Perkembangan Komunis Dari Waktu ke Waktu

BAB IV KOMUNIS DALAM PANDANGAN HATTA

A. Perkembangan Komunis Dari Waktu ke Waktu

Komunisme sebagai suatu ideologi pernah ikut andil dalam meramaikan konstalasi perpolitikan di Indonesia. Pada masa pra kemerdekaan, komunis lahir sebagai wujud dari pergerakan rakyat Indonesia yang merasa tertindas oleh penjajah Belanda dan atas dasar keinsyafan untuk merdeka dari segala bentuk penjajahan. Di bawah dukungan komunis Rusia Uni Sovyet, komunis di Hindia Belanda lahir. Tapi hal ini tidak berlangsung lama, karena pemerintah kolonial Belanda tidak menyetujui berdirinya komunis di Hindia Belanda yang pada akhirnya komunis yang baru lahir tersebut diberangus habis. Komunisme sebagai paham yang berorientasi kepada kemaslahatan orang banyak kolektivitas dianggap sebagai penghalang bagi pemerintah kolonial yang lebih condong mementingkan kemaslahatan pribadi individu dan untuk kepentingan sendiri. Paham komunis ini ditakutkan akan menyadarkan rakyat Indonesia yang sedang terjajah, sehingga akan menimbulkan suatu sikap perlawanan terhadap para penjajah itu sendiri, seperti yang telah dilakukan Karl Marx dan Engels untuk mencerahkan kaum buruh di Jerman untuk melawan para kaum kapitalis dan feodalis. Menurut Hatta komunis Indonesia lahir dari haribaan organisasi Islam yaitu Syarekat Islam SI. Syarikat Islam yang dibentuk tahun 1912 menelorkan dalam dirinya tokoh-tokoh diantaranya Semaun dan Darsono yang memulai ide-idenya menuju kekiri-kirian dengan ide-ide sosialisme. Dari gagasan sosial demokrasi berangsur-angsur berubah menjadi demokrasi sosial yang radikal. Semaun dan Darsono selalu menjadi oposisi dalam Syarikat Islam SI dan akhirnya pada tahun 1917 lahirlah PKI yang bersifat tidak resmi. 48 Di dalam perkembangan PKI terdapat ketidak-kompakan diantara pemimpin PKI mengakibatkan PKI yang baru tumbuh dan berkembang itu hancur. Hal ini bisa dilihat dari pemberontakan pertama yang dilakukan PKI, dimana dalam setiap tindakannya PKI selalu meminta persetujuan dari Stalin sebagai pemimpin komunis internasional. Stalin tidak menyetujui diadakannya pemberontakan dan memerintahkan untuk segera membatalkan rencana tersebut. Menurut Stalin tidak adanya faktor yang objektif yang membolehkan untuk memberontak kepada penguasa kolonial Belanda. Menurut Stalin, jika hal ini terjadi maka kalian Semaun dan kawan-kawan akan menghancurkan partai dan PKI akan dihancurkan oleh tindakan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia. 49 Karena keterbatasan komunikasi akhirnya pemberontakan ini dilaksanakan dan berdampak diberangusnya PKI. Setelah PKI diberangus dan dilarang oleh pemerintah Belanda maka diadakanlah suatu kontrak politik antara Bung Hatta dan Semaun yang ditanda tangani oleh mereka berdua pada waktu Hatta masih melakukan studinya di 48 Mohammad Hatta, Bung Hatta Menjawab, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk. 2002, cet. ke-2, h. 6-7 49 Mohammad Hatta, Bung Hatta Menjawab, h. 10 Belanda. Kontrak politik tersebut berisikan pernyataan tertulis yang isinya: jikalau PKI tidak akan hidup kembali dan mengadakan perjuangan menentang kolonialisme, maka pimpinan pergerakan menentang penjajah diserahkan kepada Perhimpunan Indonesia PI yang akan mendirikan partai yang mirip dengan PI di Indonesia dan PKI tidak akan mengadakan oposisi kepada partai tersebut selama partai tersebut menuju Indonesia merdeka. Alat-alat yang ada pada PKI seperti mesin percetakan dan lain-lain akan diserahkan oleh PKI kepada partai baru yang akan dibentuk PI di Indonesia. 50 Setelah kembalinya Hatta ke Indonesia berdasarkan perjanjian tersebut, maka dibentuklah sebuah partai PNI Pendidikan Nasional Indonesia meskipun tidak seradikal PI di Belanda tetapi tetap menuju kepada kemerdekaan. Setelah sekian lama PKI tidak lagi terdengar gaungnya karena bergerak secara underground sampai dengan diproklamasikannya Maklumat No.X partai-partai yang pernah ada di Indonesia dihidupkan lagi, tapi dengan catatan untuk tujuan kemerdekaan Indonesia. Maklumat No. X ini bertujuan untuk menunjukkan image demokrasi bagi Indonesia yang baru saja merdeka dan untuk menghindarkan sangkaan diktator atau fasis peninggalan Jepang. Atas Maklumat No. X ini pula PKI hidup kembali di Indonesia di bawah kepemimpinan Muso yang baru kembali dari Sovyet tetapi tidak bertujuan untuk kemerdekaan malah sebaliknya. Muso berusaha untuk menghidupkan kembali PKI dengan cara membangun dan membina kader-kader baru PKI. 50 Mohammad Hatta, Bung Hatta Menjawab, h. 11 Ketika Muso aktif kembali menghidupkan PKI ia mulai bergerak dengan meningkatkan pemogokan-pemogokan dan pengacauan-pengacauan. Di Delanggu PKI pernah menggerakan pemogokan dengan mengibarkan slogan-slogan dan bendera-bendera merah, sehingga semua kelihatan serba merah dan memberi kesan seakan-akan rakyat hidup dalam negeri PKI. Semuanya itu dalam rangka mematangkan situasi ke arah perlawanan rakyat. Menurut rencananya, Muso mulai hendak memproklamirkan negara Sovyet Indonesia pada bulan November 1948, tetapi rencananya tersebut telah didahului oleh para pengikutnya. Muso dan para petinggi-petinggi PKI lainnya sedang dalam perjalanan ke Madiun, ketika mereka belum sampai ke Madiun, revolusi sudah dimulai dengan dibacakannya Proklamasi Negara Sovyet Indonesia. 51 Mulanya terjadi bentrokan kecil antara unsur-unsur kiri dengan TNI Siliwangi yang menyebabkan jatuhnya korban seperti Dr. Muwardi. Lalu kemudian semakin memanas dan meruncing, PKI semakin bertindak brutal dan tidak berkeprimanusiaan. Akhirnya diadakanlah rapat diantara Badan Pekerja KNIP untuk menindaklanjuti permasalahan PKI. Akhirnya diperoleh suatu keputusan yang meminta agar kepada Presiden diberikan kekuasaan penuh selama 3 bulan untuk mengatasi keadaan dan memberantas PKI. Sesudah lahirnya keputusan akhirnya Presiden Soekarno memberikan pidato yang pendek yang mengatakan “Pilih Soekarno-Hatta atau Muso”. Pidato ini mempunyai pengaruh di masyarakat untuk menarik garis pemisah apakah negara ini akan diarahkan kepada demokrasi terpimpin atau komunis. 51 Mohammad Hatta, Bung Hatta Menjawab, h. 18 Kesalahan-kesalahan PKI di daerah-daerah tertentu juga mendapat perlawanan. Misalnya yang terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur PKI mengambil alih dan menguasai tanah bengkok yang diperuntukkan bagi Lurah sebagai pengganti gaji dalam memimpin masyarakat. Lurah waktu itu berpengaruh terhadap rakyat, sehingga revolusi yang dilakukannya itu tidak berlaku dalam masyarakat, terutama sekali di daerah yang luas bahkan rakyat berbalik menentang mereka. Akibat tindakan yang dilakukan PKI tersebut akhirnya PKI dihancurkan dan menurut rencana para pimpinannya akan dituntut dan diadili di muka hakim. Jika dewan hakin resmi memutuskan bersalah karena memberontak terhadap pemerintahan yang sah itu akan membuka jalan untuk sampai kepada keputusan membubarkan dan melarang PKI. Tetapi pada kenyataannya waktu itu terjadi Agresi Militer Belanda II, yang mengakibatkan tokoh-tokoh PKI tidak dapat dituntut dan diadili, dengan alasan takut para pemimpin PKI tersebut beresiko menyebrang kepada pihak Belanda maka para pemimpin PKI tersebut akhirnya ditembak mati. Karena menurut Gatot Soebroto selaku Gubernur Militer berpendapat bahwa keadaan perang dengan PKI dan Belanda sama saja yaitu sama-sama menyerang Republik. Dengan terjadinya Agresi Militer Belanda II tersebut sistem pemerintahan berubah dari RI menjadi RIS. Pada kesempatan kali ini Hatta berpendapat untuk menuntut kembali soal Madiun. Tetapi waktu itu Dr. Halim yang menjabat sebagai Perdana Menteri Negara bagian RI menahannya dengan mengatakan bahwa masalah Madiun adalah masalah RI bukan masalah RIS. Akibat sistem pemerintahan yang berbeda, PKI seperti mendapat angin segar. PKI yang sebelumnya telah memberontak terhadap pemerintahan RI dan akan dibubarkan, pada masa pemerintahan RIS secara perlahan-lahan tapi pasti kembali berdiri di bawah komando Dipa Nusantara DN Aidit dan menyingkirkan tokoh- tokoh pendahulunya yang telah dianggap gagal melaksanakan suksesi komunis di Indonesia. PKI di bawah kepemimpinan Aidit menggunakan serikat-serikat buruh di bawahnya untuk menghasut para buruh melakukan aksi mogok seperti yang terjadi di Sumatera Utara. Melihat keadaan tersebut Hatta pun meminta kepada Jaksa Agung yang pada masa itu dijabat oleh Tirtawinata SH untuk melarang berkembangnya PKI, tetapi hal itu ditolak karena menurutnya ini bukan masalah RIS tetapi ini masalah negara bagian Sumatera Barat yang bersangkutan. Seiring berjalan dengan waktu banyak negara bagian RIS yang membubarkan diri dan masuk RI Yogya. Sehingga tinggal pemerintahan RIS, NIT, Negara Sumatera Timur dan RI Yogya. Sukawati dari NIT dan Tengku Mansur dari Sumatera Timur menyerahkan mandatnya kepada RIS. Pemerintah RIS dan RI berunding untuk menentukan sistem pemerintahan dan pimpinan negara. Setelah lama bermusyawarah akhirnya diputuskan bahwa pemerintahan kembali ke RI Yogya dengan ditunjuknya Soekarno-Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden dengan kabinet parlementer-nya, tetapi bila terjadi kesulitan-kesulitan dalam pemerintahan Bung Hatta ditunjuk merangkap sebagai Perdana Menteri. Dalam situasi yang demikianlah DN. Aidit cukup pintar, ia mendekati Bung Karno selaku Presiden Konstitusional. Dengan cara ini ia dapat memecah belah keberadaan Dwitunggal, sehingga secara tidak langsung PKI membonceng kepada Soekarno. Di Jawa Tengah dan Sumatera PKI mencoba aksi-aksi sepihaknya untuk menuntut landreform. Di Jawa Tengah aksi ini dapat dicegah dan tidak memakan korban, tetapi di Sumatera ada beberapa orang tentara diserang dan dibunuh. Tetapi kasus ini tidak sampai ke pengadilan untuk diadili karena perkaranya didiamkan dan ditutup-tutupi dan pada akhirnya ditiadakan oleh Bung Karno. Dengan demikian PKI mendapat perlindungan yang aman. Sebenarnya Bung Karno pernah diingatkan oleh Bung Hatta mengenai bahaya PKI dalam acara bincang-bincang di rumah Bung Hatta, tetapi Bung Karno kurang tanggap. Tetapi secara garis besar munculnya dan majunya PKI di Indonesia disebabkan karena kembalinya UUD 1945 kepada UUD Sementara 1950. Kepeminpinan Bung Karno pun waktu itu dinilai terlalu bebas dibandingkan dengan kedudukannya sebagai seorang Presiden Konstitusional dan terlalu kagum terhadap pujian yang ditujukkan kepadanya. Kedekatan Bung Karno dan Aidit pun disebabkan oleh faktor pujian tersebut yang pada akhirnya menjatuhkannya. Komunis di bawah pimpinan Aidit berbeda dengan para pendahulunya. Pada masa-masa kepemimpinan Semaun dan Muso, Partai Komunis Indonesia lebih condong berkiblat ke Moskow, tetapi pada kepemimpinan Aidit PKI lebih condong ke Peking. Hal ini tidak mengherankan jika Bung Karno menarik poros Jakarta-Hanoi-Peking-Pyongyang dan Moskow tidak masuk lagi dalam poros tersebut. Hal ini dikarenakan semakin tegangnya hubungan antara dua negara komunis yaitu RRC dan Rusia sehingga berdampak terjadinya pergolakan- pergolakan intern di dalam tubuh PKI yang berakhirnya dengan berubahnya kiblat PKI ke Peking RRC yang dirasakan cara-cara komunis RRC tepat dan sesuai untuk melakukan suksesi komunis di Indonesia Perkembangan komunis di Indonesia relatif semakin pesat dengan politiknya memecah belah partai. Hal ini bisa dilihat pada Pemilihan Umum tahun 1955, partai yang mulanya berjumlah 5 pada masa RI pertama yang terdiri dari PNI, Masyumi, PSI, Kristen dan Katholik kini berkembang menjadi 18 partai. Pada tahun 1952 Masyumi pecah dengan keluarnya NU dan Perti di Sumatera Barat. PNI juga mengalami perpecahan yang melahirkan PRN, kemudian PRN pecah kembali menjadi PRN Bebas. Dari partai yang ada hanyalah PKI yang tidak pecah malah bertambah kuat. PSI relatif kecil walaupun pintar. Di pusat PKI berbaik dengan PNI, tetapi di daerah-daerah PNI dihantam terus oleh PKI. Selain politik memecah belah partai, PKI mempunyai program jika PKI menang dalam Pemilu maka PKI akan memilih Bung Karno menjadi Presiden. Slogan ini digunakan untuk menarik massa dengan cara menunggangi popularitas Bung Karno dan PKI adalah satu-satunya partai yang mempunyai pernyataan demikian. Tetapi bagaimanapun yang dilakukan PKI adalah bertujuan untuk merebut kekuasaan. Hal ini telah diamati oleh PKI bahwa kekuatan dan kekuasaan yang diharapkannya tidaklah akan menjadi kenyataan tanpa menyakinkan Soekarno terlebih dahulu. Semuanya ini didasarkan pada pengetahuan sejarah komunis di dunia terutama sekali di RRC dan kesadaran tentang keadaan masyarakat dan tingkat perkembangannya pada waktu itu. Gerakan untuk merebut Irian Barat Trikora dan Ganyang Malaysia Dwikora yang PKI ikut menyuarakannya dapat kita baca arahnya yaitu mendukung arah politik Soekarno. Dan usulan Aidit untuk dibentuknya Angkatan Kelima di samping Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Kepolisian yaitu para petani dan buruh yang dipersenjatai tidak lain adalah dalam upaya untuk melakukan suatu pemberontakan. Usulan Aidit membentuk angkatan kelima itu tidak sampai terbentuk tetapi usaha-usaha Aidit untuk perebutan kekuasaan makin terasa pada awal-awal tahun 1965 dengan mewarnai segala bentuk kegiatannya dengan mengusung ide Nasakom Nasionalis, Agamis dan Komunis yang disuarakan oleh Soekarno. Mengenai Angkatan Kelima tersebut sebenarnya pernah diutarakan oleh tokoh PKI sebelumnya yaitu Amir Syarifudin yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan. Amir Syarifudin meminta agar dibentuk TNI masyarakat di samping adanya TNI sebagai badan pertahanan yang resmi. TNI masyarakat yang dipimpin oleh Djokosujono dari FDR Front Demokrasi Rakyat bila diteliti lebih jauh kehadirannya dimaksudkan sebagai tentara pengawal yang akan melindungi gerakan FDR dan pada kelanjutannya digunakan untuk pemberontakan. Politik inilah yang sering dipakai PKI seperti yang dianjurkan oleh Stalin “dimana ada kesempatan di situ kita PKI masuk”. Menyikapi situasi yang demikian itu, Hatta merasa perlu kiranya untuk menyusun suatu program kabinet itu menyebutkan tentang rasionalisasi terutama dalam tubuh TNI. Mengenai langkah pada umumnya dikemukakan Hatta dalam keterangan Pemerintah kepada Badan Pekerja KNIP tanggal 16 Februari 1948 di antaranya “…. Rasionalisasi ke dalam pemerintah bermaksud mengadakan perbaikan dalam susunan negara dan alat negara serta mencapai sedikit pertimbangan antara pendapatan dan belanja negara…”. 52 Kedekatan Aidit dan Soekarno semakin erat dan memperkuat kedudukan PKI sehingga dirasakan partai-partai lain tidak dapat melawan kekuatan PKI, bahkan oleh PNI sekalipun dikarenakan PNI tunduk terhadap kebijakan Bung Karno. Menurut Bung Hatta hanya kekuatan tentaralah yang dapat melawan atau menyeimbangi kekuatan PKI. Ketika Bung Karno sakit dan berbekal isu tentang Dewan Jenderal, PKI melancarkan gerakan untuk memberontak yang terkenal dengan istilah Gerakan 30 September 1965 G30S PKI. Sebenarnya menurut rencana PKI, pemberontakan akan dilakukan pada tahun 1970. Mengingat situasi yang semakin genting dikarenakan Soekarno sakit keras dan ditakutkan Soekarno akan meninggal karena sakitnya tersebut maka rencana pemberontakan dipercepat yaitu tahun 1965. Pemberontakan ini telah menelan banyak korban diantaranya para Jenderal Angkatan Darat yang pada akhirnya dikukuhkan sebagai Pahlawan Revolusi. Setelah terjadinya pemberontakan yang dilakukan oleh PKI, akhirnya PKI diberangus mulai dari pimpinannya dan tak terkecuali para anggotanya oleh TNI dibantu oleh rakyat. Reaksi rakyat yang tertekan dengan agitasi dan intimidasi 52 I. Wangsa Widjaja, Mengenang Bung Hatta, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk, 2002, cet. ke-2, h. 58 yang dilakukan oleh PKI menjadi tak terkendali. Bung Hatta menceritakan ketika beliau berada di Unhas Padang beliau bertemu dengan Prof. Rikerk selau Dosen di Unhas yang menceritakan bahwa “… pemuka-pemuka NU di Jawa Timur mengatakan bila PKI membunuh ulama-ulama Islam, maka kami akan membalas dan membunuh paling kurang 10 orang PKI untuk setiap ulama kami yang dibunuh”. Menurut Bung Hatta, pada dasarnya memang PKI dianggap tidak cocok untuk tumbuh dan berkembang di negara yang berlandaskan kepada asas Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini bertolak belakang dengan asas PKI sendiri yang berlandaskan pada materialisme dan penolakan terhadap agama. Hal ini bisa dilihat dari keterangan Bung Hatta mengenai ideologi Pancasila. Menurut Bung Hatta Pancasila didasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi dasar yang memimpin cita-cita kenegaraan untuk menyelenggarakan segala yang baik bagi rakyat dan masyarakat, sedangkan dasar Perikemanusiaan adalah kelanjutan dengan perbuatan dalam praktik hidup daripada dasar yang memimpin tersebut. Dasar kemanusiaan yang adil dan beradab harus menyusul berangkaian dengan dasar yang pertama. Letaknya tidak dapat dipisahkan, sebab ia harus dipandang sebagai kelanjutan ke dalam praktik hidup daripada cita-cita dan amal Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketuhanan Yang Maha Esa tidak lagi hanya sebagai dasar hormat menghormati agama masing-masing, melainkan menjadi dasar yang memimpin ke jalan kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran, persaudaraan dan lainnya. Dasar persatuan Indonesia menegakkan bahwa tanah air kita Indonesia adalah satu dan tidak dapat dibagi-bagi. Persatuan Indonesia mencerminkan susunan negara nasional yang bercorak Bhineka Tunggal Ika. Dasar ini menegaskan sifat Republik Indonesia sebagai negara nasional berdasarkan ideologi sendiri. Dasar kerakyatan menciptakan pemerintahan yang adil, yang dilakukan dengan rasa tanggung jawab agar tersusun sebaik-baiknya demokrasi Indonesia yang mencakup demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Dasar keadilan sosial adalah pedoman dan tujuan kedua-duanya. Dengan melaksanakan cita-cita ini dalam praktik, rakyat hendaknya dapat merasakan keadilan yang merata dalam segala lapangan hidup dalam bidang ekonomi, bidang sosial dan bidang kebudayaan. Dari keterangan di atas jelas-jelas bahwa Pancasila sebagai Dasar Negara bertolak belakang terhadap ideologi komunis yang condong kepada asas penolakan terhadap sila Ketuhanan. Arah penerapan sistem perpolitikan pun sangat jauh bertentangan, jika Pancasila bertujuan untuk menciptakan demokrasi bagi kepentingan rakyat sedangkan komunis bertujuan untuk membentuk suatu diktator proletariat. Sehingga menurut Bung Hatta bahwa Pancasila tidak boleh dijadikan amalan di bibir saja, itu berarti pengkhianatan pada diri sendiri. Pancasila harus tertanam dalam hati yang suci dan diamalkan dengan perbuatan. Tetapi timbullah pertanyaan apakah cukup rasa tanggung jawab untuk menyelenggarakan cita-cita bangsa dan tujuan negara sebagaimana mestinya menurut Pancasila. Orang lupa, bahwa kelima sila tersebut saling berangkaian dan tidak berdiri sendiri. Di bawah sila Ketuhanan Yang Maha Esa kelima sila itu saling ikat-mengikat. Dan yang harus disempurnakan dalam Pancasila ialah kedudukan manusia sebagai hamba Allah yang satu sama lain harus merasa bersaudara. Negara Republik Indonesia belum lagi berdasarkan Pancasila apabila pemerintah dan masyarakat belum sanggup mentaati UUD 1945, terutama belum dalam melaksanakan pasal 27 ayat 2, pasal 31, pasal 33 dan pasal 34. Dan ingatlah bahwa Pancasila itu adalah kontrak rakyat Indonesia seluruhnya untuk menjaga persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa. 53 Dari uraian tersebut di atas, tahulah kita mengapa komunis ingin melaksanakan suksesinya di Republik Indonesia dengan cara merongrong pemerintahan dan melakukan pemberontakan, tidak lain karena ideologi Pancasila yang telah dirumuskan bersama tidak memungkinkan diterapkannya komunis di bumi pertiwi ini. Dan seperti kita ketahui bahwa salah satu tujuan PKI adalah mengubah ideologi Pancasila dengan ideologi komunisnya. Kulminasi dari rentetan gerakan PKI di Indonesia adalah Gerakan 30 September 1965 yang telah memakan banyak korban diantaranya para Jenderal yang diisukan oleh PKI akan melakukan kudeta. Tetapi rencana PKI tinggallah rencana, meskipun didukung dengan kesiapan dan kematangan rencana, tapi pada akhirnya Allah jualah yang menentukan. Rencana untuk mengubah Ideologi Pancasila menemui kegagalan. Atas karunia Allah pula Pancasila dapat dipertahankan, maka oleh pemerintah setiap tanggal 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. 53 I. Wangsa Widjaja, Mengenang Bung Hatta, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk, 2002, cet. ke-2, h. 81

B. Kritik Hatta terhadap Perkembangan PKI