Teknik Analisis Data Teknik Pemeriksaan Pengabsahan Data
mempersiapkan mental dan fisik yang prima demi menjalani ujian lisan dan tulisan yang biasanya berjalan selama 15 hari. Namun disela rutinitas di PM yang
super padat dan ketat. Alif dan ke-5 temannya selalu menyempatkan diri untuk berkumpul di bawah menara masjid, sambil menatap awan dan memikirkan cita-
cita mereka ke depan. Ditahun kedua dan seterusnya kehidupan Alif dan rekan-rekannya lebih
berwarna dan penuh pengalaman menarik. Di PM semua teman, guru, satpam, bahkan kakak kelas adalah keluarga yang harus saling tolong menolong dan
membantu. Semua terasa begitu kompak dan bersahabat, sampai pada suatu hari yang tak terduga, Baso, teman alif yang paling pintar dan paling rajin
memutuskan keluar dari PM karena permasalahan ekonomi dan keluarga. Kepergian Baso, membangkitkan semangat Alif, Atang, Dulmajid, Raja dan
Said untuk menamatkan PM dan menjadi orang sukses yang mampu mewujudkan cita-cita mereka menginjakkan kaki di benua Eropa dan Amerika. Kini semua
mimpi kami berenamtelah menjadi nyata. Kami berenam telah berada lima Negara yang berbeda, sesuai dengan lukisan dan imajinasi kita di awan. Aku
Alif berada di Amerika, Raja di Eropa, sementara Atang di Afrika, Baso berada di Asia, sedangkan Said dan Dulmajid sangat nasionalis mereka di Negara
kesatuan Indonesia tercinta. Di lima menara impian kami. Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Pendengar.
Man jadda wajadda, barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.
3. Profil Pengarang NovelNegeri 5 Menara
a. Biografi Pengarang
Ahmad Fuadi lahir di Bayur, sebuah kampung kecil di pinggir Danau Maninjau, Sumatra Barat pada 30 Desember 1972, tidak jauh dari kampung
Buya Hamka. Ibunya seorang guru SD, sedangkan ayahnya guru
madrasah.
90
Nama Ahmad Fuadi mulai terkenal sejak novel pertamanya, Negeri 5 Menara, sukses dan masuk dalam jajaran buku best
seller pada 2009. Novel tersebut merupakan novel pertama yang ia tulis. Ia menulis novel, karena ingin memberikan manfaat kepada orang lain,
sebagaimana ungkapan yang sering diajarkan di pondok pesantren, yaitu bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat untuk orang lain,
dengan caranya masing-masing. Novelnya sangat inspiratif dan memberikan pengaruh positif kepada
pembacanya, yang ceritanya diadaptasi dari pengalaman selama hidup di Pondok Modern Darussalam Gontor.Novel
tersebut merupakan buku pertama dari trilogi novelnya dan diangkat ke film layar lebar pada 2012. Ia
juga mendapatkan penghargaan Anugerah Pembaca Indonesia. b.
Riwayat Pendidikan Pengarang Setelah lulus SMP dengan nilai terbaik Fuadi merantau ke Jawa untuk
mematuhi permintaan ibunya agar masuk sekolah agama. Ia memperdalam ilmu agama serta bahasa Arab dan Inggris di Pondok Modern Darussalam
Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, selama empat tahun sampai lulus tahun 1992.
91
Di Pondok inilah Fuadi menemukan banyak pengalaman dan kisah yang sangat membekas dalam dirinya. Sehingga menjadi inspirasi untuk
membukukan kisahnya di Gontor dalam buku Negeri 5 Menara. Setelah lulus dia mengikuti UMPTN dan diterima di jurusan Hubungan
Internasional Universitas Padjadjaran, Bandung. Saat kuliah Fuadi pernah mewakili Indonesia ketika mengikuti program Youth Exchange Program di
Quebec, Kanada. Di penghujung masa kuliahnya di Bandung dia juga mendapat kesempatan kuliah satu semester di National University of
Singapore dalam program SIF Fellowship. Semasa kuliah ia sering menulis artikel untuk dikirim ke berbagai media massa. Honor yang ia terima saat
artikelnya diterbitkan ia gunakan untuk membayar biaya kuliah.
90
A. Fuadi, Negeri 5 Menara, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009, h.. 415
91
Ibid., h. 415
Setelah lulus kuliah Fuadi diterima sebagai wartawan Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah
bimbingan wartawan senior. Setahun kemudian, dia merantau ke Washington DC bersama istrinya yang juga wartawan tempo untuk mengikuti program S-
2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University. Sambil kuliah mereka menjadi koresponden Tempo dan wartawan Voice of
America.
92
Pada 2004 ia kembali mendapat beasiswa untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Ia juga
pernah menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi: The Nature Conservancy.
93