somatostatin sebagai pemberi respon balik negatif untuk menghambat sekresi lambung. Penurunan motilitas lambung juga akan menurunkan sekresi asam
lambung Sheerwood, 2007.
2.1.2. Defenisi dispepsia
Dispepsia adalah sebuah turunan kata bahasa Yunani yang artinya indigestion atau kesulitan dalam mencerna. Semua gejala-gejala gastrointestinal yang berhubungan
dengan masukan makanan disebut dispepsia, contohnya mual, heartburn, nyeri epigastrium, rasa tidak nyaman, atau distensi Davidson, 1975.
Prevalensi dispepsia bervariasi antara 3 hingga 40. Variasi dalam angka prevalensi ini berkaitan dengan perbedaan dalam defenisi dispepsia pada
penelitian-penelitian tersebut Yasser, 2004. Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri
ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, dan sendawa. Keluhan ini sangat bervariasi, baik dalam jenis gejala maupun intensitas gejala
tersebut dari waktu ke waktu Djojoningrat, 2001. Dispepsia dapat muncul meskipun tidak ada perubahan struktural pada
saluran cerna, yang biasanya dikenal sebagai ‘fungsional’ dan gejalanya dapat berasal dari psikologis ataupun akibat intoleransi terhadap makanan tertentu. Di
sisi lain, dispepsia dapat merupakan gejala dari gangguan organik pada saluran cerna, dan dapat juga disebabkan oleh gangguan di sekitar dari saluran cerna,
misalnya pankres, kandung empedu, dan sebagainya Davidson, 1975.
2.1.3. Etiologi dispepsia
Sebagai suatu gejala ataupun sindrom, dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, baik yang bersifat organik, maupun yang fungsional. Berdasarkan
konsensus terakhir kriteria Roma gejala heartburn atau pirosis, yang diduga karena penyakit refluks gastroesofageal, tidak dimasukkan dalam sindrom
dispepsia Djojoningrat, 2001.
Tabel 2.1. Penyebab Dispepsia Dalam lumen saluran cerna
Pankreas - Tukak peptik
- Pankreatritis - Gastritis
- Keganasan - Keganasan
Keadaan sistemik Gastroparesis
- Diabetes melitus Obat-obatan
- Penyakit tiroid - Anti inflamasi non steroid
- Gagal ginjal - Teofilin
- Kehamilan - Digitalis
- Penyakit jantung - Antibiotik
iskemik Hepato-bilier
Gangguan fungsional - Hepatitis
- Dispepsia fungsional - Kolesistitis
- Sindrom kolon iritatif - Kolelitiasis
- Keganasan - Disfungsi sphincter Odli
Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam , 2001 Berdasarkan hasil pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi pada 591
kasus dispepsia di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, ditemukan adanya lesi pada esophagus, gastritis, gaster, duodeni, dan lain-lain. Sebagian besar
ditemukan kasus dispepsia dengan hasil esofagogastroduodenoskopi yang normal Djojoningrat, 2001.
Tabel 2.2. Hasil Pemeriksaan Esofagogastroduodenoskopi pada 591 Kasus Dispepsia di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta
Lesi Jumlah Kasus
Normal 168
28,43 Esofagitis
35 5,91
Gastritis 295
49,91 Ulkus gaster
13 2,20
Ulkus duodeni 21
3,55 Turnor esofagus
1 0,16
Turnor gaster 6
1,01 Lain-lain
52 8,83
Keterangan: Data Subbagian Gastroenterologi RSCM tahun 1994 Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2001
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel
radang pada daerah tersebut. Berdasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi menjadi akut dan kronik, tetapi keduanya tidak saling berhubungan
Djojoningrat, 2001. Gastritis akut dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Kira-kira 80-90
pasien yang dirawat di ruang intensif menderita gastritis akut erosif yang sering disebut gastritis akut stress. Penyebab lain adalah obat-obatan. Obat yang sering
dihubungkan dengan gastritis erosive adalah aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi non steroid NSAID Hirlan, 2001.
Ulkus peptikum ialah suatu istilah untuk menunjuk kepada suatu kelompok penyakit ulserativa saluran makanan bagian atas yang melibatkan
terutama bagian proksimal duodenum dan lambung, yang mempunyai patogenesis yang sama-sama melibatkan asam-pepsin Gambar 2.3.. Bentuk utama ulkus
peptikum adalah ulkus duodeni dan ulkus lambung. Ulkus peptikum terjadi bila efek-efek korosif asam dan pepsin lebih banyak daripada efek protektif
pertahanan mukosa lambung atau mukosa duodenum McGuigan, 1995. Dispepsia dengan temuan penyebab organik ataupun adanya kelainan
sistemik yang jelas akan berdampak pada pengobatan yang defenitif perdasarkan parogenesis yang ada. Dalam kenyataan sehari-hari didapatkan keluhan dispepsia
yang tidak ada kelainan sistemik yang mendasarinya, pemeriksaan radiologi dalam batas normal dan pada pemeriksaan endoskopi tidak dijumpai lesi mukosa.
Hal inilah yang melahirkan istilah dispepsia non-ulkus atau dispepsia fungsional.
Gambar 2.3. Mekanisme Pembentukan Ulkus Sumber: Color Atlas of Pathophysiology, 2000
2.1.4. Diagnosa dispepsia