Konsep Pendidikan Islam KAJIAN TEORITIS

Sunnah yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya. 32 Seperti Al-Qur’an, Hadits Sunnah juga berisi aqidah dan syari’ah. Ada tiga peranan Hadits Sunnah disamping Al-Qur’an sebagai sumber agama dan ajaran Islam. Pertama, menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an. Misalnya, mengenai shalat. Di dalam Al-Qur’an ada ketentuan mengenai shalat, ketentuan itu ditegaskan lagi pelaksanaannya dalam sunnah Rasulullah. 33 Kedua, sebagai penjelasan isi Al-Qur’an. Misalnya, di dalam Al-Qur’an Allah memerintahkan manusia mendirikan shalat. Namun di dalam Al-Qur’an tidak dijelaskan banyaknya rakaat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat. Rasulullah-lah yang menyebut sambil mencontohkan jumlah raka’at setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat. 34 Ketiga, menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar ketentuannya di dalam Al-Qur’an. Contohnya adalah larangan Rasulullah mempermadu menikahi sekaligus atau menikahi secara bersamaan seorang perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan perkawinan di surat An-Nisa’. 35 Hadits Sunnah berisi petunjuk pedoman untuk kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasulullah menjdi guru dan pendidik utama. Beliau sendiri mendidik, pertama mnenggunakan rumah Al- Arqam bin Abi Al-Arqam, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke daerah- daerah yang baru masuk Islam. 36 Semua itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam. Oleh karena itu, Hadits 32 Rachmat Syafe’i, Ilmu Ushul Fiqih, Bandung: CV Pustaka Setia, 2007, h. 60 33 Daud Ali, op. cit., h. 112 34 Ibid., h.. 113 35 Ibid., h. 113 36 Daradjat, op. cit., h. 21 Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim. c. Ijtihad Sebagaimana diketahui bahwa sumber nilai dan ajaran Islam adalah Al- Qur’an dan Hadits sunnah. Namun demikian untuk menetapkan hukum atau tuntutan suatu perkara adakalanya di dalam Al-Qur’an dan Hadits tidak terdapat keterangan yang nyata-nyata menjelaskan suatu perkara yang akan ditetapkan hukumnya. Melihat fenomena demikian, ajaran Islam membenarkan suatu langkah untuk menetapkan hukum perkara dengan jalan ijtihad, sebagai sarana ilmiah untuk menetapkan sebuah hukum. Secara etimologi, ijtihad diambil dari kata al-jahd atau al-juhd, yang berarti al-musyaqat kesulitan dan kesusahan dan ath-thaqat kesanggupan dan kemampuan. 37 Adapun definisi ijtihad secara terminologi cukup beragam dikemukakan oleh para ahli. Namun secara umum adalah berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam untuk menetapkanmenentukan sesuatu hukum syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan Hadits Sunnah. 38 Eksistensi ijtihad sebagai salah satu sumber ajaran Islam setelah Al- Qur’an dan Hadits, merupakan dasar hukum yang sangat dibutuhkan setiap waktu guna mengantarkan manusia dalam menjawab berbagai tantangan zaman yang semakin mengglobal dan mendunia. Di dunia pendidikan, ijtihad dibutuhkan secara aktif untuk menata sistem pendidikan yang dialogis, peranan dan pengaruhnya sangat besar, umpamanya dalam menetapkan tujuan pendidikan yang ingin dicapai meskipun secara umum rumusan tersebut telah disebutkan dalam Al- Qur’an. 39 Akan tetapi secara khusus, tujuan-tujuan tersebut memiliki dimensi 37 Syafe’i, op. cit., h. 97 38 Daradjat, op. cit., h. 21 39 Soleha dan Rada, op. cit., h. 37 yang harus dikembangkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan manusia pada suatu periodisasi tertentu, yang berbeda dengan masa-masa sebelumnya. 3. Tujuan Pendidikan Islam Tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai dan memerlukan usaha dalam meraih tujuan tersebut. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan maka tujuan pendidikan bertahap dan bertingkat. Abu Ahmadi mengatakan bahwa tahap-tahap tujuan pendidikan agama Islam meliputi: a. Tujuan TertinggiTerakhir Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Dalam tujuan pendidikan agama Islam, tujuan tertinggiterakhir ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia, dan peranannya sebagai makhluk ciptaan Allah Swt. Yaitu: 1 Menjadi hamba Allah Swt Tujuan ini sejalan dengan tujuan hidup dan penciptaan manusia, yaitu semata-mata untuk beribadah kepada Allah Swt. Dalam hal ini pendidikan harus memungkinkan manusia memahami dan menghayati tentang Tuhannya sedemikian rupa, sehingga semua peribadahannya dilakukan dengan penuh penghayatan dan kekhusu’an terhadap-Nya, melakukan seremoni ibadah dan tunduk senantiasa pada syari’ah dan petunjuk Allah Swt. 40 2 Mengantarkan peserta didik menjadi khalifah fil Ardh, yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya dan lebih jauh lagi, mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya sesuai dengan tujuan 40 Ramayulis,MetodologiPendidikan Agama Islam, Jakarta: KalamMulia, 2010, Cet. Ke-6, h. 30 penciptaannya dan sebagai konsekuensi setelah menerima Islam sebagai pedoman hidup. 41 3 Untuk memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat, baik individu maupun masyarakat. b. Tujuan umum Tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. 42 Tujuan umum berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik. Salah satu formulasi dan realisasi diri sebagai tujuan pendidikan yang bersifat umum ialah rumusan yang disarankan oleh Konferensi Internasional Pertama tentang pendidikan Islam di Mekkah 8 April 1977 sebagi berikut: Tujuan umum pendidikan Islam diarahkan untuk mencapai pertumbuhan keseimbangan kepribadian manusia menyeluruh, melalui latihan jiwa, intelek, jiwa rasional, perasaan dan penghayatan lahir. Karena itu pendidikan harus menyiapkan pertumbuhan manusia dalam segi: spiritual, intelektual, imajinatif, jasmani, ilmiah, linguistik, baik individu maupun kolektif yang semua itu didasari oleh motivasi mencapai kebaikan dan perfeksi kesempurnaan. 43 c. Tujuan khusus Tujuan khusus ialah pengkhususan atau oprasionalisasi tujuan tertinggiterakhir dan tujuan umum pendidikan Islam. Tujuan khusus bersifat relatif sehingga dimungkinkan untuk diadakan perubahan dimana perlu sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan, selama masih berpijak pada 41 Ibid. 42 Daradjat, op. cit., h. 21 43 Ramayulis, op. cit., h. 30 kerangka tujuan tertinggiterakhir dan umum itu. Pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada: 44 1 Kultur dan cita-cita suatu bangsa Setiap bangsa pada umumnya memiliki tradisi dan budaya sendiri-sendiri. Perbedaan antar berbagai bangsa inilah yang memungkinkan sekali adanya perbedaan cita-citanya, sehingga terjadi pula perbedaan dalam merumuskan tujuan yang dikehendakinya di bidang pendidikan. 2 Minat, bakat dan kesanggupan subyek didik Islam sangat mengakui adanya perbedaan individu dalam hal minat, bakat dan kemampuan. 3 Tuntutan situasi dan kondisi pada kurun waktu tertentu Apabila tujuan khusus pendidikan tidak mempertibangkan faktor situasi dan kondisi pada kurun waktu tertentu, maka pendidikan akan kurang memiliki daya guna sebagaimana minat dan perhatian subyek didik. Dasar pertimbangan ini sangat penting terutama bagi perencanaan pendidikan yang berorientasi pada masa depan.

C. Nilai-nilai Pendidikan Islam

Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islam yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan bahkan menjadi suatu rangkaiaan atau sistem didalamnya. Nilai tersebut menjadi pengembangan jiwa anak sehingga dapat memberikan out put bagi pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat luas. Dengan banyaknya nilai-nilai pendidikan peneliti mencoba membatasi pembahasan dari penulisan skripsi ini dan membatasi nilai-nilai pendidikan Islam dengan nilai Aqidah, nilai Ibadah dan nilai akhlaq. 44 Ibid., h. 33 1. Nilai-nilai Aqidah Nilai aqidah merupakan landasan pokok bagi kehidupan manusia sesuai fitrahnya, karena manusia mempunyai sifat dan kecenderungan untuk mengalami dan mempercayai adanya Tuhan. Pendidikan Aqidah ini dimulai semenjak bayi dilahirkan dengan mengumandangkan adzan ke telinganya agar pertama kali yang didengar hanya kebesaran Asma Allah. Secara etimologi, aqidah adalah bentuk masdar dari kata ‘aqoda-ya’qidu- ‘aqidatan yang berarti ikatan, simpulan, perjanjian, kokoh. 45 Setelah terbentuk menjadi kata aqidah berarti perjanjian yang teguh dan kuat, terpatri dan tertanam di dalam lubuk hati yang paling dalam. 46 Sedangkan secara terminologi, aqidah berarti credo, creed, keyakinan hidup iman dalam arti khas, yakni pengikraran yang bertolak dari hati. Menurut Jamil Ahaliba dalam kitab Mu’jam al-Falsafi yang dikutip Muhammad Alim dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Agama Islam, mengartikan aqidah adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bersambung secara kokoh. 47 Aspek pengajaran Aqidah dalam dunia pendidikan Islam pada dasarnya merupakan proses pemenuhan fitrah bertauhid. Fitrah bertauhid merupakan unsur hakiki yang melekat pada diri manusia sejak penciptaannya. Ketika berada di alam arwah, manusia telah mengikrarkan ketauhidannyaitu, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 172: øøŒÎuρ x‹s{r y7•u‘ .⎯ÏΒ û©Í_t tΠyŠu™ ⎯ÏΒ óΟÏδÍ‘θßγàß öΝåκtJ−ƒÍh‘èŒ öΝèδy‰pκô−ruρ ’n?tã öΝÍκŦàΡr àMó¡s9r öΝä3ÎntÎ θä9s 4’n?t ¡ tΡô‰Îγx© ¡ χr θä9θàs? tΠöθtƒ Ïπyϑ≈uŠÉø9 ¯ΡÎ ¨Ζà2 ô⎯tã x‹≈yδ t⎦,ÎÏ≈xî ∩⊇∠⊄∪ 45 Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Trigenda karya, 1993, h. 242 46 Alim, op. cit., h. 124. 47 Ibid. Artinya: “Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak- anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman: Bukankah aku ini Tuhanmu? mereka menjawab: Betul Engkau Tuban kami, Kami menjadi saksi. kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya Kami Bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini keesaan Tuhan.QS. Al-A’raf: 172 48 Karakteristik aqidah Islam bersifat murni, baik dalam isi, maupun prosesnya, dimana hanyalah Allah yang wajib diyakini, diakui dan disembah. 49 Keyakinan tersebut sedikit-pun tidak boleh dialihkan kepada yang lain, karena akan berakibat penyekutuan musyrik yang berdampak pada motivasi ibadah yang tidak sepenuhnya didasarkan atas panggilan Allah. Aqidah dalam Islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah; ucapan dalam lisan dalam bentuk dua kalimah syahadat; dan perbuatan dengan amal saleh. Dengan demikian, aqidah Islam bukan hanya sekedar keyakinan dalam hati, melainkan pada tahap selanjutnya harus menjadi acuan dasar dalam bertingkah laku dan berbuat yang pada akhirnya akan membuahkan amal saleh. Lebih lanjut, Abu A’la al-Maududi yang dikutip oleh Muhammad Alim dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Agama Islam, menyebutkan pengaruh aqidah sebagai berikut: a. Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit dan picik b. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri c. Membentuk manusia menjadi jujur dan adil d. Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi e. Membentuk pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan dan optimisme f. Menanamkan sifat kesatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi resiko, bahkan tidak takut kepada mati. g. Menciptakan sikap hidup damai dan ridha h. Membentuk manusia menjadi patuh, taat dan disiplin menjalankan peraturan Ilahi. 50 48 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002, h. 174 49 Alim, op. cit., h. 125 50 Ibid., h. 131 Dari beberapa penjelasan tentang karakteristik aqidah Islam tersebut, maka dapat disimpulkan tentang prinsip nilai aqidah Islam adalah sebagai berikut: a. Berserah diri kepada Allah dengan bertauhid Maksudnya adalah beribadah murni hanya kepada Allah semata, tidak pada yang lain-Nya tauhid, secara garis besar tauhid adalah meng-Esa- kan Allah dalam ibadah. Karena sejatinya sesembahan itu beraneka ragam menurut keyakinan dan kepercayaan masing-masing, akan tetapi orang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan dan tempat meminta. b. Taat dan patuh kepada Allah Dalam aqidah Islam tidak cukup hanya menjadi seorang yang bertauhid tanpa dibarengi dengan amal perbuatan yang mencerminkan ketauhidan tersebut. Karena orang yang bertauhid berarti berprinsip pula menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi semua yang dilarang oleh-Nya. c. Menjauhkan diri dari perbuatan syirik Setelah bertauhid serta taat dan patuh hanya kepada Allah secara tidak langsung seseorang telah menjauhkan dirinya dari perbuatan syirik, dan tidak hanya cukup disitu saja, akan tetapi harus senantiasa menjaga diri untuk selalu menjauhi perbuatan dan pelaku syirik. Allah telah berfirman. ¨βÎ © Ÿω ãÏøótƒ βr x8uô³ç„ ⎯ÏμÎ ãÏøótƒuρ tΒ tβρߊ y7Ï9≡sŒ ⎯yϑÏ9 â™t±o„ 4 ⎯tΒuρ õ8Îô³ç„ «Î ωssù “utIøù ¸ϑøOÎ ¸ϑŠÏàtã ∩⊆∇∪ Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. QS. An-Nisa’: 48 51 51 Departemen Agama RI,op. cit., h. 87 2. Nilai-nilai Ibadah Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah SWT., karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid. Majelis Tarjih Muhammdiyah mendefinisikan ibadah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya, dan mengamalkan segala yang diizinkan-Nya. 52 M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul M. Quraish Shihab Menjawab, 1001 Soal Keislaman Yang Patut Anda Ketahui, menyimpulkan tentang tiga definisi ibadah yang dikemukakan oleh Syaikh Ja’far Subhani, yaitu “ibadah adalah ketundukan dan ketaatan yang berbentuk lisan dan praktik yang timbul sebagai dampak keyakinan tentang ketuhanan siapa yang kepadanya seorang tunduk.” 53 Ketentuan ibadah termasuk salah satu bidang ajaran Islam dimana akal manusia tidak berhak ikut campur, melainkan hak dan otoritas milik Allah sepenuhnya. Kedudukan manusia dalam hal ini mematuhi, mentaati, melaksanakan dan menjalankannya dengan penuh ketundukan sebagai bukti pengabdian dan rasa terima kasih kepada-Nya. Ibadah secara umum berarti mencakup seluruh aspek kehidupan sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Ibadah dalam pengertian inilah yang merupakan tugas hidup manusia. Dalam pengertian khusus ibadah adalah perilaku manusia yang dilakukan atas perintah Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah, atau disebut ritual. 54 Dengan ibadah manusia akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, akan tetapi ibadah bukan hanya sekedar kewajiban melainkan kebutuhan bagi seorang hamba yang lemah yang tidak mempunyai kekuatan tanpa Allah yang Maha Kuat. Adapun jenis-jenis ibadah dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu: 52 Alim, op. cit., h. 143-144 53 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir Do’a, Ciputat: Lentera Hati, 2006, Cet. ke-2, h. 177 54 Alim, op.cit., h. 144 a. Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba dengan sang pencipta secara langsung. Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip, yaitu: 1 Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah. 2 Tata caranya harus berpola kepada Rasulullah. 3 Bersifat supra rasional diatas jangkauan akal. 4 Azaznya taat b. Ibadah Ghairu Mahdhah, artinya ibadah yang disamping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya. Prinsip-prinsip dalam ibadah ini ada 4, yaitu 1 Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. 2 Tata pelaksanaannya tidak perlu berpola kepada contoh Rasulullah. 3 Bersifat rasional. 4 Azaznya manfaat, selama itu bermanfaat maka selama itu boleh dilakukan. 55 Di dalam Islam nilai ibadah tidak hanya sebatas ritual pada hari atau tempat- tempat tertentu saja, akan tetapi lebih luas lagi. Karena pemahaman nilai Ibadah dalam Islam adalah juga mencakup segala perkataan dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari yang dikerjakan secara ikhlas semata hanya ingin mendapat ridha dari Allah SWT. Menuntut ilmu, mendidik membesarkan anak, bekerja keras mencari nafkah untuk keluarga, bahkan menyingkirkan duri dari jalanan- pun bisa mempunyai nilai ibadah jika perbuatan-perbuatan tersebut didasari keikhlasan hanya untuk mencari keridhaan Allah. Ibnu Taimiyah dalam bukunya yang berjudul al-‘Ubudiyah, menjelaskan cakupan dan bentuk-bentuk ibadah, antara lain menulis; “Ibadah adalah sebutan yang mencakup segala sesuatu yang disukai dan diridhai oleh Allah SWT. dalam bentuk ucapan dan perbuatan batin dan lahir, seperti shalat, puasa, haji, kebenaran dalam berucap, kebaktian kepada orang tua, silaturahim, dan lain-lain.” 56 3. Nilai-nilai Akhlak 55 Umay M. Dja’far Shiddieq, Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah, http:umayonline.wordpress.com , diakses pada tanggal 12 juli 2014. 56 Shihab, op. cit., h. 177

Dokumen yang terkait

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD Nilai Pendidikan Dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi: Kajian Sosiologi Sastra Serta Implementasinya dalam Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri Surakarta II.

0 3 12

NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI:KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM Nilai Pendidikan Dalam Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad Fuadi: Kajian Sosiologi Sastra Serta Implementasinya dalam Pembelajaran di Madrasah

0 2 16

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA A. FUADI Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.

0 2 18

PENDAHULUAN Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.

0 2 4

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA A. FUADI Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.

0 3 25

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL ”NEGERI 5 MENARA” KARYA A. FUADI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL ”NEGERI 5 MENARA” KARYA A. FUADI.

1 2 15

PENDAHULUAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL ”NEGERI 5 MENARA” KARYA A. FUADI.

0 2 19

NILAI NILAI PENDIDIKAN AKHLAK YANG TERKANDUNG DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI

2 39 173

NILAI NILAI PENDIDIKAN AKHLAK YANG TERKANDUNG PADA NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURAHMAN ELSHIRAZY

2 40 125

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI SKRIPSI

1 10 18