. Kriteria dalam Menyitir Dokumen

A biblimetric technique in which work cited in publication are examined to determine pattern of scholarly communication, for example the comparative importance of books versus jurnals, or of current versus retrospective sources, in one or more academic disciplines. Analisis sitiran adalah suatu teknik bibliometrika dimana karya-karya yang disitir dalam suatu terbitan dikaji untuk menentukan pola komunikasi ilmiah, sebagai contoh studi perbandingan pentingnya buku versus jurnal, terbitan terkini versus sumber-sumber retospektif, dalam suatu atau lebih disiplin ilmu. Sulistyo-Basuki yang dikutip Sutardji 2003: 1 menyatakan, Analisis sitiran digunakan untuk mengukur pengaruh intelektual ilmuwan dari penulis yang disitir, karena beberapa studi sitiran digunakan untuk mengetahui karakteristik komunikasi ilmu pengetahuan

2.4 . Kriteria dalam Menyitir Dokumen

Dalam menyitir suatu dokumen, terlebih dahulu penulis karya ilmiah harus mampu mengevaluasi dokumen yang di siitir. Pengevaluasian yang dilakukan tergantung kebutuhan si penulis. Huber dalam Andriani 2003: 11, menyatakan, dalam mengambil keputusan untuk menyitir suatu dokumen, penulis tidak hanya mengandalkan informasi yang sudah ada dalam pikirannya, tetapi juga mempertimbangkan informasi lain”. Menurut Wang dan soergel dalam Andriani 2003: 11, pengambilan keputusan dilakukan dengan menerapkan beberapa kriteria. Kriteria merupakan filter yang diaplikasikan penulis dalam membuat suatu keputusan. Beberapa kriteria penilaian suatu dokumen adalah : 1. Orientasi, menyangkut apa isi dokumen dan kepada siapa isi dokumen tersebut ditujukan. 2. Disiplin ilmu atau subject area. Penulis kemungkinan akan mengambil dokumen yang mempunyai disiplin ilmu yang sama dengan penelitian yang sedang dikerjakan. 3. Keklasikankepeloporan, suatu dokumen yang berisi informasi yang sangat substansial dibidangnya, karena memuat teknik, metode atau teori yang dipakai sepanjang waktu. 4. Nama jurnal dan tipe dokumen. Pemahaman pengarang terhadap suatu jurnal karena mempengaruhi proses seleksi dokumen. 5. Pengarang. Dokumen yang ditulis oleh orang yang menjadi figur dalam bidangnya akan dipersepsi tinggi oleh penyitir, sehingga berpeluang besar pula untuk disitir. Universitas Sumatera Utara 6. Noveltykebaruan, dokumen disitir karena memuat informasi yang belum diketahui sebelumnya atau sesuatu yang baru. 7. Penerbit. Reputasi institusi penerbit dapat pula menjamin mutu terbitan. 8. Recencykemutakhiran, membandingkan newness suatu dokumen dengan topik yang sedang diteliti. 2.5.Relevansi 2.5.1 Pengertian Relevansi Secara umum arti dari relevansi adalah kecocokan. Konsep yang melatar belakangi adanya sitiran adalah hubungan yang berarti antara dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir. Tentu saja dalam hubungan ini harus ada relevansi atau kecocokan dokumen yang disitir bila dokumen tersebut relevan dengan kegiatan penelitian atau penulisan yang dilakukan oleh peneliti atau penulis. Topik merupakan faktor utama dalam penilaian kesesuaian dokumen. Margono 1999 : 26 dinyatakan bahwa : Acuan yang dipakai oleh seorang pengarang dalam menulis karya ilmiahnya beragam dan tergantung dari pada masalah yang akan dipecahkannya. Oleh sebab itu bahan yang dipakainya sangat bervariasi, namun tetap berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapinya. Dari pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa seorang menulis akan menyitir beberapa dokumen yang berbeda dan bervariasi, dengan syarat bahwa dokumen yang akan disitirnya tersebut harus berhubungan dan mendukung atau memiliki relevansi dengan topik yang ditulisnya. Menurut Green dalam Adriani 2003 : 10 dinyatakan bahwa: Relevansi ialah sesuatu sifat yang terdapat pada dokumen yang dapat membantu pengarang dalam memecahkan kebutuhan akan informasi dimana kegunaan informasi tersebut sangat berguna tidak hanya menyangkut subjek yang berhubungan tetapi juga berkualitas, kemutakhiran, kepentingan dan kredibilitas. Dari pendapat yang dikemukakan oleh Green tersebut dapat dinilai bahwa adanya kesesuaian antara dokumen yang disitir dengan disiplin ilmu pengarang akan berdampak terhadap kualitas, kemutakhiran, kepentingan, kredibilitas karya yang akan dihasilkan. Jadi dapat dinyatakan bahwa relevansi merupakan hubungan berarti antara dokumen yang menyitir dengan dokumen yang disitir dengan kesamaan subjek. Untuk Universitas Sumatera Utara lebih jelas, maka dapat diilustrasikan sebagai berikut : Ilustrasi Dokumen yang Menyitir dengan Dokumen yang Disitir dengan Kesamaan Subjek Ilustrasi tersebut menunjukkan bahwa sebuah dokumen D bersubjek a, hanya menyitir dokumen yang bersubyek yang sama dengan dokumen D, yaitu : a1, a2, a3 dan a4. Untuk mengetahui tingkat relevansi suatu subjek dokumen, penulis dapat melakukan pendekatan sistem klasifikasi subjek yaitu dengan melakukan pendekatan sistem klasifikasi subjek yaitu dengan melakukan pengklasifikasian terhadap setiap judul daftar pustaka yang disitirnya dengan menggunakan Dewey Decimal Classification DDC edisi ke-22 sebagai bagan notasi klasifikasi serta menetapkan subjek yang disitirnya dengan menggunakan Library of Congress Subject Heading LCSH sebagai daftar tajuk subjek. Burgin dalam Mustangimah 1998 : 31 membagi tingkat relevansi menjadi tiga bagian dan mendefinisikannya sebagai berikut: 1. Sangat relevan Higly relevant, yaitu bahwa makalah adalah respon langsung bagi pertanyaan. 2. Relevan marjinal Marginally Relevant, yaitu bahwa topik makalah relevan, tetapi bukan respon langsung bagi pertanyaan. 3. Tidak relevan Not relevant, yaitu bahwa makalah tidak relevan dengan pertanyaan. Namun Burgin dalam Mustangimah 1998 : 31, juga menyatakan bahwa, “Penilaian relevansi yang diberikan oleh pakar subjek berbeda dengan penilaian relevansi yang diberikan oleh pustakawan”. Harter dalam Mustangimah 1998 : 32 juga menyatakan bahwa : Tingkat relevansi akan menambah bervariasinya penilaian relevansi selain karakteristik penilai, karakteristik pertanyaan, karakteristik dokumen, karakteristik temu kembali informasi, kondisi penilaian, dan pemilihan skala juga merupakanfaktor yang berpengaruh terhadap penilaian relevansi. Dari beberapa pendapat di atas, penulis menetapkan batas relevansi notasi klasifikasi subjek sitiran terhadap notasi klasifikasi subjek yang menyitir dengan mengadopsi dari penelitian Silaen 2005 : 19 yaitu sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara a. Relevan R . Dikatakan relevan apalagi tiga digit pertama notasi klasifikasi subjek sitiran sudah sama dengan tiga digit pertama notasi klasifikasi subjek dokumen yang menyitir. b. Relevan Marjinal RM . Apabila dua digit pertama notasi klasifikasi subjek sitiran masih berada pada notasi klasifikasi subjek dokumen yang menyitir. c. Tidak Relevan NR . Apabila notasi klasifikasi subjek sitiran berada diluar notasi klasifikasi subjek dokumen yang menyitir. Oleh sebab itu, penulis melakukan penelitian ini dengan penggunaan relevansi subjek. Untuk mengetahui adanya sesuatu kesesuaian antara subjek yang disitir dengan subjek yang menyitir, maka penulis melakukan pengklasifikasian terhadap dokumen yang disitir dan dokumen yang menyitir.

2.6 Metode Relevansi Subjek