Uji T Independent Suhu Ruangan Penelitian Pengaruh Perlakuan Insektisida Terhadap Kerentanan Nyamuk

Pada kelompok 6 jam II terdapat perbedaan rata-rata kematian nyamuk Anopheles spp pada setiap jenis insektisida yaitu insektisida bendiocarb 0.25 ekor, insektisida etofenproks 1.75 ekor dan insektisida lamdasihalotrin 3.25 ekor. Pada kelompok 6 jam III juga terdapat perbedaan rata-rata kematian nyamuk Anopheles spp yaitu pada insektisida bendiocarb 5.75 ekor, insektisida etofenproks 6.25 ekor dan insektisida lamdasihalotrin 5.50 ekor. Kemudian sama halnya pada kelompok 6 jam IV bahwa terdapat perbedaan rata-rata kematian nyamuk Anopheles spp pada jenis insektisida bendiocarb 9.00 ekor, tetapi insektisida etofenproks dan insektisida lamdasihalotrin tidak terdapat perbedaan rata-rata kematian nyamuk Anopheles spp 8.50 ekor.

4.5. Uji T Independent

Berdasarkan hasil uji beda rata-rata diperoleh bahwa p α = 0.05 maka dilanjutkan dengan uji T independent. Hasil uji T independent untuk jenis insektisida bendiocarb terdapat nilai p = 0.041 α = 0.05 artinya Ho ditolak, berarti ada perbedaan yang bermakna dalam hal kematian nyamuk Anopheles spp pasca perlakuan bendiocarb dan kelompok yang berbeda adalah kelompok 6 Jam I dengan 6 Jam II. Untuk jenis insektisida etofenproks berdasarkan hasil uji T independent diperoleh nilai p = 0.002 α = 0.05 artinya Ho ditolak, berarti ada perbedaan yang bermakna dalam hal kematian nyamuk Anopheles spp pasca perlakuan etofenproks dan kelompok yang berbeda adalah kelompok 6 Jam I dengan 6 Jam II. Universitas Sumatera Utara Kemudian untuk jenis insektisida lamdasihalotrin berdasarkan hasil uji T independent diperoleh nilai p = 0.000 α = 0.05 artinya Ho ditolak, berarti ada perbedaan yang bermakna dalam hal kematian nyamuk Anopheles spp pasca perlakuan lamdasihalotrin dan kelompok yang berbeda adalah kelompok 6 Jam I dengan 6 Jam II.

4.6. Suhu Ruangan Penelitian

Pada saat penelitian dilaksanakan temperatur udara di ruang penelitian diukur dengan menggunakan alat thermometer maksimum dan minimum . Hasil pengukuran suhu udara di ruang penelitian menunjukkan angka 28.7 o C sampai dengan 31.5 o C. 4.7. Kelembaban Ruangan Penelitian Pada saat penelitian dilaksanakan kelembaban udara di ruang penelitian diukur dengan menggunakan hygrometer. Hasil pengukuran kelembaban di ruang penelitian menunjukkan angka 69.6 sampai dengan 70.7. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Perlakuan Insektisida Terhadap Kerentanan Nyamuk

Anopheles spp Pengendalian nyamuk Anopheles spp dapat dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida. Hal ini dilakukan untuk memutuskan transmisi mata rantai, murah dan ekonomis. Penyemprotan merupakan suatu cara pemberantasan vektor dengan menempelkan racun serangga tertentu dengan dosis tertentu secara merata pada permukaan dinding yang disemprot dengan tujuan memutuskan mata rantai penularan. Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan insektisida bendiocarb, etofenproks dan lamdasihalotrin terhadap nyamuk Anopheles spp dengan 4 kali ulangan perlakuan diperoleh jumlah persentase kematian nyamuk yang berbeda-beda. Rata-rata persentase kematian nyamuk Anopheles spp pada enam jam pertama tidak dijumpai, rata-rata persentase kematian nyamuk Anopheles spp selama enam jam kedua pada perlakuan dengan jenis insektisida bendiocarb sebanyak 1 ekor dengan rata-rata 0.25, jenis etofenproks sebanyak 7 ekor dengan rata-rata 1.75 dan jenis lamdasihalotrin sebanyak 13 ekor dengan rata-rata 3.25. Kemudian rata- rata persentase kematian nyamuk Anopheles spp selama enam jam ketiga pada perlakuan dengan jenis insektisida bendiocarb sebanyak 23 ekor dengan rata-rata Universitas Sumatera Utara 5.75. jenis etofenproks sebanyak 25 ekor dengan rata-rata 6.25 dan jenis lamdasihalotrin sebanyak 22 ekor dengan rata-rata 5.50 ekor. Sedangkan rata-rata persentase Anopheles spp yang mati selama enam jam keempat pada perlakuan dengan jenis insektisida bendiocarb sebanyak 36 ekor dengan rata-rata 9.00 ekor, jenis etofenproks sebanyak 34 ekor dengan rata-rata 8.50 ekor dan jenis lamdasihalotrin sebanyak 34 ekor dengan rata-rata 8.50 ekor. Kerentanan vektor nyamuk Anopheles spp yang mati selama dua puluh empat jam pada perlakuan dengan jenis insektisida bendiocarb sebanyak 60 ekor dengan rata-rata 15 ekor 75.0, jenis etofenproks sebanyak 66 ekor dengan rata-rata 16.50 ekor 82.5, jenis lamdasihalotrin sebanyak 69 ekor dengan rata-rata 17.25 ekor 86.3 dan kontrol sebanyak 13 ekor dengan rata-rataa 3.25 ekor 16.3. Pada penelitian ini rata-rata persentase yang paling tinggi kematian nyamuk Anopheles spp terdapat pada perlakuan jenis insektisida lamdasihalotrin 86.3. Hal ini disebabkan karena insektisida lamdasihalotrin merupakan racun kontak yang tergolong racun yang tinggi toksisitasnya Rozendall, 1997. Selain itu lamdasihalotrin termasuk golongan sintetik piretroid memiliki sifat knockdown period lebih cepat terhadap serangga uji Sygenta Chemical, 2001. Menurut Subiyakto 1991 lamdasihalotrin termasuk golongan piretroid yang menyerang system saraf pusat yang bekerja dengan cepat dan menimbulkan paralisis yang bersifat sementara. Efek piretroid sama dengan DDT tetapi piretroid memiliki efek tidak persisten. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengamatan kematian nyamuk kontrol sebesar 3 ekor, pada ulangan kedua 3 ekor, pada ulangan ketiga 3 ekor dan ulangan keempat 4 ekor. Mortalitas nyamuk kontrol ini dapat disebabkan oleh faktor alami, seperti adaptasi nyamuk terhadap lingkungan. Lebih rinci diterangkan bahwa rata-rata perbedaan kematian nyamuk Anopheles spp tiap enam jam dengan perlakuan jenis insektisida bendiocarb bahwa rata-rata persentase kematian Anopheles spp dengan bendiocarb ulangan 1 pada enam jam pertama dan kedua tidak terdapat nyamuk Anopheles spp yang mati, enam jam ketiga sebanyak 6 ekor dan enam jam keempat sebanyak 8 ekor. Pada perlakuan bendiocarb 2 pada enam jam pertama dan kedua tidak terdapat Anopheles spp yang mati, enam jam ketiga sebanyak 6 ekor dan enam jam keempat sebanyak 9 ekor. Pada perlakuan bendiocarb 3 pada enam jam pertama dan kedua tidak terdapat Anopheles spp yang mati, enam jam ketiga sebanyak 5 ekor dan enam jam keempat sebanyak 10 ekor. Kemudian pada perlakuan bendiocarb 4 pada enam jam pertama tidak terdapat Anopheles spp yang mati, enam jam kedua sebanyak 1 ekor, enam jam ketiga sebanyak 6 ekor dan enam jam keempat sebanyak 9 ekor. Kemudian rata-rata perbedaan kematian nyamuk Anopheles spp tiap enam jam dengan perlakuan jenis insektisida etofenproks bahwa rata-rata persentase kematian Anopheles spp dengan etofenproks ulangan 1 pada enam jam pertama tidak terdapat Anopheles spp yang mati, enam jam kedua sebanyak 1 ekor, enam jam ketiga sebanyak 6 ekor dan enam jam keempat sebanyak 8 ekor. Pada perlakuan Universitas Sumatera Utara etofenproks 2 pada enam jam pertama tidak terdapat Anopheles spp yang mati, enam jam kedua sebanyak 2 ekor, enam jam ketiga sebanyak 7 ekor dan enam jam keempat sebanyak 8 ekor. Pada perlakuan etofenproks 3 pada enam jam pertama tidak terdapat Anopheles spp yang mati, enam jam kedua sebanyak 2 ekor, enam jam ketiga sebanyak 5 ekor dan enam jam keempat sebanyak 9 ekor. Kemudian pada perlakuan etofenproks 4 pada enam jam pertama tidak terdapat Anopheles spp yang mati. enam jam kedua sebanyak 2 ekor, enam jam ketiga sebanyak 7 ekor dan enam jam keempat sebanyak 9 ekor. Berdasarkan jumlah nyamuk Anopheles spp yang mati jika dibandingkan dengan perlakuan bendiocarb, perlakuan etofenproks lebih efektif untuk membunuh nyamuk Anopheles spp. Hal ini disebabkan karena sifat insektisida etofenproks mempunyai spectrum efektifitas yang sangat luas terhadap berbagai hama antara lain nyamuk. Selain itu insektisida etofenproks mengandung bahan aktif senyawa C-H-O yang terdiri dari unsur karbon, hydrogen dan oksigen dan ramah lingkungan Mitsui Toatsui Chemical, 1998. Selanjutnya rata-rata perbedaan kematian nyamuk Anopheles spp tiap enam jam dengan perlakuan jenis insektisida lamdasihalotrin bahwa rata-rata persentase kematian nyamuk Anopheles spp dengan lamdasihalotrin ulangan 1 pada enam jam pertama tidak terdapat Anopheles spp yang mati, enam jam kedua sebanyak 3 ekor, enam jam ketiga sebanyak 5 ekor dan enam jam keempat sebanyak 8 ekor. Pada perlakuan lamdasihalotrin 2 pada enam jam pertama tidak terdapat Anopheles spp yang mati, enam jam kedua sebanyak 3 ekor, enam jam ketiga sebanyak 5 ekor dan Universitas Sumatera Utara enam jam keempat sebanyak 9 ekor. Pada perlakuan lamdasihalotrin 3 pada enam jam pertama tidak terdapat Anopheles spp yang mati, enam jam kedua sebanyak 3 ekor, enam jam ketiga sebanyak 6 ekor dan enam jam keempat sebanyak 9 ekor. Kemudian pada perlakuan lamdasihalotrin 4 pada enam jam pertama tidak terdapat Anopheles spp yang mati, enam jam kedua sebanyak 4 ekor, enam jam ketiga sebanyak 8 ekor dan enam jam keempat sebanyak 8 ekor. Berdasarkan jumlah kematian nyamuk Anopheles spp jika dibandingkan dengan perlakuan bendiocarb, perlakuan etofenproks, perlakuan lamdasihalotrin lebih efektif untuk membunuh nyamuk Anopheles spp, dimana kematian nyamuk menunjukkan berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan penelitian Rozendall, bahwa insektisida lamdasihalotrin merupakan racun kontak yang tergolong racun yang tinggi toksisitasnya.

5.2. Pengaruh Insektisida Bendiocarb Terhadap Kerentanan Vektor Nyamuk