2.1.3. Daya Saing
Istilah daya saing competitiveness, meskipun setidaknya telah “diawali” oleh konsep keunggulan komparatif comparative advantage Ricardo sejak abad
18, kini mendapat perhatian yang semakin besar terutama tiga dekade belakangan ini. Daya saing, satu dari sekian andalan yang sangat populer, tetapi tetap tidak
sederhana untuk dipahami. Seperti diungkapkan oleh Garelli 2003, konsep yang multidimensi ini sangat memungkinkan beragam definisi dan pengukuran.
Tidaklah mengejutkan jika perkembangan pandangan dan diskusi tentang daya saing tidak luput dari kritik dan perdebatan yang juga terus berlangsung hingga
kini. Daya saing merupakan suatu konsep umum yang digunakan dalam
ekonomi, seperti daya saing perusahaan dalam persaingan pasar dan daya saing negara-negara dalam persaingan internasional. Konsep daya saing dapat ditinjau
pada tingkat perusahaan, tingkat industri dan tingkat negara atu daerah. Masing- masing tingkat memiliki hubungan erat seperti daya saing perusahaan yang
merupakan elemen pembentukan daya saing pada tingkat industri, negara atau daerah.
David Ricardo melalui tulisannya: “Principles of Political Economy and Taxation”, di tahun 1817 menggarisbawahi bagaimana semestinya negara harus
bersaing. Kementerian Perindustrian Kemenperin terus berupaya mendorong daya
saing industri di berbagai daerah serta memacu pelaksanaan program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI, khususnya
Universitas Sumatera Utara
yang berada di wilayah Sumatera Utara Sumut guna meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Demikian disampaikan Menteri Perindustrian Menperin Mohamad S. Hidayat dalam Forum Komunikasi Dengan Dunia Usaha dan Instansi Terkait
tentang ”Peningkatan Daya Saing Industri Nasional dan Program Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3EI”.
Industri pengolahan Minyak Sawit Mentah CPO merupakan salah satu prioritas untuk mencapai nilai tambah yang lebih tinggi mengingat Indonesia
merupakan negara produsen CPO terbesar di dunia. Produksi CPO Indonesia tahun 2010 mencapai sekitar 22,5 juta ton dan pada tahun 2020 ditargetkan
mencapai 40 juta ton. Dari produksi 22,5 juta ton tahun 2010 itu, sebesar 13,2 juta ton diekspor,
sedangkan sisanya sebesar 9,1 juta ton dimanfaatkan industri dalam negeri, seperti industri oleofood, oleochemical, energi dan pharmaceutical. Industri turunan CPO
yang telah berkembang di Indonesia baru dapat menghasilkan 18 jenis produk, yaitu industri pangan antara lain minyak goreng, margarin, shortening, CBS,
Vegetable Ghee dan industri non pangan yaitu oleokimia antara lain fatty acids, fatty alcohol, dan glycerin serta biodiesel.
Sumatera Utara merupakan daerah yang sangat potensial untuk pengembangan industri hilir kelapa sawit, di mana jumlah produksi CPO pada
tahun 2009 telah mencapai 5,07 juta tontahun atau sebesar 28,04 persen dari produksi nasional.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Nilai Tukar 2.1.4.1. Definisi Nilai Tukar Foreign Exchange Rate