneevlet sendiri merupakan sayap kiri dalam ISDV. Di Semarang itulah terjadi pertemuan dan kaderisasi secara tidak langsung antara Sneevlet dan Semaun. Syarekat Islam yang kurang memperhatikan nasib buruh merupakan lowongan baik bagi ide-ide radikal yang diinspirasikan oleh Sneevlet dimasukkan Semaun dan Darsono ke dalam tubuh Syarekat Islam. Pada tahun 1921 ketika Haji Agus Salim menegakkan disiplin partai, Syarekat Islam resmi menjadi Partai Syarekat Islam dengan dasar non-kooperasi dan fraksi oposisi dikeluarkan dari kepartaian. Setelah dikeluarkannya dari Partai Syarekat Islam barulah PKI secara resmi muncul. PKI yang baru berdiri pun dirasakan masih tidak kompak di antara para petinggi partai. Hatta menilai bahwa dalam diri Semaun dan Darsono pun terdapat perbedaan mencolok. Darsono terkenal sangat idealistik sedangkan Semaun lebih bersifat realistik. Hal ini pula yang menyebabkan kehancuran PKI pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, karena adanya perbedaan paham untuk melakukan suatu pemberontakan terhadap penjajah yang pada akhirnya PKI diberangus oleh penjajah Belanda. 47 Partai ini pada mulanya melakukan gerakannya secara underground sampai saat diproklamasikannya kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945. Setelah proklamasi kemerdekaan dan diberlakukannya Maklumat No. X barulah partai ini memberanikan diri untuk melibatkan diri secara aktif dalam kancah perpolitikan di Indonesia sampai dengan meletusnya peristiwa pemberontakan Madiun pada tahun 1948. Akibat kericuhan yang terjadi dalam tubuh partai 47 Mohammad Hatta, Bung Hatta Menjawab, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk, 2002, cet. ke-2, h. 8 mengakibatkan terjadinya guncangan dalam kepemimpinan partai pada dekade 1950-1951. Dan pada masa inilah PKI dipimpin oleh seorang Dipa Nusantara Aidit. Pada masa-masa tersebut, ketika PKI masih benar-benar eksis, partai ini menjalankan kebijakan yang bertujuan membawa massa rakyat ke dalam situasi revolusioner. Sebuah kebijakan yang sangat jelas bagi sebuah partai komunis, tapi hal ini dilakukan dengan membuat berbagai modifikasi. Di bawah kepemimpinannya pula Aidit sebagai seorang teoritisi dalam perumusan kebijakan dan langkah-langkah partai. Pada dekade ini dapat juga dikatakan tahun gemilangnya PKI karena keberhasilan yang diperoleh Aidit melipat gandakan jumlah anggota dan pengaruhnya. Dan pada masa-masa kepemimpinan D.N. Aidit ini pula PKI mengalami kehancuran karena berusaha melakukan kudeta terhadap pemerintahan yang sah yaitu Pemerintahan Republik Indonesia.

BAB IV KOMUNIS DALAM PANDANGAN HATTA