enam jam keempat sebanyak 9 ekor. Pada perlakuan lamdasihalotrin 3 pada enam jam pertama tidak terdapat Anopheles spp yang mati, enam jam kedua sebanyak 3
ekor, enam jam ketiga sebanyak 6 ekor dan enam jam keempat sebanyak 9 ekor. Kemudian pada perlakuan lamdasihalotrin 4 pada enam jam pertama tidak terdapat
Anopheles spp yang mati, enam jam kedua sebanyak 4 ekor, enam jam ketiga sebanyak 8 ekor dan enam jam keempat sebanyak 8 ekor.
Berdasarkan jumlah kematian nyamuk Anopheles spp jika dibandingkan dengan perlakuan bendiocarb, perlakuan etofenproks, perlakuan lamdasihalotrin
lebih efektif untuk membunuh nyamuk Anopheles spp, dimana kematian nyamuk menunjukkan berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan penelitian Rozendall, bahwa
insektisida lamdasihalotrin merupakan racun kontak yang tergolong racun yang tinggi toksisitasnya.
5.2. Pengaruh Insektisida Bendiocarb Terhadap Kerentanan Vektor Nyamuk
Anopheles spp
Pada perlakuan bendiocarb ulangan 1 berdasarkan hasil uji Anova ternyata nilai p = 0.000
α = 0.05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang bermakna dalam hal kematian nyamuk Anopheles spp dan setelah ditelusuri lebih lanjut
kelompok mana yang berbeda bermakna adalah kelompok 6 Jam I dengan 6 Jam IV, 6 Jam II dengan 6 Jam IV. Pada perbedaan ini dapat dilihat bahwa 6 Jam IV paling
banyak menyebabkan kematian pada nyamuk Anopheles spp. Nyamuk Anopheles spp yang mati sebagai hewan uji yang dikontakan dengan
insecticide impregnated paper bendiocarb berjumlah 60 ekor dari 80 ekor hewan uji.
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata kematian nyamuk Anopheles spp 15 ekor dengan 75 kematian. Hal ini menunjukkan bahwa persentase kematian nyamuk Anopheles spp kurang dari 80
termasuk resisten terhadap insektisida bendiocarb Depkes, 2003.
5.3. Pengaruh Insektisida Etofenproks Terhadap Kerentanan Vektor
Nyamuk Anopheles spp
Pada perlakuan etofenproks berdasarkan hasil uji Anova ternyata nilai p = 0.001
α = 0.05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang bermakna dalam hal kematian nyamuk Anopheles spp. Setelah ditelusuri lebih lanjut kelompok mana
yang berbeda bermakna ternyata kelompok 6 Jam I dengan 6 Jam III, 6 Jam I dengan 6 Jam IV, 6 Jam II dengan 6 Jam IV paling banyak menyebabkan kematian pada
nyamuk Anopheles spp. Nyamuk Anopheles spp yang mati yang digunakan sebagai hewan uji yang
dikontakan dengan insecticide impregnated paper bendiocarb berjumlah 66 ekor dari 80 ekor hewan uji. Rata-rata kematian nyamuk Anopheles spp 16.50 pembulatan
menjadi 17 ekor dengan 85 kematian. Hal ini menunjukkan bahwa persentase kematian nyamuk Anopheles spp pada kisaran 80 - 98 termasuk meragukan
terhadap insektisida etofenproks Depkes, 2003.
5.4. Pengaruh Insektisida Lamdasihalotrin Terhadap Kerentanan Vektor
Nyamuk Anopheles spp Pada perlakuan lamdasihalotrin berdasarkan hasil uji Anova ternyata nilai p
= 0.004 α = 0.05. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang bermakna dalam hal
kematian nyamuk Anopheles spp. Setelah ditelusuri lebih lanjut kelompok yang
Universitas Sumatera Utara
berbeda bermakna adalah kelompok 6 Jam I dengan 6 Jam IV. Perbedaan ini dapat dilihat bahwa perlakuan insektisida lamdasihalotrin 6 Jam IV paling banyak
menyebabkan kematian pada nyamuk Anopheles spp. Nyamuk Anopheles spp yang mati sebagai hewan uji dikontakkan dengan
insecticide impregnated paper bendiocarb berjumlah 69 ekor dari 80 ekor. Rata-rata kematian nyamuk Anopheles spp 17.25 pembulatan menjadi 17 ekor dengan 90
kematian. Hal ini menunjukkan bahwa persen kematian nyamuk Anopheles spp pada kisaran 80 - 98 termasuk meragukan terhadap insektisida lamdasihalotrin Depkes,
2003. Tingkat kerentanan vektor nyamuk Anopheles spp dipengaruhi oleh daya
bunuh insektisida, perbedaan laju kematian dari ketiga jenis insektisida bendiocarb, etofenproks dan lamdasihalotrin kemungkinan dipengaruhi perbedaan dosis dan
presentase bahan aktif insektisida. Selain itu dipengaruhi oleh senyawa yang bersifat sinergistik dalam insektisida tersebut yang merupakan daya racun tinggi dan daya
kerja cepat. Cara kerja insektisida ini merupakan cara kerja insektisida yang memberikan pengaruh terhadap serangga berdasarkan sinergi insektisida didalam
tubuh serangga sehingga nyamuk gelisah, kejang, lumpuh dan akhirnya mati Djoyosumarto, 2000.
Keberhasilan pelaksanaan penyemprotan untuk pengendalian nyamuk Anopheles spp sebagai vektor penular penyakit malaria tergantung pada insektisida
yang digunakan, dosis yang sesuai, waktu penyemprotan, faktor cuaca, arah angin
Universitas Sumatera Utara
dan petugas penyemprot. Insektisida bendiocarb, etofenproks dan lamdasihalotrin yang digunakan untuk mengendalikan vektor nyamuk Anopheles spp.
5.5. Suhu Ruangan Penelitian