Analisisis sensitivitas dapat dipakai untuk memprediksi keadaan apabila terjadi
perubahan yang cukup besar, misalnya terjadi perubahan bobot prioritas atau urutan prioritas dan kriteria karena adanya perubahan kebijaksanaan. Berubahnya bobot prioritas
menyebabkan berubahnya urutan prioritas yang baru dan tindakan apa yang perlu dilakukan.
Dengan latar belakang inilah penulis memilih judul “Analisis Sensitivitas dan Pengaruhnya Terhadap Urutan Prioritas Dalam Metode Analytic Hierarchy Process
AHP”.
1.2 Perumusan Masalah
Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah menganalisis perubahan bobot prioritas kriteria keputusan dan pengaruhnya terhadap urutan prioritas
1.3 Tinjauan Pustaka
Thomas L. Saaty [6] menguraikan metode AHP dan menjelaskan penggunaan metode AHP ini bagi para pemimpin dan pengambil keputusan dalam situasi yang
kompleks. Masalah kompleks dapat diartikan bahwa pemimpin dihadapkan pada situasi untuk secepatnya mengambil keputusan dan kriteria yang begitu banyak.
Udisubakti Ciptomulyono dan DOU Henry [1] menggunakan model Fuzzy Goal Programming
untuk menetapkan pembobotan prioritas dalam metode Analytic Hierarchy Process
AHP. Penggunaan pendekatan fuzzy goal programming sebagai alternatif
estimasi pembobotan prioritas dari metode AHP yang lazimnya dipakai, seperti metode eigenvector atau metode lain. Model ini mengambil asumsi dan memperhatikan aspek
fuzzy yang hanya pada penetapan level aspirasi toleransi pencapain goal, bukan pada
penentuan prioritas fungsi goal – nya.
Mindo Mora : Analisis Sensitivitas Pengaruhnya Terhadap Urutan Prioritas Dalam Metode Analytic Hierarchy Process AHP, 2009.
Darwin Trisna [11] menguraikan tentang pengambilan keputusan investasi jalan tol kota Bandung dengan metode AHP. Hasil analisis menunjukkan bahwa kriteria
jaringan merupakan kriteria yang paling dominan dengan bobot 48, 8, selanjutnya kriteria lalu Lintas 17, Lingkungan 12,7, aspek Finansial dan Bisnis 11, 6 dan
aspek Manajerial dan kontruksi 9, 9.
Siti Latifah [5] menjelaskan tentang keputusan dan prinsip – prinsipnya yang terdiri dari : Decomposition, Comporative judgment, Synthesis of Priority, Local
Consistency
Kardi Teknomo, Hendro Siswanto dan Sebastinus Ari Yudhanto [10] menggunakan AHP dalam menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan
moda ke kampus. Hasil analisa menunjukkan bahwa alternatif Jalan Kaki dari Pondokan merupakan alternatif terbaik dan yang paling diminati oleh responden yaitu sebesar 33, 2
, kemudian Mobil Pribadi 18, 6, Carpool 16, 2, Angkutan Kampus 12, 4, dan yang terakhir adalah Angkutan Umum 4, 5.
Haryono Sukarto [7] menguraikan tentang pemilihan transportasi di DKI Jakarta dengan metode AHP. Hasil analisa menunjukkan bahwa pembenahan angkutan umum
biskota menjadi prioritas utama dalam upaya menurunkan tingkat kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor 22, kemudian Sistem Angkutan Umum MassalSAUM 18, 1,
Pembatasan Mobil Pribadi 16, 7, Konsep Pembatasan Penumpang 3 in 1 13, 5, Penambahan Jaringan Jalan, Fly Over dan underpass 10,6, dan Pembatasan
Kendaraan Umum 5, 9.
Joko Agus Hariyono dan Udisubakti Ciptomulyono [2] melakukan analisis terhadap pemilihan mitra LSM dan optimasi budgeting dengan menggunakan metode
AHP dan Goal Programming. Hasil analisa dengan menggunakan metode AHP yang diintegrasikan dengan Goal Programming diperoleh suatu model keputusan multikriteria.
Digunakan untuk menyelesaikan problema dan optimasi dalam memilih mitra yang paling baik untuk diajak bekerja sama.
Mindo Mora : Analisis Sensitivitas Pengaruhnya Terhadap Urutan Prioritas Dalam Metode Analytic Hierarchy Process AHP, 2009.
Supiyono, Wisnu Arya Wardhana dan Sudaryo [8] menggunakan AHP dalam sistem pemilihan Pejabat Struktural. Hasil simulasi menunjukkan bahwa untuk pemilihan
calon pejabat struktural Kepala Sub bagian Perlengkapan, urutannya adalah : Semar, SST nilai 0.357741801, Srikandi, SE skor 0.342234743 dan Gareng, A.Md skor 0.342234743.
Pemilihan calon pejabat struktural Kepala Sub Bagian Persuratan dan Kepegawaian, urutannya adalah : Gareng, A.Md skor 0.400834260, Dewi, SH skor 0.303295196 dan
Srikandi, SE skor 0.295870544. Pemilihan calon pejabat struktural Kepala Sub Keuangan, urutannya adalah : Srikandi, SE skor 0.379755402, Bimo, SE skor
0.368120130 dan Dewi, SH skor 0.252124468.
Wayan R. Susila dan Ernawati Munadi [9] menggunakan AHP untuk penyusunan Prioritas proposal penelitian. Dari dekomposisi masalah disusun prioritasnya, diperoleh
gambaran bahwa ada lima proposal penelitian yang akan dipilih atau disusun prioritasnya. Ada lima kriteria yang digunakan yaitu waktu, biaya, efektivitas, kemudahan dan urgensi.
Melalui suatu analisis dengan teknik AHP, maka dapat disusun prioritas untuk kelima proposal tersebut dengan urutan: Kajian dampak peraturan perijinan perdagangan dalam
negeri terhadap keinginan untuk melakukan bisnis di Indonesia Perijinan; Dampak penurunan tarif impor di sektor perikanan, kehutanan, dan produk-produk kimia Tarif,
Kajian pengembangan pasar distribusi regional untuk produk agro Ditribusi Regional, Kajian minuman beralkohol asal import Alkohol, Kajian tentang strategi yang
kompetitif dalam pemasaran hasil industri kerajinan tangan di Indonesia Kerajinan Tangan.
Sandy Kosasi [3] menguraikan masalah pemilihan sekolah dengan menggunakan metode AHP. Hasil simulasi menunjukkan bahwa yang menjadi prioritas pertama pada
level dua adalah Proses Belajar Mengajar sebesar 0, 32 disusul Kualifikasi yang diminta sekolah sebesar 0, 24, Lingkungan Pergaulan sebesar 0, 14 dan Mutu Pendidikan Musik
0, 14, Pendidikan Kejuruan 0, 13 dan Pendidikan Sekolah Secara Umum 0, 03. Secara umum urutan prioritas sekolah B merupakan sekolah yang paling tinggi prioritas
globalnya dan disusul sekolah A dengan bobot prioritas 0, 37, sedangkan sekolah C sebesar 0, 25. Kemudian dilakukan analisis sensitivitas pada kriteria proses belajar
Mindo Mora : Analisis Sensitivitas Pengaruhnya Terhadap Urutan Prioritas Dalam Metode Analytic Hierarchy Process AHP, 2009.
mengajar dari 0, 32 diturunkan ke 0,2 dan keadaan berubah dimana A mempunyai prioritas global tertinggi menggeser B, sebaliknya apabila prioritas PBM dinaikkan maka
perbedaan bobot prioritas B dengan A akan semakin besar dengan B tetap menjadi prioritas global tertinggi.
Mudrajad Koncoro [4] menguraikan tentang daya tarik investasi di DIY dengan metode AHP. Hasil analisis menunjukkan bahwa investasi daerah untuk DIY dipengaruhi
oleh faktor non ekonominya terutama Kelembagaan 25, kemudian Infrastruktur Fisik 24, Sosial Politik 23, Ekonomi Daerah 12, dan Tenaga Kerja 12.
1.4 Tujuan Penelitian