Net Present Value NPV Internal Rate of Return IRR

ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama kompos dapat bertahan sehingga bisa diperhitungkan waktu pemupukan selanjutnya.

6. Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi yang dilakukan adalah menghitung biaya pencetakan kompos dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap persamaan 5. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan, biaya bunga modal dan asuransi, biaya pajak dan biaya gedunggudang. Sementara biaya tidak tetap terdiri dari biaya perbaikan untuk dongkrak sebagai sumber tenaga penekan dan biaya karyawanoperator.

7. Break Event Point BEP

Manfaat perhitungan titik impas break event point adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan, untuk menentukan produksi titik impas maka digunakan persamaan 9.

8. Net Present Value NPV

Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu alat layak atau tidak untuk diusahakan. Perhitungannya dilakukan dengan persamaan.

9. Internal Rate of Return IRR

Internal rate of return digunakan untuk memperkirakan kelayakan lama umur pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat suku bunga tertentu. Nilai IRR menentukan berapa besar bunga pinjaman di bank paling tinggi sehingga suatu usaha layak dijalankan. Bila suku bunga pinjaman lebih kecil dari angka Universitas Sumatera Utara IRR yang diperoleh dihitung, berarti usaha tersebut masih layak dijalankan, tetapi jika ternyata suku bunga pinjaman di bank lebih tinggi dari nilai IRR yang diperoleh, maka usaha tersebut tidak layak lagi dijalankan. Nilai IRR dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 11. Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh bahan perekat Perlakuan bahan perekat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kapasitas material, kapasitas hasil, kerusakan hasil, lama kompos melebur serta analisis CN dan unsur makro. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut : Tabel 2. Pengaruh bahan perekat terhadap parameter yang diamati Bahan perekat Kapasitas material kgjam Kapasitas hasil kgjam Kerusakan hasil Lama kompos melebur hari Tepung darah 7,16 6,79 11,45 21,22 Tepung kanji 7,59 7,30 3,40 41,78 Tepung tulang 7,35 7,03 2,80 30,00 Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa kapasitas material tertinggi terdapat pada bahan perekat yang terbuat dari tepung kanji, sedangkan yang terendah terdapat pada tepung darah. Kapasitas hasil tertinggi terdapat pada tepung kanji sedangkan yang terendah pada tepung darah. Kerusakan hasil tertingi terdapat pada bahan perekat yang terbuat dari tepung darah, sedangkan yang terendah terdapat pada bahan perekat dari tepung tulang. Lamanya kompos melebur tertinggi terdapat pada bahan perekat dari tepung kanji, sedangkan yang terendah terdapat pada bahan perekat dari tepung darah. Bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya kapasitas material dan kapasitas hasil di atas relatif lebih kecil, hal itu disebabkan karena pada penelitian ini ketebalan cetakan kompos lebih kecil dari penelitian sebelumnya sehingga berat awal kompos juga lebih kecil. Berat awal cetakan kompos mempengaruhi kapasitas hasil dan kapasitas material. Meskipun demikian lama kompos melebur pada penelititan ini lebih besar dari penelitian sebelumnya, yang berarti perlakuan bahan perekat ini memberikan hasil yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Universitas Sumatera Utara Perbedaan ini terjadi karena penelitian sebelumnnya menggunakan bahan perekat dari tepung tulang dan menggunakan tiga jenis kompos yang berbeda, yaitu kompos dari kotoran sapi, kompos dari jerami dan kompos dari sekam. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan kompos jerami dengan tiga perlakuan jenis perekat yang berbeda, yaitu bahan perekat dari tepung darah, tepung kanji dan tepung tulang. Dari hasil penelitian sebelumnnya lama kompos melebur terdapat pada kompos jerami, sehingga pada penelitian ini dengan perlakuan tiga jenis perekat menghasilkan cetakan kompos yang lebih lama melebur. Hal ini di dukung lagi oleh persentase kerusakan hasil yang lebih rendah dari penelitian sebelumnya. Semakin lama kompos melebur, maka kehilangan unsur hara akibat pencucian air semakin sedikit. Pencetakan kompos dengan alat ini selain membuat volume kompos menjadi lebih kecil juga membuat tampilan kompos lebih menarik dan mempunyai bentuk tertentu, hal ini sesuai dengan pernyataan Musnamar 2005 yang menyatakan bahwa bentuk pupuk organik padat saat ini semakin beragam disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Saat ini bentuk pupuk organik padat yang ditawarkan antara lain serbuk, butiran, pelet, dan tablet. Pupuk organik bentuk butiran, pelet, dan tablet merupakan bentuk pupuk organik konsentrat yang dibentuk dengan mesin pencetak bertekanan tinggi. Hasil analisis CN dan unsur makro dapat dilihat pada tabel 3 berikut : Tabel 3. Data hasil analisis jenis perekat terhadap CN dan unsur makro Bahan perekat C-ORGANIK N-total CN P 2 5 K 2 O Tepung darah 20.68 3.51 9.82 0.14 0.17 Tepung kanji 28.72 0.92 31.93 0.12 0.17 Tepung tulang 11.23 2.05 8.27 0.67 0.17 Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa CN tertinggi terdapat pada jenis bahan perekat dari tepung kanji yaitu sebesar 31,93 sedangkan yang terendah terdapat pada jenis bahan perekat dari tepung tulang yaitu sebesar 8,27. Kandungan P 2 5 Phosphat tertinggi terdapat pada jenis bahan perekat dari tepung tulang, yaitu sebesar 0,67 sedangkan yang terendah terdapat pada jenis bahan perekat dari tepung kanji yaitu sebesar o,12. Persentase K 2 O Kalium dari ketiga jenis perekat memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 0,17. Dari ketiga jenis bahan perekat diatas, yang memiliki nilai tambah teringgi pada tanaman khususnya dalam hal perkembangan batang adalah jenis perekat dari tepung tulang, karena memiliki persentase P 2 5 Phosphat yang paling tinggi dibandingkan dengan tepung kanji dan tepung darah. Perlakuan jenis bahan perekat tidak memberikan hasil yang berbeda pada kandungan K 2 O Kalium. Tabel 4. Data hasil analisis dosis perekat terhadap CN dan unsur makro Dosis C-ORGANIK N-total CN P 2 5 K 2 O 20 18.08 1.97 15.95 0.31 0.17 25 20.92 2.09 16.12 0.31 0.17 30 21.63 2.42 17.94 0.30 0.17 Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa CN tertinggi terdapat pada dosis bahan perekat sebesar 30, sedangkan yang terendah terdapat pada dosis bahan perekat 20. Kandungan P 2 5 Phosphat tertinggi terdapat pada dosis bahan perekat 20 dan 25, sedangkan yang terendah terdapat pada dosis bahan perekat 30. Perlakuan dosis bahan perekat tidak memberikan hasil yang berbeda pada kandungan K 2 O Kalium. Dari Tabel 3 dan 4 di atas dapat dilihat bahwa secara umum kandungan unsur hara kompos hasil cetakan tersebut relatif rendah bila dibandingkan dengan pupuk kimia, akan tetapi kompos tersebut mengandung hampir semua dari zat Universitas Sumatera Utara yang dibutuhkan tanaman, hal ini sesuai dengan pernyataan Prihmantoro 2003 yang mengatakan bahwa kandungan zat hara dalam kompos sangat bervariasi tergantung dari bahan yang dikomposkan, cara pengomposan, dan cara penyimpanannya. Secara umum kandungan zat hara dalam kompos terdiri dari : karbon 8,2, nitrogen 0,09, fosfor 0,36, kalium 0,81, komponen kompos terdiri dari cairan 41 dan bahan kering 59. Pengaruh dosis bahan perekat Dari hasil penelitian yang dilakukan, secara umum diperoleh bahwa dosis bahan perekat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kapasitas material, kapasitas hasil, kerusakan hasil, dan lama kompos hancur. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Pengaruh dosis bahan perekat terhadap parameter yang diamati Dosis bahan perekat Kapasitas material kgjam Kapasitas hasil kgjam Kerusakan hasil Lama kompos melebur hari 20 7,25 6,86 6,54 29,00 25 7,28 6,98 7,20 31,56 30 7,57 7,28 3,70 32,44 Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa kapasitas material tertinggi terdapat pada dosis 25 sedangkan yang terendah terdapat pada dosis 20, sementara kapasitas hasil tertinggi terdapat pada dosis 30 dan yang terendah terdapat pada dosis 20. Untuk kerusakan hasil yang tertinggi terdapat pada dosis 25, sedangkan yang terendah pada dosis 30. Lama kompos melebur tertinggi terdapat pada dosis 30 dan yang terendah pada dosis 20. Analisis statistik yang dilakukan untuk perlakuan jenis bahan perekat dan dosis bahan perekat terhadap kapasitas kerja alat dan kerusakan hasil yang diamati dapat dilihat pada uraian berikut ini: Universitas Sumatera Utara 1. Analisis Perbandingan CN dan Unsur Makro Dari hasil analisis yang dilakukan di Labortorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Lampiran 5, dapat dilihat bahwa perbandingan CN tertinggi terdapat pada perlakuan P2T3 yaitu sebesar 39,00 sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan P3T1. Dari data diatas tidak bisa dilihat analisis sidik ragamnya, karena penelitian data hanya dilakukan pada 9 sampel dan tidak memilki ulangan, sehingga tidak diperoleh nilai rata-ratanya. Dari data hasil analisis laboratorium secara umum nilai perbandingan CN tidaklah terlalu besar, dan masih berkisar di nilai perbandingan CN secara umum. Artinya kompos ini layak digunakan, karena tidak member efek yang buruk kepada tanaman, hal ini sesuai dengan pernyataan Prihmantoro 2003 yang menyatakan bahwa Kadar CN dalam kompos umumnya 23. CN merupakan perbandingan karbon dan nitrogen. Pupuk dengan CN yang tinggi kurang baik diberikan ke tanaman karena proses peruraian selanjutnya akan terjadi di dalam tanah. CO 2 yang dihasilkan dari peruraian tersebut akan berpengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman.

2. Kapasitas Material Pengaruh jenis bahan perekat